Advokasi : Peserta PBI BPJS Kesehatan disiapkan oleh dr Yahmin Setiawan, MARS (Ketua Bidang Sinergi Kesehatan Forum Zakat) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERAN PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
Advertisements

SINKRONISASI REGULASI : MENYUKSESKAN TRANSFORMASI BPJS 1 JANUARI 2014
DITPAI DITJEN PENDIS KEMENAG RI
Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 21 Tahun 2011
Gedung Nusantara I Lantai I Jl. Gatot Subroto, Senayan
MENURUT HUKUM INDONESIA
Undang-undang no 44 tahun 2009 rumah sakit
Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial
Unit Pelayanan Area mempunyai tugas pokok :
TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
KETERKAITAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK BADAN.
MATERI 8 HUKUM PERUSAHAAN
BLOK VII PENGELUARAN RUMAH TANGGA (RKD10.RT)
PP Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif
DAN DEWAN PENASEHAT FKUB DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN DI DAERAH
PERMENKES No Penyelenggaraan Pekerjaan & Praktik Tenaga Gizi
DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN
“Akreditasi Bermutu untuk Pendidikan Bermutu”
PROGRAM PENANGANAN KEMISKINAN PADA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Peran BPJS dan DJSN dalam SJSN
PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO 9 & NO 8 TAHUN 2006 TENTANG   PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH.
UNDANG – UNDANG NO. 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
EVALUASI HUT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KE-63 DAN HUT SATUAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KE-50 TAHUN 2013.
SURVEI CONTOH PERTEMUAN KE-5.
Tren Pembiayaan di Indonesia: Model Bismarckian atau Beveridge?
Penghapusan Piutang Negara
Penyusunan NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA (NSPK) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jakarta, 14 November 2014.
PRAKTIK KEPERAWATAN.
SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH
Disampaikan pada acara :
UU No. 23 TAHUN 2014 IMPLIKASINYA TERHADAP SDM KESEHATAN
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA
Dengan Gotong Royong, Semua Tertolong
STRATEGI PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DAERAH
Verifikasi dan Validasi Data Kemiskinan
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN UKM RI TENTANG
KEDUDUKAN YPLP DASMEN PGRI JAWA TIMUR
PERAN DINAS SOSIAL PROVINSI DALAM PENINGKATAN KEPESERTAAN JKN/JKN MANDIRI KEPALA DINAS SOSIAL PRO.SUMBAR 2017.
Bimtek Verifikasi dan Validasi Data Kemiskinan PBI-JK
KOORDINASI KEPESERTAAN PBI MELALUI PBDT 2015 KABUPATEN JEPARA
Dengan Gotong Royong, Semua Tertolong
MATERI SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN MENTERI
KRITERIA RTSM.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jakarta, 2010
Materi Peraturan Pemerintah No
NORMA STANDAR PROSEDUR DAN KRITERIA
OLEH : PATTIRO SEMARANG
KERJA SAMA DI BIDANG AGRARIA/PERTANAHAN DAN TATA RUANG
Infokom LPM Sudajayahilir
PENINGKATAN KINERJA TKSK
Hasil Diskusi Indikator Kemiskinan Oleh Kelompok
Peraturan Pemerintah Republik INDONESIA Nomor 1 tahun 1970
PERAN PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
SOSIALISASI DIVKUM POLRI
SOSIALISASI PERMENDAGRI 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
PERMENSOS NO. 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PP 76 TAHUN 2015
SJSN & BPJS Peluang atau Tantangan
BIRO HUKUM DAN ORGANISASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BIAYA YANG DAPAT DIKURANGKAN (DEDUCTIBLE EXPENSES DAN YANG TIDAK DAPAT DIPERKURANGKAN (NON DEDUCTIBLE EXPENSES)
KEBIJAKAN SATU DATA DAN STATISTIK PERUMAHAN DI JATENG
Toman Sony Tambunan, S.E, M.Si NIP
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI JAWA TENGAH
Transcript presentasi:

Advokasi : Peserta PBI BPJS Kesehatan disiapkan oleh dr Yahmin Setiawan, MARS (Ketua Bidang Sinergi Kesehatan Forum Zakat) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2012 TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

KETENTUAN UMUM 4. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI Jaminan Kesehatan adalah Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu sebagai peserta program jaminan kesehatan. 5. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya. 6. Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak namun tidak mampu membayar Iuran bagi dirinya dan keluarganya. 10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.

PENETAPAN KRITERIA DAN PENDATAAN FAKIR MISKIN DAN ORANG TIDAK MAMPU BAB II PENETAPAN KRITERIA DAN PENDATAAN FAKIR MISKIN DAN ORANG TIDAK MAMPU Pasal 2 (1) Kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait. (2) Kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik untuk melakukan pendataan. Pasal 3 : Hasil pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri untuk dijadikan data terpadu.

PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN BAB III PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN Pasal 4 : Data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang telah diverifikasi dan divalidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, sebelum ditetapkan sebagai data terpadu oleh Menteri, dikoordinasikan terlebih dahulu dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait. Pasal 5 (1) Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri dirinci menurut provinsi dan kabupaten/kota. (2) Data terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan. Pasal 6 : Data terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 disampaikan oleh Menteri kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan dan DJSN.

BAB IV PENDAFTARAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN Pasal 7 : Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

PERUBAHAN DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN BAB VI PERUBAHAN DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN Pasal 11 (1) Perubahan data PBI Jaminan Kesehatan dilakukan dengan: a. penghapusan data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu yang tercantum sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena tidak lagi memenuhi kriteria; dan b. penambahan data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu untuk dicantumkan sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena memenuhi kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu. (2) Perubahan data PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri.

PERUBAHAN DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN BAB VI PERUBAHAN DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN Pasal 11 (3) Perubahan data ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait. (4) Verifikasi dan validasi terhadap perubahan data PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan setiap 6 (enam) bulan dalam tahun anggaran berjalan.

PERUBAHAN DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN BAB VI PERUBAHAN DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN Pasal 12 : Penduduk yang sudah tidak menjadi Fakir Miskin dan sudah mampu wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan dengan membayar Iuran.

BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 13 : Peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan cara memberikan data yang benar dan akurat tentang PBI Jaminan Kesehatan, baik diminta maupun tidak diminta. Pasal 14 : Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 disampaikan melalui unit pengaduan masyarakat di setiap pemerintah daerah, yang ditunjuk oleh gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Penjelasan : Pasal 14 : Yang dimaksud dengan “unit pengaduan masyarakat” adalah unit yang memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang berada di pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang salah satu fungsinya untuk menerima aduan masyarakat terkait adanya dugaan permasalahan dalam pendataan, pendaftaran, dan pemberian Iuran Jaminan Kesehatan.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, maka: a. penetapan jumlah PBI Jaminan Kesehatan pada tahun 2014 dilakukan dengan menggunakan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri; b. Menteri dalam menetapkan jumlah PBI Jaminan Kesehatan tahun 2014 berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait.

Alur Perubahan Data PBI PERAN SERTA MASYARAKAT UNIT PENGADUAN MASYARAKAT DAERAH Data Fakir Miskin & Orang Tidak Mampu Kemensos BPJS Kes Kemenkes Peserta PBI

Alur Advokasi Perubahan Data PBI PERAN SERTA MASYARAKAT UNIT PENGADUAN MASYARAKAT DAERAH Data Fakir Miskin & Orang Tidak Mampu Kemensos BPJS Kes Kemenkes Peserta PBI Advokaasi

TERIMA KASIH

“Modal” untuk Advokasi PBI Kriteria fakir miskin dan tidak mampu versi kemensos, terutama untuk yang perubahan data PBI ? Mekanisme verifikasi dan validasi perubahan data oleh kemensos yang dilakukan setiap 6 bulan tahun anggaran berjalan ? Mekanisme kerja unit pengaduan masyarakat di tingkat daerah/provinsi ? Mekanisme penyerahan data dari kemensos ke kemenkes dan DJSN, terutama untuk yang perubahan data PBI ? Mekanisme pendaftaran PBI dari kemenkes ke BPJS Kes, terutama untuk yang perubahan data PBI ?

Apakah 14 syarat warga miskin penerima BLT juga akan menjadi syarat penerima BLSM 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi untuk masing-masing anggota keluarga. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu berkualitas rendah. 3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah. 4. Fasilitas jamban tidak ada, atau ada tetapi dimiliki secara bersama-sama dengan keluarga lain. 5. Sumber air untuk minum/memasak berasal dari sumur/mata air tak terlindung, air sungai, danau, atau air hujan. 6. Sumber penerangan di rumah bukan listrik. 7. Bahan bakar yang digunakan memasak berasal dari kayu bakar, arang, atau minyak tanah. 8. Dalam seminggu tidak pernah mengonsumsi daging, susu, atau hanya sekali dalam seminggu. 9. Dalam setahun paling tidak hanya mampu membeli pakaian baru satu stel. 10. Makan dalam sehari hanya satu kali atau dua kali. 11. Tidak mampu membayar anggota keluarga berobat ke puskesmas atau poliklinik. 12. Pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan setengah hektare, buruh tani, kuli bangunan, tukang batu, tukang becak, pemulung, atau pekerja informal lainnya dengan pendapatan maksimal Rp600 ribu per bulan. 13. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga bersangkutan tidak lebih dari SD. 14. Tidak memiliki harta senilai Rp500 ribu seperti tabungan, perhiasan emas, TV berwarna, ternak, sepeda motor [kredit/non-kredit], kapal motor, tanah, atau barang modal lainnya