Kasus Lahan di Aceh dan Sumatera Utara Pascatsunami Rehabilitasi Tanah yang Tertimbun Lumpur Laut OLEH : 1.ADNAN 2.DIAN DWIYANTI H. 3.MEIRIZA GUSTI 4.NUGROHO W.
1. DASAR laut pada umumnya terdiri atas bahan pasir yang didominasi oleh kuarsa yang sukar lapuk. Pendahuluan 2. Lumpur laut banyak mengandung bahan organik yang berasal dari jatuhan bahan segar vegetasi yang ada di sepanjang pantai, di samping yang terikut dalam aliran sungai. 3. Clay mineralnya didominasi oleh tipe kaolinitik, suatu tipe mineral lempung yang mempunyai kemampuan memegang nutrisi rendah. 4. Air laut mengandung berbagai garam, utamanya garam dapur (NaCl), juga garam lain berupa kombinasi kation basa (K, Ca, Mg) dan anion sulfat, bikarbonat dan klor. Kandungan ion tersebut dapat mencapai $> 500 me/l, suatu kondisi tingkat kegaraman yang sangat jauh di atas kondisi tanah pertanian pada umumnya ($< 1 me/l).
Dampak yang dapat timbul bilamana lumpur laut terangkut ke daratan: 1. Kandungan garam terlarut yang sangat tinggi, baik berupa nutrisi maupun yang bersifat toksik bagi tanaman (terutama boron), menyebabkan keracunan bagi tanaman secara umum, dimulai dari pecah dan busuknya jaringan akar. 2. Suasana lumpur laut yang reduktif diperparah oleh adanya bangkai hewan dan mayat menyebabkan rusaknya sistem perakaran tanaman yang masih tersisa karena ketersediaan oksigen yang menjadi sangat terbatas. 3. Peruraian bahan organik yang semula tertahan akibat kelangkaan oksigen di lumpur sewaktu ada di laut dapat menjadi lebih cepat bilamana cukup tersedia sinar matahari dan adanya aliran air segar
Prinsip dasar rehabilitasi 1. Pembilasan, merupakan upaya menghilangkan garam yang bersifat larut. 2. Percepatan penguraian bahan organik dalam lumpur dengan pengeringan dan penderaian lumpur laut. 3. Setelah garam laut dapat dibilas dan laju penguraian bahan organik telah reda, maka diperlukan tindakan perbaikan status nutrisi di dalam lumpur.
Uji Kesudahan Rehabilitasi Lahan 1. Kesudahan pelindian/pembilasan ditandai oleh rendahnya kandungan klor dan sulfat di dalam air bilasan. 2. Laju peruraian yang reda ditunjukkan oleh tidak timbulnya bau busuk, tidak panas dan bahan lumpur telah berwarna lebih cerah dibandingkan dengan lumpur aslinya. Warna kecoklatan dapat juga dipakai sebagai indikator bahwa tanah tersebut telah bebas dari pengaruh air laut dan suasananya sudah oksidatif. 3. Penurunan natrium dalam tanah lebih sulit untuk dideteksi, pada umumnya dapat dikurangi dengan mencampur tanah asli dengan lumpur laut yang sudah dihilangkan pengaruh air lautnya.
Langkah Operasional 1. Zonasi/pewilayahan/pemetaan karakterisasi lumpur dan kondisi lingkungannya, macam lumpur akan menentukan macam terapi 2. Diperlukan minimal dua musim. Musim kemarau untuk mengeringkan dan penggelantangan lumpur laut sekaligus untuk percepatan dekomposisi bahan organik yang terjadi secara aerob. Musim hujan berikutnya untuk pembilasan dan perbaikan kualitas tanah. 3. Pekerjaan tersebut mungkin dapat memakan waktu yang lebih panjang bilamana hasil akhir belum tercapai. Sebelum tuntas, lahan belum layak untuk ditanami
Uji Kualitas Air Sumur Uji keberadaan lumpur dan garam laut di dalam sumur dapat juga menggunakan sarana uji tersebut di atas, untuk lebih rinci dapat digunakan uji yang lebih rinci, misalnya dengan pH meter (menguji kemasaman/kebasaan air), alat yang sama, EC meter (menguji garam terlautkan).
Terima Kasih Atas Perhatiannya Semoga Dapat Memahami Yang Telah Kami Jelaskan. Semoga Ilmu Ini Dapat Bermanfaat Bagi Kita Semua. Amien