حب الوطن من الإيمان Irfan Abu Naveed

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Esensi Puasa dari sudut pandang Hadits
Advertisements

Jurusan Tarbiyah PAI 08.T Yanti Mulyanti.
Pembagian Hadis Oleh: Nur Kholis, M.Ag. H. Thonthowi, S.Ag.
PENJELASAN TATA CARA SHALAT Bagian 9/13
Cara Sholat Rasulullah SAW (Sifat Sholat Rasul) ISLAM
HADITS KEDUAPULUH DUA.
OLEH: MUHAMAD FATONI,M.Pd.I BAB III. Allah Menilai Hati Manusia عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : ' إن الله لا ينظر إلى صوركم.
BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB IV SUMBER HUKUM ISLAM.
AL-SUNNAH & AL-HADITS PENGERTIAN & FUNGSI
IJMA’ SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
Berinteraksi dengan sunnah
ASSALAMUALAIKUM WR. WB.
HUKUM MEMINTA-MINTA FATWA TARJIH.
Mu’tazilah, Syi’ah, Ahli Sunnah wal Jama’ah
MA’RIFATUSY SYAHADATAIN
Pembagian Khabar Dilihat dari Sisi Sampainya Hadits Kepada Kita
METODOLOGI EKONOMI ISLAM
I J T I H A D.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MINGGU KETUJUH : PROSEDUR KEHAKIMAN DAN KESELAMATAN
AQIDAH UNIT 9 Kelas Bimbingan Dewasa.
HadiTH Tiga Serangkai KURSUS BIMBINGAN UGAMA (KBU)
TAQWA KEPADA ALLAH Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
HIJRAH Dari Kompetensi Ke Kontribusi
PERTEMUAN KE-3 Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum.
Oleh: -Fatimah ibtisam -Layla mahdamy
SUNNAH (AL-HADITS) SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM
ESENSI PUASA DARI SUDUT PANDANG HADITS
Ciri Khas Akidah ASWAJA: Allah Ada Tanpa Tempat
Perkuliahan Tatap Muka Ke-3 Ulumul Hadis Selasa, 28 Oktober 2008
Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu
BAHASAN HARI INI PENGERTIAN & FUNGSI AL-SUNNAH & AL-HADITS
Amalan Setelah Melahirkan
Amalan Setelah Melahirkan
Inilah Kunci Surga Surga, dengan segala kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia, memiliki.
BERBISNIS SECARA SYAR’I…
ANASIR HADIS SIAP UNTUK KULIAH??? SANAD / RAWI MATAN
Ikhlas dan Pengaruhnya dalam Amal
TAHAP PERKEMBANGAN MANUSIA DAN KARAKTERISTIKNYA DALAM ISLAM
Menuntut Ilmu dan Menghargai waktu
Menghormati ulama dan majelis ilmu
AKAD BISNIS DALAM ISLAM
Etika Individu Pebisnis (Akhlaq Pebisnis Muslim)
Cinta yang membawa ke surga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kaidah – kaidah dalil asma’ wa sifat
AL-SUNNAH & AL-HADITS PENGERTIAN & FUNGSI
Pengantar Ushul Fiqh (Pertemuan 1)
Materi Pertemuan IV Al Hadis/ As Sunnah.
Disusun Oleh: Muhammad Ridwan, S.Pd.I
ALIRAN SESAT CIRI-CIRI DAN CARA-CARA MENGHINDARINYA
 Ketika Anda sedang berpuasa, merasa sangat lapar, dan tidak ada orang lain melihat Anda... KENAPA ANDA TIDAK MAKAN?  Puasa melatih muraqabah (rasa.
Oleh : Dr. Octaria Saputra SABAR dan BERSYUKUR.
TAAT PADA ATURAN TAAT PADA ATURAN. QS. An – Nisa’ 4 : 59 Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara.
Cinta yang membawa ke surga
Cinta yang membawa ke surga
HADITS DHOIF DAN KEHUJAHANNYA Disusun oleh: 1. Nisvy Sya’bana ( ) 2. Satrio Pandji ( ) 3. Zaenal Musthofa ( )
TUNTUNAN SHALAT TAHAJUD Mari Berilmu Sebelum Beramal dan Bersemangat untuk Beramal di atas Ilmu.
IMAM FASIH FATWA TARJIH 2004.
Setiap umat manusia, baik laki-laki maupun perempuan, wajib untuk menuntut ilmu, menuntut ilmu harus dilakukan dengan penuh semangat dan tidak boleh dengan.
Esensi Puasa dari sudut pandang Hadits Ust H. Abdurrahman Makatita, Lc MA Materi Kajian Islam Ramadhan (KISRA) Hari-2.
H.M. Shiddiq Al-Jawi, S.Si, MSI
Esensi Puasa dari sudut pandang Hadits Ust H. Abdurrahman Makatita, Lc MA Materi Kajian Islam Ramadhan (KISRA) Hari-2.
SHALAT SUNNAH TASBIH Shalat sunnah tasbih ialah shalat yang diajarkan Rasulullah saw, kepada pamannya, yakni sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib. Shalat.
حَـــــــــلاَوَةُ الإِيْمَـــــــــانِ
Makanan Halal يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوخُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Toleransi, Kerukunan dan Menghindari Tindak Kekerasan Kelompok 1.
BISMILAHIRAHMINARAHIM TUJUAN PEMBELAJ ARAN Menjelaskan pengertian ijtihad Menjelaskan syarat-syarat ijtihad Menjelaskan pengertian ijma Menjelaskan pengertian.
Transcript presentasi:

حب الوطن من الإيمان Irfan Abu Naveed Kajian Kritik حب الوطن من الإيمان Irfan Abu Naveed

Dari Ibn ‘Abbas r. a. (dalam riwayat no Dari Ibn ‘Abbas r.a. (dalam riwayat no. 4023), bahwa Rasulullaah SAW bersabda: اتّقُوا الْحَديثَ عَنّي إلاّ مَا عَلِمْتُمْ فَمَنْ كَذَبَ عَلَىّ مُتَعَمّداً فَلْيَتَبَوّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النّارِ، وَمَنْ قالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النّارِ “Janganlah kalian mengatakan suatu hadits dariku, kecuali apa yang aku ajarkan pada kalian, karena barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka bersiap-siaplah mengambil tempatnya di neraka dan barangsiapa berbicara tentang Al-Qur’an berdasarkan ra’yunya (pemikirannya sendiri-pen.), maka bersiap-siaplah mengambil tempatnya di neraka.” (HR. Ibn ‘Abbas. Hadits hasan) Imam Abu al-A’la al-Mubarakfuri mengatakan: “Hadits hasan, dan Imam Ahmad pun meriwayatkan hadits ini melalui jalur lainnya.”

Imam Abu al-A’la al-Mubarakfuri –penyusun kitab Tuhfatul Ahwadzi- menjelaskan: قوله: "اتقوا الحديث" أي أحذروا روايته "عني" والمعنى لا تحدثوا عني "إلا ما علمتم" أي أنه من حديثي “Sabda Nabi SAW: Perhatikanlah al-hadits” yakni perhatikanlah periwayatannya “dariku” dan maknanya adalah janganlah kalian mengatakan dariku “kecuali apa yang aku ajarkan pada kalian” yakni diketahui bahwa hadits tersebut memang dariku (Nabi SAW).”

PENILAIAN PARA PAKAR Imam al-Shaghaniy Dalam kitab Mawdhuu’aat menyatakan: الأحاديث المنسوبة إلى محمد بن سرور البلخي كلها موضوعة. وأحاديث شهر بن حوشب كذلك والله أعلم. ومنها قولهم: (حب الوطن من الإيمان). “Hadits-hadits yang dinisbahkan pada Muhammad bin Surur al-Bulkhiy semuanya adalah hadits palsu, begitu pula hadits-hadits yang diriwayatkan Syahr bin Hawsyab, wallaahu a’lam. Diantaranya pernyataan: “Cinta tanah air adalah sebagian dari keimanan.” Lihat: Mawdhuu’aat al-Shaghaaniy, karya Imam al-Raadhiy al-Shaghaaniy.

حديث حب الوطن من الإيمان. لم أقف عليه. Imam al-Suyuthiy menyatakan: حديث حب الوطن من الإيمان. لم أقف عليه. Lihat: al-Durar al-Muntatsirah fii al-Ahaadiits al-Musytaharah karya Imam al-Suyuthiy & Tadzkiratul Mawdhuu’aat karya al-Fataniy.

حب الوطن من الإيمان (ليس بحديث) الجد الحثيث في بيان ما ليس بحديث (دار الراية: الرياض - الطبعة الأولى ١٤١٢ هـ - ١٩٩١م) للعلامة الشيخ أحمد بن عبد الكريم العامري الغزي: حب الوطن من الإيمان (ليس بحديث) “Bukan hadits Nabi Muhammad SAW”

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albaniy mengungkapkan: موضوع. كما قال الصغاني ( ص 7 ) و غيره. و معناه غير مستقيم إذ إن حب الوطن كحب النفس و المال و نحوه، كل ذلك غريزي في الإنسان لا يمدح بحبه و لا هو من لوازم الإيمان ، ألا ترى أن الناس كلهم مشتركون في هذا الحب لا فرق في ذلك بين مؤمنهم و كافرهم؟ “Hadits palsu, sebagaimana dinyatakan Imam al-Shaghaaniy (hlm. 7) dan para ulama lainnya. Dan maknanya tidak benar karena cinta tanah air seperti cinta diri, cinta harta dan yang semisalnya, semua jenis cinta ini bersifat naluriyyah belaka, tidak ada pujian (dari Allah dan Rasul-Nya) terhadap rasa cinta ini dan tidak termasuk konsekuensi keimanan. Bukankah engkau melihat orang-orang bisa berserikat dalam jenis cinta ini tidak ada perbedaan antara orang-orang yang mengaku beriman dan orang-orang kafir di antara mereka?” Silsilah al-Ahaadiits adh-Dha’iifah (1/110), Muhammad Nashiruddin al-Albaniy.

BAGIAN DARI IMAN? Ketika “Cintah tanah air” diklaim sebagai bagian dari keimanan, maknanya sama seperti hadits shahih: الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ “Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman.” (HR. Al-Bukhari) Padahal hal tersebut tidak boleh ditetapkan kecuali berdasarkan hujjah syar’iyyah. Maka penetapan cabang keimanan dengan hadits palsu jelas tertolak dan wajib ditolak. ِ

Syaikh Al-Azhari asy-Syafi’i menegaskan bahwa hadits “hubbul wathon minal iman” adalah maudhu` (palsu). (Tahdzirul Muslimin min al-Ahadits al-Maudhu’ah ‘Ala Sayyid al-Mursalin, Syaikh Muhammad bin al-Basyir bin Zhafir al-Azhari asy-Syafi’i (w. 1328 H) (Beirut : Darul Kutub al-Ilmiyah, 1999)) Imam As-Sakhawi (w. 902 H) menegaskan kepalsuannya dalam kitabnya Al-Maqashid al-Hasanah fi Bayani Katsirin min al-Ahadits al-Musytaharah ‘ala Alsinah, halaman 115.

Penilaian palsunya hadits tersebut juga dapat dirujuk pada referensi-referensi (al-maraji’) lainnya sebagai berikut : Kasyful Al-Khafa` wa Muziilu al-Ilbas, karya Imam Al-‘Ajluni (w. 1162 H), Juz I hal. 423; Ad-Durar Al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Masyhurah, karya Imam Suyuthi (w. 911 H), hal. 74; At-Tadzkirah fi al-Ahadits al-Musytaharah, karya Imam Az-Zarkasyi (w. 794 H), hal. 11.

APA ITU HADITS PALSU? Hadits maudhu’ adalah hadits yang didustakan (al-hadits al-makdzub), atau hadits yang sengaja diciptakan dan dibuat-buat (al-mukhtalaq al-mashnu`) yang dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. Artinya, pembuat hadits maudhu` sengaja membuat dan mengadakan-adakan hadits yang sebenarnya tidak ada (Lihat: Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin, hal. 35; Dr. Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadits, hal. 89).

Kitab Taysiir Mushthalah Al-Hadiits Syaikh Dr. Mahmud Ath-Thahhan (Ustadz di Kulliyyatul Hadiits – Universitas Islam Madinah)

PENJELASAN PARA ULAMA: BERDALIL DENGAN HADITS PALSU Dalam Qaamuus al-‘Iqaab dijelaskan: لا يجوز اعتباره ولا الاستدلال به، فهو مصنوع مختلَق ملصَق بالنبي صلى الله عليه وسلم وليس هو مما قاله أو فعله أو أقرّه، ولا هو صفة خَلْقية أو خُلُقية له صلى الله عليه وسلم. “Tidak boleh mengambil simpulan hukum dan berdalil dengannya (hadits palsu), ia dibuat secara dusta dinisbahkan pada Nabi SAW, padahal ia bukan termasuk ucapan, perbuatan atau persetujuan Nabi SAW, bukan pula termasuk karakter penciptaan atau sifat Nabi SAW.”

Memang ada segolongan ulama yang berpendapat bolehnya menggunakan hadits dha’if dalam fadhaa’il al-a’maal dan nasihat (meski yang dikuatkan (rajih): hadits dha’if tidak boleh dijadikan sebagai dalil apapun), namun mereka mensyaratkan tiga hal, salah satunya sebagaimana dinyatakan Al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalaniy: أن يكون الضّعف غير شديد “Tingkat kelemahan hadits tersebut tidak boleh lemah sekali.” Lihat: Al-Hadiits (lil mustawaa’ al-raabi’), Jaami’ah al-Imaam Muhammad bin Su’uud al-Islaamiyyah.

Kitab Taysiir Mushthalah Al-Hadiits Syaikh Dr. Mahmud Ath-Thahhan (Ustadz di Kulliyyatul Hadiits – Universitas Islam Madinah)

Al-Hafizh Al-Imam Al-Nawawi: قال العلماء من المحدثين والفقهاء وغيرهم‏:‏ يجوز ويستحب العمل في الفضائل والترغيب والترهيب بالضعيف ما لم يكن موضوعا‏، وأما الأحكام كالحلال والحرام والبيع والنكاح والطلاق وغير ذلك فلا يُعمل فيها إلا بالحديث الصحيح أو الحسن إلا أن يكون في احتياط في شيء من ذلك، كما إذا ورد حديث ضعيف بكراهة بعض البيوع أو الأنكحة، فإن المستحب أن يتنَزّه عنه ولكن لا يجب. Al-Adzkaar Al-Nawawiyyah, Al-Hafizh al-Imam al-Nawawi. Tuhfatul Abraar bi Nukt al-Adzkaar al-Nawawiyyah, Al-Imam Jalaluddin al-Suyuthiy.

“(Sebagian) ulama dari golongan ahli hadits, ahli fikih, dan lainnya berkata: diperbolehkan dan disukai beramal dalam amalan-amalan fadhilah, nasihat dan peringatan dengan hadits dha’if, selama bukan hadits palsu. Adapun hukum-hukum halal - haram, jual beli, menikah, thalaq, dan lain-lain, maka tidak diamalkan kecuali berdasarkan hadits shahih atau hasan, pengecualiannya jika hadits dha’if digunakan agar orang berhati-hati dalam hal tersebut, misalnya jika disebutkan hadits dha’if tentang apa yang dibenci dalam jual beli dan pernikahan. Dan disunnahkan untuk meninggalkannya namun tidak wajib.”

Catatan Kaki dalam Kitab Al-Adzkaar Al-Nawawiyyah, Al-Hafizh al-Imam al-Nawawi.: فمن أئمة أهل العلم من لا يرون العمل بالحديث الضعيف مطلقًا كابن معين والبخاري ومسلم وابن العربي الفقيه وابن حزم وغيرهم “Dan di antara para Imam ahli ilmu yang tidak mengadopsi pendapat beramal (menggunakan) dengan hadits dha’iif secara mutlak adalah Imam Ibn Ma’in, al-Bukhari, Muslim, Ibn al-’Arabiy al-Faqiih, Ibn Hazm, dll.”

Dan hadits palsu adalah seburuk-buruknya jenis hadits dha’iif Dan hadits palsu adalah seburuk-buruknya jenis hadits dha’iif. Dalam sebuah kitab kajian ilmu hadits dinyatakan: والضعيف على مراتبَ متفاوتَةٍ بحَسَب شِدَّة ضَعفِ رُواته وخِفَّته، فمنه الضعيف، والضعيف جدًّا، وقد قسّمه علماء المصطلح إلى أنواع كثيرة، وشرُّ أنواعه الموضوع. “Dan hadits dha’iif dibagi ke dalam sejumlah tingkatan yang berbeda-beda berdasarkan tingkat kelemahan dan kelalaian para perawinya. Diantaranya dikatakan lemah (dha’iif), lemah sekali (dha’iif jiddan). Dan sungguh para ulama ahli ilmu hadits telah membaginya ke dalam banyak jenis, dan yang paling buruk adalah hadits palsu (al-mawdhuu’).” Lihat: al-Hadiits (lil mustawaa’ al-raabi’) (hlm. 40), Sub Bab. Hukm al-‘Amal bil Hadiits al-Dha’iif, Jaami’ah al-Imaam Muhammad bin Su’uud al-Islaamiyyah.

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ “Barangsiapa sengaja berdusta atas namaku, maka ia akan mengambil tempatnya dari api (neraka).” (Hadits Mutawatir Lafzhiy (Lafazh & Makna)) رواه بضعة وسبعون صحابيًا (تيسير مصطلح الحديث - د. محمود الطحان) Lihat: Tadriib al-Raawiy fii Syarh Taqriib al-Nawawiy (2/177).

Imam Abu al-A’la al-Mubarakfuri menjelaskan: "فليتبوأ مقعده من النار" أي ليهييء مكانه من النار قيل الأمر للتهديد والوعيد، وقيل الأمر بمعنى الخبر “Maka bersiap-siaplah mengambil tempat kediamannya di neraka” yakni bersiap-siaplah menduduki tempatnya kelak di neraka. Dikatakan pula bahwa lafazh perintah ini bermakna peringatan keras dan kecaman, dan dikatakan pula bahwa maknanya adalah khabar.” Referensi: Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ al-Tirmidzi , Imam Abu al-A’la al-Mubarakfuri