Sosiolinguistik II MULTILINGUALISME DAN MULTIKULTURALISME Sailal Arimi, S.S., M.Hum
Bahasa dan Budaya Setiap bahasa memiliki budaya sendiri? Setiap budaya memiliki bahasa? Keduanya berkorelasi? Hipotesis Sapir-Whorf The structure of a language determines the way in which speakers of that language view the world.
Versi lain Hipotesis Whorf Versi lunak The structure does not determine but is still extremely influential. Versi netral There is little or no relationship between language and culture
Pendapat lain Bahasa tidak hanya menentukan budaya, tetapi juga cara dan jalan pikiran manusia (Khaidir Anwar, 1990: 86) Budaya suatu bangsa tercermin dalam bahasanya (Abdul Wahab, 1992) The conciseness and clearness of thought of a people depend to a great extent on their language (Boaz)
KORELASI BAHASA DAN PIKIRAN Ketika bahasa berbeda apakah penuturnya juga berpikir secara berbeda? Menurut Matthews (2003), banyak bukti yang secara jelas mengungkapkan perbedaan ini. SEKADAR CONTOH: Orang Tzeltal tidak mengenal ungkapan seperti kanan (right) atau kiri (left), depan (in front) atau belakang (behind) seperti digunakan orang-orang Inggris (Matthews, 2003: 74). orang Jawa terbiasa berpikir secara geografis dengan menunjuk Utara, Selatan, Timur, Barat dan sebagainya, tidak seperti orang-orang di Sumatera.
Contoh lain? Orang Indonesia umumnya berpikir dan bertindak sosial misalnya berbasa-basi menanyakan topik-topik keluarga, asal usul, pekerjaan, aktivitas, tujuan, tempat tinggal, dan pendidikan (Arimi, 1998). Orang Barat cenderung berpikir dan bertindak individual, tidak menanyakan hal-hal menyangkut penutur atau mitra tutur. Topik umum adalah cuaca, deskripsi kota asal, atau membicarakan hal-hal noninsani.
Korelasi Leksikon dan Cara Berpikir Masyarakatnya? Indonesia Jawa Inggris Musim hujan dan musim kemarau - Musim panas, semi, gugur, dingin Padi, gabah, beras, nasi, ketan Sama dgn Indonesia Rice Pohon kelapa Janur, blarak, sada, plapah, tebah, korek, manggar, mandha, bluluk, cengir, degan, krambil, glugu. Coconut
Grafik 1: Pandangan Penutur Jateng Schweizer via Mulyana dan Rahmat (1993: 182)
Grafik 2: Pandangan Penutur Batak Schweizer via Mulyana dan Rahmat (1993: 182)
Grafik 3: Pandangan Penutur Bugis Schweizer via Mulyana dan Rahmat (1993: 182)
Model Retorika Robert B Kaplan Model Retorika Anglo-Saxon Model Retorika Semitik Model Retorika Asiatik Model Retorika Franco-Italia TATARAN BAHASA MODEL RETORIKA INI DARI PARAGRAF HINGGA TEKS (WACANA) (Coft, 1980; Wahab, 1992: 150)
1. Model Retorika Anglo-Saxon Berkembang dari cara berpikir Plato-Aristotelian. Diikuti pemikir-pemikir dunia Barat sejak zaman Yunani Kuno, Romawi, Abad Pertengahan, Renaisance, sampai sekarang (ilmuwan seluruh dunia) Model retorika ini bersifat linear. Menggunakan metode pengembangan pikiran dengan teknik deduksi atau induksi Umum ke khusus (deduktif), Khusus ke umum (induktif) Kalimat topik ke kalimat penjelas (contoh, ilustrasi, dsb)= deduksi; kalimat penjelas ke kalimat topik = induksi
2. Model Retorika Semitik Berkembang dari budaya Arab-Persia Penggunaan paralelisme berlebihan, misalnya dan atau tetapi Pemakaian kalimat majemuk setara jauh lebih banyak dari kalimat majemuk bertingkat.
3. Model Retorika Asiatik Berkembang dari budaya bangsa-bangsa di Asia (termasuk Indonesia) Cara berpikir tidak langsung ke inti persoalan. Tidak berterus terang, berputar-putar
4. Model Retorika Franco-Italia Berkembang dari kebudayaan di Perancis, Italia termasuk Spanyol. Pemakaian kata-kata yang boros dan berbunga-bunga sebelum sampai pada inti persoalan Model ini terkesan puitis (romantis)