PSIKOLOGI PENDIDIKAN PART 3 ALIRAN BEHAVIORISME ANDI THAHIR, MA.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TEORI BELAJAR PENGONDISIAN KLASIK DARI IVAN PETROVICH PAVLOV
Advertisements

TEORI BEHAVIOURISTIK DALAM PEMBELAJARAN
Teori Belajar Behaviorisme (tingkah laku)
Teori Operant Conditioning J.W Skinner
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN _Teori Behavioristik
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS ASAS PEMBELAJARAN
PENDEKATAN BEHAVIORISM
Oleh : Laila Nursafitri, M.Pd
Siti Arofah( ) Fransisca Dwi Listiani( )
 Asri Rifkika: ( )  Adellayda Laurentia: ( )  Dina Augestyasti: ( )  Bunga Untari: ( )
LEARNING / BELAJAR.
PSIKOLOGI SOSIAL II THE REINFORCEMENT ORIENTATION (ORIENTASI FAKTOR PENGUAT) BY : DWI HURRIYATI, S.Psi.,M.Si.
Teori Behavioristik Thorndike Skinner Ciri Penerapan Aplikasi.
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Burrhus Frederic Skinner
Karisma Sukmayanti, M.A PS.Psikologi-Unud
Paket 5 Teori Belajar Behavioristik
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Sebagai Metode Dasar Psikoterapi
TEORI BEHAVIORISME.
(Aliran Psikologi Tingkah Laku Dan Kognitif)
Pavlov Classical Conditioning
PSIKOLOGI BELAJAR: CLASSICAL CONDITIONING
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Menurut paham behaviorisme :
Belajar Behaviouristik
Psikologi Behavioristik: Teori Belajar Pavlov, Thorndike, dan Skinner serta Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika.
TEORI BEHAVIORISTIK Oleh Lorinda Savitri.
PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Teori belajar Behavioristik.
Teori Kepribadian 2 Menurut J.B Watson & Pavlov
TEORI BEHAVIORISME.
Psikologi Belajar OPERANT CONDITIONING
TEORI KEPRIBADIAN PAVLOV dan SKINNER
WINNY PUSPASARI THAMRIN
Classical Conditioning - Ivan Pavlov
TEORI BELAJAR & APLIKASINYA
TEORI BELAJAR Teori Behaviorisme Oleh : Iswadi, M. Pd.
PSIKOLOGI BELAJAR.
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN EKSPOSITORI
Teori Behaviorisme oleh: Iswadi.
Clasical Conditioning Ivan Pavlov
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Menurut paham behaviorisme :
LEARNING.
BEHAVIORISM YENY.ED.
Perubahan Paradigma Berorientasi pada guru Siswa sebagai objek belajar
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Menurut paham behaviorisme :
Filsafat pendidikan Oleh: Muhamad Ichsanudin ( )
Behaviorismne dan pendidikan
MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Adhyatman Prabowo, M.Psi
TEORI BELAJAR Teori Behaviorisme
PRINSIP DASAR PENGUBAHAN PERILAKU
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
L O A D I N G
Kepribadian : Ivan Pavlov
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DAN KOGNITIVISME
Paradigma Behaviourisme B.F Skinner
BEHAVIORISME Belajar : Perubahan tingkah laku PBM :
Instrumental or Operant Conditioning
FILSAFAT PENDIDIKAN BEHAVIORISME
ASSALAMUALAIKUM. WR. WB.
Paikologi pendidikan Login.
Teori Belajar Behavioristik & Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Stimulus - Respons atau Koneksionisme Thorndike
PRINSIP PEMBELAJARAN BAHASA (MEKANIS)
Classical Conditioning (Pengkondisian Klasik)  Teori Classical Conditioning diperkenalkan oleh Ivan Pavlov, ahli fisiolog dari Rusia.  Teori ini tumbuh.
TEORI Belajar BEHAVIORISME. Teori Pembelajaran  merupakan penerapan prinsip-prinsip teori belajar, teori tingkah laku, dan prinsip-prinsip pembelajaran.
Teori Belajar Behavioristik & Penerapannya dalam Pembelajaran Teori belajar behavioristik.ppkm1.
Transcript presentasi:

PSIKOLOGI PENDIDIKAN PART 3 ALIRAN BEHAVIORISME ANDI THAHIR, MA

TARGET: Di akhir bab ini, kita seharusnya dapat: Memberi definisi aliran Behaviorisme; Menjelaskan sejarah perkembangan Aliran Behaviorisme; Memberi implikasi aliran behavioristik; Mengetahui kelebihan dan kekurangan aliran behavioristik;

Aliran Behavioristik Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

KAJIAN DALAM ALIRAN BEHAVIORISME Diaplikasikan kepada Pembelajaran & tingkah laku manusia Hasil kajian mengfokus kepada tingkah laku manusia dan menolak aspek kerohanian. 4

Connectionism ( S-R Bond) Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang uji coba kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut: S R S1 R1 dst THORNDIKE 1874 – 1949

Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan.

Connectionism ( S-R Bond) Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.

Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain. Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya. Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.

Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.

3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menye-nangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi. Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.

Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa diperantarai pengartian. Binatang melakukan respons-respons langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis(Suryobroto, 1984).

Classical Conditioning IVAN PAVLOV 1849-1936 Classical conditioning meliputi pembelajaran yang menghubungkan suatu stimulus (rangsangan) yang telah menimbulkan respons tertentu dengan stimulus baru, sehingga stimulus yang baru menimbulkan respon yang sama. Nah, classical conditioning ini memiliki istilah-istilah, yaitu: 12

Unconditioned stimulus (US), yaitu stimulus yang tidak dikondisikan Unconditioned stimulus (US), yaitu stimulus yang tidak dikondisikan. US ini (seperti makanan) yang melalui kemampuan bawaannya dapat menimbulkan refleks organik. Misal: pemberian makanan pada anjing menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Conditioned Stimulus (CS), yaitu stimulus yang terkondisikan. CS ini (misalnya nada) bersifat netral sebelum dipasangkan dengan US. Misal: suatu stimulus netral (NS) seperti nada dipasangkan kepada makanan, maka anjing akan mengeluarkan air liur. Proses ini dilakukan berulang-ulang. Pada akhirnya, meskipun makanan tidak diberikan kepada anjing ketika ada stimulus bunyi bel, anjing akan tetap mengeluarkan air liur. Unconditioned Response (UR), yaitu respon yang tidak dikondisikan. UR ini refleks alami (seperti berliur) yang ditimbulkan dengan sendirinya akibat US. Conditioned Response (CR), yaitu respon yang dikondisikan. CR ini refleks yang dipelajari yang ditimbulkan oleh CS setelah dihubungkan dengan US.

Classical Conditioning Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun. IVAN PAVLOV 1849-1936

Implikasi Classical conditioning dalam kehidupan kita Untuk menjelaskan semua dinamika pembelajaran terhadap tingkah laku. Untuk membangun metode meng-counter conditioning terdahulu. Menghilangkan CR melalui beberapa langkah secara bertahap. Prinsip classical conditioning: menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dan mempertahankan perilaku yang diinginkan. classical conditioning bisa dipake untuk menyembuhkan phobia

Selain Pavlov, J.B. Watson juga mengadakan penelitian berdasarkan pada prinsip classical conditioning. Ia meneliti anak kecil, Albert, yang baru berusia 11 bulan. Sebelum dikondisikan, Albert ditunjuk-kan tikus putih. Albert tidak merasa takut, malah ia kelihatan senang dan ingin memegang tikus tersebut. Kemudian berikutnya, ketika Albert ingin memegang tikus itu, ia dikagetkan dengan suara keras. Suara keras itu menyebabkan ia takut. Suara keras itu terus dibunyikan setiap kali Albert akan memegang tikus. Lama kelamaan, Albert takut tikus itu. Bahkan, Albert menjadi takut pada benda-benda lain yang berbulu putih. Menurut Watson, proses pengkondisian klasikal dapat menjelaskan semua aspek dalam psikologi manusia. Ia menyangkal keberadaan pikiran (mind) atau kesadaran (consciousness). J.B.WATSON (1878 - 1958)

Operant Conditioning Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. B. F. SKINNER 1904 – 1990

Burrhus Frederic Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelak-sanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.

Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifi-kasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau meng-hilang sesuai dengan keinginan.

Skinner membuat eksperimen sebagai berikut : Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.

Beberapa prinsip Skinner antara lain : Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran, digunakan sistem modul. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman. dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer. Dalam pembelajaran digunakan shaping.

Gambar 1

ADA APA DI DALAM DIRI SESEORANG ? ST - OT STT - OT ST - OTT STT - OTT

JANGAN lupa MENGULANG (SAYIDINA ALI BIN ABI THALIB) TIADA KEKAYAAN LEBIH UTAMA DARIPADA AKAL. TIADA KEPAPAAN LEBIH MENYEDIHKAN DARIPADA KEBODOHAN. TIADA WARISAN LEBIH BAIK DARIPADA PENDIDIKAN (SAYIDINA ALI BIN ABI THALIB) JANGAN lupa MENGULANG

Pertanyaan: Bahasakan ringkasan teori behavioristik secara singkat? (Eka Aprilia) Sebutkan kelebihan dan kekurangan teori ini? (Rita Indriyani) Apa yg dimaksud pd hal 2 ttg “Teori ini tidak dapat menjelaskan dampak lain dari stimulus (S) dan Respon (R)? (Selvian)