2. Ginting terdiri dari Suka dan Munte.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
DASAR-DASAR SENI BUDAYA. Adaptif Pengertian Kebudayaan dan Seni.
Advertisements

Matakuliah : R0772 – Arsitektur Tradisional
HUKUM PERSEORANGAN ADAT
Suku Asmat: Sosok Budaya Indonesia di Papua
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DI INDONESIA
MASYARAKAT HUKUM ADAT INDONESIA
HUKUM WARIS ADAT Perkawinan, selain bertujuan memperoleh keturunan juga untuk dapat bersama-sama hidup pada suatu masyarakat dalam suatu perikatan (keluarga).
HUKUM ADAT ANA DHAOUD DAROIN.
Suku Sasak Suku Sasak adalah suku bangsa yang mendiami Pulau Lombok dan menggunakan bahasa Sasak. Suku ini berasal dari Jawa dan Bali. Sebagian besar masyarakatnya.
TUGAS SOSIOLOGI SUKU TENGGER SMA NEGERI 1 WARU 2011.
SISTEM KEPERCAYAAN DAN KEJAHATAN
Berasal dari Kerajaan Pajajaran/Bogor.
KEBUDAYAAN BATAK DAN SUNDA
Aryo Haris S Marwan Bilton S Tio Aldino Ratnasari Dwi P Chorina Puspita Dewi Rahmadani Pricilia
Sosiologi Antropologi Pendidikan
OLEH: MASIA JOSEPHINE WORO PRABANINGRUM NO PESERTA:
Diferensiasi Sosial Artinya klasifikasi masyarakat secara mendatar/horizontal/tidak menimbulkan kelas-kelas sosial. Misalnya perbedaan agama, suku, klan,
MENGENAL SUKU BADUY DARI BANTEN
SISTEM HUKUM WARIS ADAT DI DESA TRUNYAN DAN TENGANAN BALI
Bab 4 Adat Istiadat dalam Masyarakat
Pendidikan Agama Islam
Wawasan Budaya Nusantara [ ISI Surakarta ]
DIFERENSIASI SOSIAL.
ETNISITAS RESTU RAHMAWATI, MA.
Teori ETNISITAS.
Mata Kuliah Keluarga dan Kewarisan Adat
MKI TUGAS AKHIR.
Kebudayaan Minang Pertemuan 7
PENATAAN UPT. PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PENGELOLAAN STANDAR DINAS DI LINGKUNGAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA PEMERINTAH.
Di bawah ini yang bukan merupakan ciri-ciri badaniah adalah....
KEARIFAN LOKAL SUKU ASMAT
BAB 9 KARAKTERISTIK DEMOGRAFI, EKONOMI DAN SOSIAL KONSUMEN
KELOMPOK 4 JUAN TONDI / 2o OKTAVIAN / 31 ARNOLD / 5 CAESAR / 13
By Hukum 2012 A Kelompok Perkawinan
Sistem KEKERABATAN.
MASYARAKAT HUKUM ADAT INDONESIA
Mata Kuliah Keluarga dan Kewarisan Adat
POLA KERUANGAN DESA AMALUDIN, S.IP, MM.
KEBUDAYAAN ACEH Pertemuan 10
Komunikasi dan Penyuluhan Agribisnis ( )
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia
Penduduk Dan Tingkat Pendidikan
3. Kebijakan Pemerintah dalam bidang keagamaan
ETNOGRAFI.
KELUARGA DAN FUNGSI KELUARGA
ZAMAN MEGALITIKUM Di susun oleh Taufik Silvan W. Rengganis Rilisia D.
Teori ETNISITAS.
Introducing ZAMAN NEOLITHIKUM
TRADISI SURAN SENDANG SIDUKUN DAN NILAI GOTONG-ROYONG PADA MASYARAKAT DESA TRAJI, KECAMATAN PARAKAN, KABUPATEN TEMANGGUNG (Kajian Antropologi-Sosiologi)
Sejarah Hukum Adat Di sajikan hari Senin, Oktober 2012
Pola perkawinan endogamy
Pekabaran Injil di Sumatra Utara Tokoh-tokoh PI: Tokoh-tokoh PI: H. Neubronner van der Tuuk Ludwig Ingwer Nommensen ( ) G. Van Asselt.
Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Ritual Potong Jari1 kelompok : 6 Agung Alexander ( )
Kelompok 3 (timur) Kebudayaan suku asmat XI-IPS.
HUKUM PERKAWINAN ADAT.
KEBUDAYAAN SUMATERA UTARA
Aldo Wijaya Chinthya Gobinder Sing M. Wira Utama
Sistem Sosial dan Budaya Masyarakat Minangkabau
3 INDENTITAS NASIONAL Pendidikan kewarganegaraan
SISTEM KEKERABATAN Dasar kekerabatan masyarakat Asmat adalah keluarga inti monogami, atau kadang-kadang poligini, yang tinggal bersama- sama dalam rumah.
JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI.
KOMUNIKASI Komunikasi Antarbudaya
Pengertian agama kata agama berasal dari bahasa sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu.
Bab.4 KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA Kelompok 4. X-6 Nama Anggota : 1. Firizki Rahayu Maharani 2. Febri Nuryadi 3. Fredrik Ariel.O 4. Erlando 5. Widya.
Bab I pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memilki banyak suku. Suku Batak merupakan suku.
Oleh Paulus Wirutomo Sistem Sosial Indonesia (2015)
Keberagaman Masyarakat Indonesia Dalam
GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA PGO 6230
CREATED BY ANDIKA PRATAMA. Menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta dan terdiri dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata.
Transcript presentasi:

2. Ginting terdiri dari Suka dan Munte. Suku Batak Batak adalah nama suku bangsa di Indonesia. Suku ini bermukim di Sumatra Utara. Suku Batak ini berdiaspora ke berbagai penjuru Indonesia. Diperkirakan di wilayah Jabodetabek saja sudah mencapai lebih dari 1.000.000 jiwa. Sudah lebih banyak orang Batak yang bermukim di luar daerah asalnya. Sebagian bermukim di Medan dan sekitarnya, sehingga secara nasional orang Batak sering disebut sebagai orang Medan. Mayoritas orang Batak beragama Kristen dan sebagian lagi beragama Islam. Tetapi dan ada pula yang menganut agama Malim (pengikutnya biasa disebut dengan Parmalim) dan juga penganut kepercayaan animisme (disebut Pelebegu atau Parbegu), walaupun jumlah penganut Parmalim dan Pelebegu ini sudah semakin berkurang. Istilah Batak ditujukan untuk beberapa kelompok etnik yang mendiami wilayah Provinsi Sumatra Utara, bagian selatan Aceh, Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun, Toba, dan lainnya. Jumlah orang Batak kurang lebih 3 juta jiwa. Secara kultural, mereka tidak memiliki aturan-aturan etika yang terlalu kompleks maupun hirarki sosial seperti halnya masyarakat Indonesia yang sudah terpengaruh budaya Hindu. Mereka cenderung mempunyai kemiripan dengan para kaum peladang di dataran tinggi Asia Tenggara lainnya, meskipun beberapa dari mereka ada juga yang bercocok tanam padi. Orang Batak terdiri dari lima sub etnis yang secara geografis dibagi menjadi: 1.      Batak Toba (Tapanuli), mendiami Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan menggunakan bahasa Batak Toba. 2.      Batak Simalungun, mendiami Kabupaten Simalungun, sebagian Deli Serdang, dan menggunakan bahasa Batak Simalungun. 3.      Batak Karo, mendiami Kabupaten Karo, Langkat, dan sebagian Aceh. Menggunakan bahasa Batak Karo. 4.      Batak Mandailing, mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan, wilayah Pakantan, dan Muara Sipongi, dan menggunakan bahasa Batak Mandailing. 5.      Batak Pakpak, mendiami Kabupaten Dairi dan Aceh Selatan, dan menggunakan bahasa Batak Pakpak. Lain halnya seperti Suku Bali yang mempunyai beberapa kelompok masyarakat dengan perbedaan tradisi tetapi menyatukan diri, atau Suku Jawa yang mengelompokkan diri mereka dalam suatu desa atau lingkungan, orang Batak mengasosiasikan diri mereka dalam tradisi kelompok yang disebut marga, berdasar dari garis keturunan pihak laki-laki. Kelompok ini memegang kepemilikan tanah dan melarang perkawinan sesama anggota. Secara tradisional, setiap marga merupakan unit pemberi istri dan penerima istri, di mana seorang laki-laki muda mengambil istri dari klan pihak keluarga ibu dan seorang perempuan muda menikahi seseorang dari keluarga bibi yang berasal dari pihak ayah. Selama ini di Tanah Karo dikenal adanya marga silima (lima marga). Nama-nama marga itu, antara lain: 1.      Karo-karo terdiri dari Sitepu, Sinulingga, Surbakti, Purba, dan Kaban. 2.      Ginting terdiri dari Suka dan Munte. 3.      Tarigan terdiri dari Sibero, Silangit, Tua, dan Tambun. 4.      Sembiring terdiri dari Brahmana, Colia, Kembaren, Pelawi, dan Guru Kinayan. 5.      Perangin-angin terdiri dari Bangun, Sukatendel, Jambur Beringin, Jinabun, Singarimbun, dan Sebayang. Ketika wilayah Sumatra masih luas dan populasi penduduknya masih rendah disertai supply hutan yang tak terbatas, sistem kepemilikan tanah dan autoritas ini bisa berfungsi dengan baik. Sebuah grup bisa saja memisahkan diri dari kelompok lama jika mereka ingin memulai usaha di tempat yang baru sekaligus mengklaim daerah yang baru sebagai milik mereka. Jika kehidupan kelompok atau marga yang baru ini menjadi makmur, anggota keluarga yang lain akan diundang untuk menetap di sana dan membangun perkawinan antar keluarga terutama dengan penduduk terdahulu yang otomatis memegang kendali hukum di seluruh wilayah tersebut. Silsilah keturunan dijaga dengan baik dan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui cerita-cerita yang kemudian akan diperdengarkan dalam upacara kematian. Bantuan dan kerja sama khususnya dalam pengelolaan tanah merupakan kewajiban terhadap leluhur dan anggota baru yang bergabung dalam keluarga diharuskan menghormati aturan ini. Marga sudah terbukti sebagai unit sosial yang fleksibel dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia kotemporer dewasa ini. Orang Batak yang menetap di daerah urban seperti Medan dan Jakarta membentuk perkumpulan marga sebagai sarana untuk mendapatkan dukungan di bidang finansial maupun aliansi politik.  Di saat sistem kerja sama, marga telah mengalami perubahan mendasar dalam beberapa aspek, orang-orang Batak yang migrasi ke tempat lain tetap menjunjung tinggi identitas etnis mereka. Rumah adat Siwaluh Jabu, rumah adat Batak Karo. Rumah ini bertiang tinggi dan satu rumah biasanya dihuni atas satu keluarga besar yang terdiri dari 4 sampai 8 keluarga Batak. Di dalam rumah tak ada sekatan satu ruangan lepas. Namun pembagian ruangan tetap ada, yakni dibatasi oleh garis-garis adat istiadat yang kuat, meski garis itu tak terlihat. Masing-masing ruangan mempunyai nama dan siapa yang harus menempati ruangan tersebut, telah ditentukan pula oleh adat. Kepercayaan Batak telah menganut agama Kristen Protestan yang disiarkan oleh para Missionaris dari Jerman yang bernama Nomensen pada tahun 1863. Sebelum Suku Batak menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaanNya terwujud dalam Debata Natolu. Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu: Ø  Tondi Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi didapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya. Ø  Sahala Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula. Ø  Begu Begu adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam. Beberapa begu yang ditakuti oleh orang Batak, yaitu: Sombaon, yaitu begu yang bertempat tinggal di pegunungan atau di hutan rimba yang gelap dan mengerikan. Solobean, yaitu begu yang dianggap penguasa pada tempat tempat tertentu Silan, yaitu begu dari nenek moyang pendiri hutan/kampung dari suatu marga Begu Ganjang, yaitu begu yang sangat ditakuti, karena dapat membinasakan orang lain menurut perintah pemeliharanya. Aksara Karo Suku Batak Karo mempunyai aksara unik, seperti berikut: Aksoro Karo Pemantik Aksoro Merga