DINAMIKA DAN PERTUMBUHAN TEGAKAN Dipresentasikan Oleh: I R W A N T O

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
CECEP KUSMANA FAKULTAS KEHUTANAN IPB
Advertisements

Bab 9 EKOLOGI.
MG-6 DAUR DAN ETAT PEMANENAN KAYU
Oleh: Cecep Kusmana Dept. Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB 2010
MG-8 PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL HUTAN
PENCEMARAN AKIBAT KEBAKARAN HUTAN
PEMILIHAN JENIS POHON.
PENYEBAB KEPUNAHAN SPECIES
TANAMAN AGLAONEMA.
7 Perlindungan hutan terhadap kerusakan abiotik Bagian 1 C H A P T E R
IV. FAKTOR ABIOTIK SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT HUTAN
FAKTOR FAKTOR PEMBENTUK TANAH
Bahan makanan, kulit, serat dan sebagainya
LAND CLEARING DAN PERSIAPAN LAHAN TANAMAN SAWIT
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan.
REBOISASI DAN PENGHIJAUAN
SILVIKULTUR HUTAN MANGROVE
Pertemuan 4: SUKSESI EKOLOGI
SISTEM BERLADANG BERPINDAH (shifting cultivation)
DINAMIKA EKOSISTEM DAN KOMUNITAS VEGETASI
Vegetasi sebagai indikator
Teknologi Biobriket.
BIOSFER Biosfer adalah lapisan lingkungan di permukaan bumi, air, atmosfer yang mendukung kehidupan organisme.
DAMPAK GANGGUAN HUTAN.
Keragaman metabolit sekunder
PERLINDUNGAN DAN PRODUKTIVITAS TANAH
KAYU By : Wiwin Tyas Istikowati,S.Hut.,M.Sc. FAKULTAS KEHUTANAN
SUKSESI Rike Puspitasari Tamin, S.Hut., M.Si.
PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT
KOMPONEN ABIOTIK DALAM BIOSFER
TEKNIK SILVIKULTUR Oleh : Suryo Hardiwinoto, dkk Laboratorium Silvikultur & Agroforestry Fakultas Kehutanan UGM, YOGYAKARTA.
FAKTOR LINGKUNGAN HUTAN TROPIS
MG-8 PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL HUTAN
SIFAT UMUM PERTANIAN TROPIS
Daur/Rotasi /Periode Produksi
PERLAKUAN ANTARA (INTERMEDIATE CUTTING)
EKONOMI KEHUTANAN ESL 325 (3-0)
SISTEM SILVIKULTUR DAN METODE REPRODUKSI
Laboratorium Silvikultur dan Agroforestri Fak. Kehutanan UGM 2013
TOLERANSI POHON.
Ekosistem PENGERTIAN BIOTIK KOMPONEN A.BIOTIK ANTAR BIOTIK INTERAKSI
PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN
HUBUNGAN DALAM MASYARAKAT HUTAN
SISTEM PERTANIAN BERSIFAT BUDI DAYA TANAMAN
KLASIFIKASI POHON.
SISTEM PERTANIAN BERSIFAT BUDI DAYA TANAMAN
DINAMIKA DAN PERTUMBUHAN TEGAKAN Dipresentasikan Oleh: I R W A N T O
`DASAR AGROTEKNOLOGI` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
SUKSESI.
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Universitas Gadjah Mada
SEKOLAH TINGGI ILMU KEHUTANAN YAYASAN TEUKU CHIK PANTE KULU 2014
SUKSESI   NOVIA SARI BIOLOGI NK A ‘13.
KEANEKARAGAMAN HAYATI
EKOLOGI DAN PENCEMARAN ilustrasi DEFINISI & PERANAN
SUKSESI.
Sejarah Perkembangan Sistem Silvikultur
Zonasi Mangrove.
EKOSISTEM TERESTRIAL.
AKSI INTERAKSI Pada saat suatu organisme membutuhkan organisme lain ataupun lingkungan hidupnya, maka dipastikan akan terjadi hubungan yang bisa bersifat.
Perlindungan Hutan I. PENDAHULUAN Ilmu Perlindungan Hutan Adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pencegahan dan pemberantasan penyakit yang dapat.
SIFAT UMUM PERTANIAN TROPIS
Perlindungan Hutan 7 VII. MIKORIZA
PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA KONSERVASI FLORA DAN FAUNA
KAYU By : Wiwin Tyas Istikowati,S.Hut.,M.Sc. FAKULTAS KEHUTANAN
BIOMA, KOMUNITAS DAN VEGETASI
SUKSESI.
TIM PENYUSUN MODUL AGRIBISNIS TANAMAN
OLEH : LISNA YOELIANI POELOENGAN A L I M DEDDY
BUDIDAYA GANYONG Ganyong merupakan tanaman tropis yang tidak manja tahan terhadap naungan, Dapat tumbuh di segala jenis tanah dan iklim. tidak membutuhkan.
Transcript presentasi:

DINAMIKA DAN PERTUMBUHAN TEGAKAN Dipresentasikan Oleh: I R W A N T O http://www.irwantoshut.co.cc

DINAMIKA TEGAKAN SUKSESI PERSAINGAN SIFAT TEGAKAN TOLERANSI KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TEGAKAN TOLERANSI KONSEP ZONE OPTIMUN http://www.irwantoshut.co.cc http://www.irwantoshut.tk http://irwantoshut.cjb.net

Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat tumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain (Daniel, et al, 1992).

Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai perubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Clements (1916) membedakan enam sub-komponen : (a) nudation; (b) migrasi; (c) excesis; (d) kompetisi; (e) reaksi; (f) final stabilisasi, klimaks.

Hutan Hujan Dataran Rendah Xerosere Pada Tuf Batu Kambang Hidrosere Pada Lumpur Hutan Bakau Avicennia Vegetasi Cryptogamae Vegetasi Rumput Neyaraudia-Saccharum Hutan Bakau Rhizophora-Bruguiera Hutan Ficus macaranga Hutan Bakau Bruguiera-Xylocarpus Hutan Belukar Neonauclea-Ficus Hutan Hujan Dataran Rendah (Klimaks) Skema Terjadinya Vegetasi Klimaks Paham Monoklimaks (Soerianegara, 1972)

PROF. DR. IR. DJOKO. MARSONO (23-05-2006) LUMUT INVASI HYDROSERE (BASAH) XEROSERE (KERING) PERBAIKAN HABITAT PERJALANAN MENUJU KLIMAKS

SUKSESI PRIMER SUKSESI SEKUNDER SUKSESI CYCLES INVASI --> KLIMAKS SUKSESI SEKUNDER HUTAN KLIMAKS YG TERGANGGU Macaranga, Malotus, Trema, Anthocephalus, Duabanga dll SUKSESI CYCLES ALANG2->SEMAK->KEBAKARAN

Mature oak-hickory forest Mesic succession (Old Field) Mature oak-hickory forest Young pine forest Perennial weeds and grasses Shrubs Annual weeds

Xerarch Succession (from bare rock) Balsam fir, paper birch, and Exposed rocks Lichens and mosses Balsam fir, paper birch, and white spruce climax community Jack pine, black spruce, and aspen Heath mat Small herbs and shrubs Time

P E R S A I N G A N KEBUTUHAN YANG SAMA Unsur hara Air Cahaya Spesies Sama Spesies Berbeda KEBUTUHAN YANG SAMA Unsur hara Air Cahaya Ruang Hidup dll

Pinus merkusii guguran daun menghambat pertumbuhan jenis lain Allelopathy : Zat dari Akar Zat dari Daun Zat pada waktu mati Pinus merkusii guguran daun menghambat pertumbuhan jenis lain Alang-alang, cepat menguasai Pisang (Musa sp) rumpun melebar, membusuk mengeluarkan racun

TOLERANSI Cahaya rendah Perakaran Tinggi Toleran : Intoleran : Toleransi adalah kemampuan relatif suatu pohon untuk bertahan hidup di bawah naungan (Baker, 1950). Toleran : Jenis yang tahan terhadap naungan Intoleran : Jenis yang tidak tahan terhadap naungan Semitoleran : Tingkat semai toleran, tingkat pohon intoleran

KONSEP ZONE OPTIMUN B C A Steno Eury Steno Metabolisme min opt max opt Faktor Pembatas (Cahaya, Suhu, Air, dll)

PERTUMBUHAN TEGAKAN

Kelemahan ekologis dan ekonomis hutan murni tanaman seumur Pemanfaatan tempat tumbuh tidak sempurna (akar dangkal, tajuk tipis) Defisiensi unsur hara tertentu Humus mentah susah hancur , menghasilkan allelopathy Mudah diserang hama dan penyakit Mudah diserang angin dan tumbang Mudah diserang kebakaran Kurang luwes menghadapi permintaan pasar Kurang bervariasi sebagai habitat satwa liar Intersepsi tajuk dan infiltrasi air tidak sempurna (tingkat erosi besar) Kurang menarik dari sudut estetika Bila menggunakan jenis asing tidak diketahui rotasi

Jenis-jenis pohon bercampur individual HUTAN PRIMER ( H.Lamprecht dalam Sutisna 1996 ) Karena perbedaan tapak, timbul struktur dan tipe hutan yang Beraneka, sehingga tidak ada resep yang berlaku umum Jenis pohon sangat banyak (40-80/ha), sehingga jumlah batang per Jenis sangat sedikit Jenis-jenis pohon bercampur individual Pada suatu tapak terdapat variasi struktur dan komposisi Frekwensi jenis pada umumnya rendah, namun ada juga yang penyebarannya vertikal dan horisontalnya tinggi.

Struktur diameter “plenter” (huruf J terbalik ) Sedikit batang yang mulus, pohon-pohon besar sering bolong Hanya sedikit (0-20%) jenis pohon niagawi, volume terjual sekitar 0-20 m3/ha, kecuali hutan dipterocarpaceae yang mengandung banyak kayu seragam. Riapnya kecil, dalam skala luas besarnya nol. Walaupun terdapat permudaan namun jumlahnya sering sedikit saja.

HUTAN SEKUNDER Hutan sekunder adalah fase pertumbuhan hutan dari keadaan tapak gundul, karena alam ataupun antropogen, sampai menjadi klimaks kembali. Tidak benar bahwa hutan sekunder tidak alami lagi, yang benar istilahnya adalah “Hutan Alam Sekunder” untuk membedakannya dari hutan alam primer.

Sifat-sifat hutan sekunder: Komposisi dan struktur tidak saja tergantung tapak namun juga tergantung pada umur. Tegakan muda berkomposisi dan struktur lebih seragam dibandingkan hutan aslinya. Tak berisi jenis niagawi. Jenis-jenis yang lunak dan ringan, tidak awet, kurus, tidak laku. Persaingan ruangan dan sinar yang intensif sering membuat batang bengkok. Jenis-jenis cepat gerowong. Riap awal besar, lambat laun mengecil. Karena struktur, komposisi dan riapnya tidak akan pernah stabil, sulit merencanakan pemasaran hasilnya.

Tegakan Tinggal Tegakan alam setelah tebang pilih. Tergantung kekerasan panen, ada yang tumbuh kembali menjadi klimaks, ada pula yang menjadi hutan sekunder. Tegakan tinggal inilah yang menjadi tipe terpenting dewasa ini di Indonesia dan menjadi pusat perhatian silvikultur.

(Marsono dan Sastrosumarto, 1981) (Bambang Waldy, 1986), (Marsono dkk, 1983 dan 1990) Kelompok C situasi sampai 2 tahun setelah penebangan, semai dipterocarpaceae menderita, mati dan dominansi menurun, faktor pembalakan dan suhu, kelembaban dan LTR (Light transmission ratio) yang mendadak. Kelompok A situasi 4 – 6 tahun setelah penebangan, kondisi semai mirip dengan kondisi sebelum penebangan. (pionir sdh tumbuh, dipterocarpaseae berbunga, Taguar (1967) di Philipina 5 tahun setelah penebangan terdapat semai 5.000 – 3.000 per ha.

Terima kasih

My Web : http://www.irwantoshut.co.cc