SEMESTER 5 PROGRAM STUDI S-1 PGSD FKIP UKSW SALATIGA SINTAKSIS SEMESTER 5 PROGRAM STUDI S-1 PGSD FKIP UKSW SALATIGA
SINTAKSIS ? Satuan bahasa yang bermakna tentang frasa, klausa, dan kalimat Frasa adalah dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi Klausa adalah konstruksi (S) dan P Kalimat adalah satu unsur bahasa yang membangun satuan bahasa baik lisan maupun tulisan sebagai rangkaian tutur yang harus difahami
Bahasa? Bahasa merupakan satu alat komunikasi untuk mengungkapkan gagasan dan alat untuk mengekspresikan diri Seiring dengan kemajuan peradaban manusia, bahasa mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Berawal dari bahasa lisan kemudian berkembang dengan terbentuknya bahasa tertulis
Lanjutan : Dengan adanya bahasa tulis, kaidah kebahasaan pun mengalami perkembangan Perbedaan bahasa lisan dan tulisan terletak pada medianya, bahasa lisan menggunakan media ucapan sedangkan bahasa tulis menggunakan media huruf Kejelasan bahasa lisan dapat dipengaruhi oleh lafal ucapan, intonasi, tekanan, tempo, seperti jeda dan kesenyapan, sedangkan kejelasan bahasa tulisan lebih dipengaruhi oleh pilihan kata, bentuk dan susunan kata atau kalimat serta penggunaan tanda baca.
Kalimat yang baik? Pengertian kalimat: Satuan gramatika yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun (Ramlan) Bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap (Keraf) Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Hasan alwi)
lanjutan 2. Dari ketiganya dapat disimpulkan bahwa kalimat mencakup beberapa unsur: Bentuk (unsur-unsur segmental), yaitu kata, frase, klausa, wacana Intonasi (unsur suprasegmental), yaitu naik, turun, keras, lembut tekanan suara, jeda, kesenyapan atau perhentian sesaat atau beberapa saat. Dalam bahasa tulis unsur intonasi ditandai dengan tanda baca koma (,), pisah (-), titik dua (:), titik (.), tanya (?), seru (!). Sebuah kalimat diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda baca titik, seru, atau tanya
lanjutan c. Situasi yang menimbulkan ujaran itu timbul yang mempengaruhi pilihan kata dan intonasi yang digunakan penutur Makna atau arti yang mendukungnya Silakan cermati bentuk kalimat berikut: Karim memotong bebek Pak Asmat menggiring angsa Tentukan bentuk mana yang merupakan kalimat dan bukan kalimat. Ingatlah dasar analisisnya adalah bentuk, intonasi, dan makna
lanjut Pasti anda sependapat bahwa kedua bentuk diatas adalah kalimat, sebab dari bentuk, intonasi, situasi dan makna tidak bermasalah. Bagaimana kalau kedua kalimat di atas susunannya berubah menjadi: Bebek memotong Karim Angsa menggiring Pak Asmat Kedua bentuk di atas tidak dapat diterima sebagai kalimat, sebab dari segi situasi dn maknanya tidak mendukung, walaupun dari segi bentuk dan intonasinya bermasalah. Oleh karena itu dalam kalimat unsur logika harus diperhatikan.
Perhatikan bentuk-bentuk di bawah ini! Setiap orang sebaiknya bersikap realistis kehidupan dalam Dalam kehidupan sebaiknya bersikap setiap orang realistis Sebaiknya dalam setiap orang kehidupan bersikap realistis Dalam kehidupan setiap sebaiknya orang bersikap realistis Setiap orang sebaiknya bersikap realistis dalam kehidupan. Dalam kehidupan setiap orang sebaiknya bersikap realistis. Sebaiknya dalam kehidupan setiap orang bersikap realistis.
Mari menganalisis! a, b, c, d bukan kalimat, karena dari segi bentuk dan makna tidak dapat disebut sebagai kalimat meskipun dari segi intonasi dan situasi tidak bermasalah. Namun dari segi bentuk tidak menaati sistem kalimat. Demikian pula dari segi makna bentuk a, b, c, d tidak dapat diterima: 1. Bentuk a (kehidupan dalam) tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Struktur frase bahasa Indonesia yang diterangkan mendahului yang menerangkan (hukum DM bahasa Indonesia)
2. Bentuk b, frase yang salah (bersikap setiap orang realistis) Lanjut: 2. Bentuk b, frase yang salah (bersikap setiap orang realistis) 3. Bentuk c, frase yang salah (dalam setiap orang kehidupan) 4. Bentuk d, frase yang salah (setiap sebaiknya orang) Bagaimana dengan e, f, g? Ketiganya dari segi bentuk, intonasi, situasi, dan makna dapat diterima
Frase (kelompok kata) Batasan Frase Perhatikan contoh berikut: Rumah mewah. (S-P) Saya membeli rumah mewah. (S-P-O) Bentuk a, sudah dapat disebut kalimat karena rumah dapat berfungsi S dan mewah dapat berfungsi sebagai P, dapat pula diantarai dengan kata lain, seperti ini dan itu Bentuk b, dapat disebut sebagai kalimat, karena rumah mewah mengalami peralihan, yaitu sebagai frase dan berfungsi O
Jadi batasan Frase ? Frase adalah kelompok kata yang mendukung suatu fungsi (S-P-Pel,O,K) dan kesatuan makna dalam kalimat Dengan kata lain (supaya mudah diingat) frase merupakan 2 kata atau lebih yang menduduki satu fungsi
Membentuk frase Dengan cara memperluas kata. Contoh: Kata benda diperluas dengan: a. yang + kata sifat=hutan yang gundul b. kata sifat=hutan yang gundul, c. kata bilangan=sepuluh orang d. kata benda=hutan kota, taman kota Frase-frase di atas disebut frase nominal 2. Kata kerja diperluas dengan: a. dengan + kata sifat = membaca dengan cermat b. kata keterangan = belum menjelaskan, sudah mandi c. kata kerja = dibawa pergi, diajak makan Frase-frase yang dibentuk disebut frase verbal 3. Kata sifat diperluas dengan: a. keterangan = sangat berani, amat takut, taat sekali b. kata sifat = gelap gulita, kaya makmur, merah sekali Frase-frase yang dibentuk disebut frase adjektival
Macam-macam frase Frase dapat digolongkan menurut hubungan antarunsur pembentuknya Frase setara (koordinatif), contohnya anak istri, ibu bapak, pulang pergi Frase bertingkat (subordinatif), contohnya guru fisika, sangat jujur, belum pergi, ketua partai, hutan rimba Frase menurut maknanya, yaitu: a. frase idiomatik b. frase lugas (biasa)
Frase menurut maknanya Frase idiomatik: Contohnya: a. Koruptor itu diminta pertanggungjawabannya di meja hijau b. Orang itu bermuka dua dan sulit dipercaya. Frase lugas (biasa): a. Mereka membeli meja hijau. (meja berwarna hijau) b. Rumah itu bermuka dua, timur dan barat. (mengahadap 2 arah)
kalimat Perhatikan penggalan wacana berikut: Damai? Mustahil. Upaya ke arah perdamaian kerap sulit diwujudkan. Keributan bahkan peperangan sering terjadi di beberapa tempat. Apakah nurani sebagian manusia mulai tumpul? Mungkin benar ‘kearoganan’ lebih menguasai hati mereka daripada ketulusan cinta kasih terhadap sesama manusia. Mereka tidak peduli penderitaan anak-anak, para wanita, orang tua yang menjadi korban kekejaman perang.
Berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat Kalimat minor kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau pusat Contoh: Damai? Mustahil. Mungkin benar. Kalimat-kalimat di atas hanya mengandung satu unsur inti: damai, mustahil, mungkin benar, karena hanya mengandung satu unsur inti maka disebut kalimat minor.
Lanjut: 2. Kalimat mayor Kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung 2 unsur inti. Contoh: a. Upaya ke arah perdamaian kerap sulit diwujudkan. b. Keributan bahkan peperangan sering terjadi di beberapa tempat. c. Apakah nurani sebagian manusia mulai tumpul. Kalimat-kalimat di atas mengandung dua inti kalimat atau lebih (upaya perdamaian sulit, keributan terjadi, nurani manusia mulai tumpul)
Berdasarkan jumlah kontur (Perhentian dalam intonasi ucapan kalimat) Kalimat minim Kalimat yang hanya mengandung satu unsur kontur (bagian dari arus ujaran yang diapit dua kesenyapan = /.../) Contoh: /Damai?/; /Mustahil/; /mana mungkin/ Kalimat panjang Kalimat yang mengandung lebih dari satu kontur satu unsur /Upaya ke arah perdamaian/kerap sulit diwujudkan /Keributan/bahkan peperangan/sering terjadi di beberapa tempat/ /Apakah nurani sebagian manusia /mulai tumpul?/ /Kearoganan/ lebih manguasai hati mereka /daripada ketulusan cinta kasih/ terhadap sesama manusia./ /Mereka /tidak peduli penderitaan anak-anak/, para wanita/, /orang tua /yang menjadi korban kekejaman perang./ Ketika membaca, pasti ada perhentian sejenak pada tanda /.../=satu kontur Dengan demikian kita dapat mengetahui berapa kontur dalam 1kalimat. Dapat dibuktikan kalimat itu panjang dan karena mengandung lebih dari satu kontur.
Berdasarkan jumlah inti dan urutan S-P Kalimat inti kalimat yang terdiri dari 2kata dan keduanya merupakan inti sedangkan urutan fungsi unsur-unsurnya diawali dengan S dan diakhiri dengan P dan intonasinya netral (bukan perintah maupun pertanyaan) Contoh: Laura pergi. Pikirannya jenuh. Usahanya gagal. Kalimat di atas terdiri dari 2kata. Kedua kata tersebut merupakan inti kalimat, susunan kalimat terdiri dari S dan P. Maka disebut kalimat inti.
Lanjut: 2. Kalimat luas kalimat yang terdiri lebih dari dua kata atau inti, sedangkan urutan fungsi unsur-unsurnya diawali dengan S dan diakhiri dengan P Contoh: Laura tidak akan pergi. Pikirannya sangat jenuh. Akhirnya usahanya gagal total Kalimat-kalimat di atas terdiri lebih dari 2kata atau inti. Laura (S) dan tidak akan pergi.(P)
lanjut 3. Kalimat transformasi kalimat inti yang sudah mengalami perubahan baik jumlah kata atau inti ataupun urutan subjek predikatnya Contoh: Laura tidak akan pergi. Pikirannya sangat jenuh. Akhirnya usahanya gagal total. (bandingkan dengan) Laura pergi. Pikirannya jenuh. Usahanya gagal
Berdasarkan jumlah pola kalimat (jumlah unsur S dan P) Kalimat tunggal Kalimat yang terdiri atas satu pola kalimat Contoh: Pak Tani memberantas hama padi. (S-P-O) Warga Hongkong terserang virus SARS. (S-P-O) Hari ini Camat menghadiri doa sejuta umat. (K-S-P-O) Kebersamaan sangat penting bagi rakyat Indonesia. (S-P-Pel) Setiap kalimat di atas hanya memiliki satu pola kalimat
Lanjut: 2. Kalimat majemuk Kalimat yang terdiri atas lebih dari satu pola kalimat a. kalimat majemuk bertingkat kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas, sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru, selain pola yang sudah ada. Contoh: Pak Tani (S) memberantas (P) hama padi (O) sebelum tanaman padi (S) banyak yang rusak. (P) (Ket: pola kalimat S-P-O, S-P) Hari ini (K) Pak Camat (S) menghadiri (P) doa sejuta umat (O) agar perdamaian (S) di bumi ini (K.tempat) tetap terjaga. (P) (Ket: pola kalimat K-S-P-O, S-P) Kebersamaan (S) sangat penting (P) bagi rakyat Indonesia (Pel) agar negara ini (S) tetap bersatu (P) (Ket: pola kalimat S-P-Pel, S- P) Akibat virus SARS (S) mewabah (P), kegiatan pariwisata (S) terganggu. (P) (Ket: pola kalimat: S-P, S-P)
Cara membentuk kalimat majemuk bertingkat: Dengan menggunakan kata penghubung antarkalimat (sebelum, sesudah, agar, supaya, akibat, sebab, jika, kalau, walaupun, bahwa. Kata penghubung ini dapat diletakkan di awal atau tengah kalimat Contoh: Pak tani memberantas hama padi, sebelum tanaman padi banyak yang rusak (Pola S-P-O, S-P) 2. Dengan memperluas S atau P atau O atau K dari kalimat tunggal memperluas S: Pak tani (S) rajin. (P) Pak Tani (S) yang rajin itu (P) memberantas (P) hama padi. (O) memperluas P: Paman saya petani. S-P Petani itu memberantas hama padi. S-P-O Paman saya (S) petani (P) yang rajin itu (P) memberantas (P) hama padi (O)
2. Kalimat majemuk setara Kalimat majemuk ini dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa kalimat tunggal. Kalimat-kalimat tunggal tersebut bukan merupakan perluasan dari salah satu fungsi kalimat lainnya. Masing-masing kalimat mempunyai kedudukan yang sama. Kata penghubung yang digunakan, misalnya dan, tetapi, melainkan, sedangkan, atau, padahal, lalu Contoh: a. Ibu tersenyum dan ayah tertawa. S-P-S-P b. Orang tuanya berada tetapi anak-anaknya rendah hati. c. Ia bukan anaknya melainkan teman anaknya. d. Tubuhnya kurus padahal makannya banyak. e. Asti meletakkan tasnya lalu pergi ke luar kelas.
Berdasarkan jenis dan bentuk kata kerja serta subjek dan predikatnya Kalimat aktif Ciri: S melakukan pekerjaan O sasaran dari S P berawalan me- Contoh: Saya menulis surat. Pak Ahmad harus memperbaiki rumah. Adik sudah mencuci mobil. Kalimat pasif Ciri: S menjadi tujuan O O melakukan pekerjaan P berawalan di-, ter- atau tanpa awalan Surat ditulis oleh saya. Rumah harus diperbaiki Pak Ahmad. Mobil sudah dicuci olah adik. Pintu tertutup rapat.
Pola kalimat dasar Ciri-ciri kalimat dasar: terdiri atas kalimat tunggal unsur-unsurnya lengkap urutan unsur-unsurnya umum tidak mengandung pertanyaan dan pengingkaran
Dalam bahasa Indonesia terdiri dari 6 tipe: S-P : Dia marah. S-P-O : Apoteker meracik obat. S-P-Pel : Anak-anak bermain bola. S-P-K : Mereka merantau ke Brunei. S-P-O-Pel : Murid menghadiahi gurunya bunga. 6. S-P-O-K : Mereka memperlakukan kami dengan baik.
Dalam kalimat dasar semua unsur minimal wajib ada, artinya apabila tidak lengkap kalimat tersebut belum selesai Mereka berangkat ke Australia tadi pagi. Korban peperangan tergeletak di jalan raya kemarin. Paman memanggang sate di jalan. Situs purbakala terancam punah sekarang. Sekarang waktu menunjukkan pukul 15.00 waktu Indonesia Barat.
Si Bodoh yang Manjur Lumbricus Rubellus sering disebut cacing bodoh. Tak seperti kebanyakan cacing lainnya, cacing ini bergerak sangat lamban. Jika ayam, bebek, atau tikus memangsanya, ia tidak berusaha menghindar. Tetapi, dibalik kelemahannya, cacing yang panjangnya 6 cm ini memiliki khasiat yang luar biasa. Ia tidak pernah sakit dan tahan serangan bakteri. Oleh karena kekuatannya inilah maka Si Bodoh sangat manjur untuk obat berbagai penyakit. Selain itu, Si Bodoh ini dapat dibuat pupuk tanaman yang sangat baik. Si Bodoh yang manjur ini memiliki kekhasan. Pada tubuhnya terdapat sebuah cincin. Ekornya tumpul berwarna kuning. Perkembangannya sangat cepat. Dalam satu minggu, seekor cacing bisa menghasilkan 12 ekor anak. Sayangnya jenis cacing ini di Indonesia susah ditemukan.