PROBLEM ASASI EKONOMI ISLAM Materi Syari’ah Islamiyah 10 PROBLEM ASASI EKONOMI ISLAM OLEH: H. DWI CONDRO TRIONO, Ph.D t : @dwi_condro
PROBLEM ASASI EKONOMI Menurut pandangan Islam, problem ekonomi yang asasi bukan pada masalah produksi barang dan jasa. Masalah produksi dianggap masalah yang mudah untuk diselesaikan. Masalah yang asasi dari ekonomi justru muncul ketika manusia sudah mampu memproduksi barang dan jasa tersebut. Yaitu, ketika barang dan jasa harus beredar di tengah-tengah masyarakat.
Problem ekonomi yang dianggap asasi adalah masalah interaksi manusia yang terkait dengan barang dan jasa di tengah-tengah manusia. Dengan kata lain, problem ekonomi yang asasi adalah yang menyangkut distribusi barang dan jasa di tengah-tengah manusia. Mengapa? Kita dapat meninjaunya dalam 2 aspek, yaitu: Tinjauan fakta Tinjauan Al Qur’an
1. TINJAUAN FAKTA Manusia memproduksi barang dan jasa tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri. Faktanya, sebagian besar barang dan jasa yang diproduksi manusia adalah untuk kepentingan atau kebutuhan manusia lain. Aktivitas ekonomi yang paling besar justru didominansi oleh transaksi barang dan jasa di tengah-tengah manusia.
Transaksi itu dapat berupa jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, pinjam meminjam, hutang piutang, memberi dan meminta dsb. Kenyataan menunjukkan, bahwa proses transaksi inilah yang lebih banyak menimbulkan problem ekonomi dibanding masalah produksi barang dan jasa. Sumber-sumber konflik, pertikaian, perebutan, keserakahan, kedzaliman, penindasan, ketidakadilan, penyelewengan, penyimpangan, keruwetan, kesalahpahaman dsb. hampir seluruhnya bersumber dari masalah ini.
Sedangkan menyangkut produksi barang dan jasa hampir tidak ada problem yang muncul, karena lebih terukur, mudah dihitung, bisa direncanakan, mampu diproyeksikan oleh akal manusia. Masalah produksi sudah hampir berbanding lurus dengan kemajuan teknologi, sehingga hampir dapat dikatakan bukan masalah ekonomi lagi.
Fakta menunjukkan, bahwa barang dan jasa saat ini sudah mampu diproduksi secara melimpah ruah oleh manusia, bahkan sudah melebihi kebutuhan manusia itu sendiri. Fakta juga menunjukkan bahwa produksi barang dan jasa yang melimpah ruah saat ini tidak terdistribusi secara adil di tengah-tengah manusia.
2. TINJAUAN AL-QUR’AN Tujuan utama diturunkannya Islam adalah untuk menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia di dunia ini. Jika manusia menyimpang dari petunjuk Allah, maka kehidupannya di dunia akan sempit, sengsara dan menderita. Di akherat juga diancam dengan siksa yang sangat berat.
Dalil 1: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al-Baqarah: 185)
Pemahaman dalil 1: Petunjuk bagi kehidupan manusia, maknanya adalah Allah ingin menunjukkan mana langkah-langkah manusia yang benar (haq) dan mana yang salah (bathil) dalam hidupnya di dunia. Dengan kata lain, Islam diturunkan untuk mengatur perbuatan manusia. Selanjutnya, Ekonomi Islam akan terfokus pada perbuatan manusia yang terkait dengan barang dan jasa. Dengan demikian, Islam diturunkan tidak untuk mengatur kuantitas barang dan jasa, tetapi kualitas barang dan jasa.
Dalil 2: 124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta“ (QS. Thaha: 124).
Pemahaman dalil 2: Berpaling dari peringatanKu, maknanya adalah menyimpang dari petunjuk Islam. Penghidupan yang sempit, maknanya adalah kesengsaraan hidup di dunia. Kesengsaraan hidup, termasuk di dalamnya adalah kehidupan ekonomi itu diakibatkan manusia menyimpang dari petunjuk Islam. Kesengsaraan hidup tidak dikaitkan dengan banyak sedikitnya barang dan jasa yang mampu diproduksi manusia. Pengaturan perbuatan manusia yang terkait dengan barang dan jasa merupakan masalah yang lebih asasi dibanding masalah produksi.
Dalil 3: (QS. Al-Insan: 2-4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.
Pemahaman dalil 3: Allah telah memberi petunjuk jalan lurus, maknanya selain petunjuk Allah adalah jalan bengkok atau jalan kesesatan. Bagi yang mau mengikuti petunjuk disebut manusia bersyukur, yang tidak mau disebut manusia kufur. Allah telah menyiapkan siksa yang sangat berat di akherat bagi manusia yang tidak mau mengikuti petunjuk tersebut. Dengan demikian, mengikuti petunjuk bukan merupakan pilihan bebas bagi manusia. Mengikuti petunjuk merupakan keharusan dan pilihan satu-satunya bagi mereka yang tidak ingin sengsara di dunia dan disiksa di akherat.
Kesimpulan: Problem ekonomi yang asasi menurut pandangan ekonomi Islam adalah masalah distribusi barang dan jasa di tengah-tengah manusia. Ekonomi Islam lebih terfokus pada perbuatan manusianya, bukan terfokus pada kuantitas barang dan jasanya, sebagaimana dalam ekonomi konvensional. Ekonomi Islam bersifat mengikat terhadap seluruh manusia dan Allah telah menyiapkan siksa bagi yang menyimpang darinya.
SELANJUTNYA... BAGAIMANA PEMECAHAN DARI EKONOMI ISLAM TERHADAP PROBLEM ASASI TERSEBUT? JANGAN KEMANA-MANA, TETAPLAH BERSAMA KAMI KITA IKUTI SEGMEN SELANJUTNYA... MATERI SYARI’AH ISLAMIYAH 11
SEKIAN WASSALAAMU’ALAIKUM…