PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN oleh : NOVRIANI
Terbentuknya gambut pada umumnya terjadi dibawah kondisi dimana tanaman yang telah mati tergenang air secara terus menerus, misalnya pada cekungan atau depresi, danau atau daerah pantai yang selalu tergenang dan produksi bahan organik yang melimpah dari vegetasi hutan mangrove atau hutan payau. Tanah gambut apabila memenuhi salah satu persyaratan): 1. Apabila dalam keadaan jenuh air mempunyai kandungan C –organik paling sedikit 18% jika kandung liatnya >60 % atau mempunyai kandungan C-organik 2% jika tidak mempunyai liat (O %) atau mempunyai kandungan C–organik lebih dari 12% + % liat x 0,1 jika kandungan liatnya antara 0-60 % 2. Apabila tidak jenuh air mempunyai kandungan C-organik minimal 2O %.
LAHAN GAMBUT Penyebaran : Lahan gambut dikenal dan ditemukan pertama kali oleh Kyooker, seorang pejabat Belanda pada tahun 1860an yang menyatakan bahwa 1/6 areal wilayah Sumatera ditempati gambut Penyebaran : Luas gambut di Indonesia sekitar 18.480 ribu hektar, tersebar pada pulau-pulau besar Kalimantan, Sumatera, Papua serta beberapa pulau Kecil Tanah gambut atau tanah Organosol atau tanah organik mempunyai ciri dan sifat: horizon tidak terjadi deferensiasi secara jelas, ketebalan lebih dari 0.5 m, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0) kandungan unsur hara rendah
Pembagian Lahan Gambut Berdasar tingkat kesuburan alami : 1. Eutrofik 2. Oligotrofik 3. Mesotrofik Berdasarkan kandungan BO gambut dibedakan: -Folists, - Fibreists, - Hemists, - Saprists. Berdasarkan kedalaman dibadi 4 tife : 1. Dangkal (50-100 m) 3. Dalam (200-300 m) 2. Agak dalam (100-200 m) 4. Sangat dalam (>300 m) Berdasar lingk. tumbuh dan pengendapan gambut : 1. Gambut ombrogenous 2. Gambut topogenous 3. Pegunungan
Gambar 1. Fisiografi lahan gambut dalam http://www.indo-peat.net 18 Mei 2009
II. Permasalahan Lahan Gambut Yang harus diperhatikan adalah dinamika sifat-sifat fisika dan kimia tanah gambut, antara lain : (1) dinamika sifat kemasaman tanah yang dikaitkan dengan pengendalian asam-asam organik meracun, dan (2) dinamika kesuburan tanah sehubungan dengan ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman yang diusahakan (3) kebakaran lahan gambut dan (4) pengaturan tata air pada lahan gambut sesuai kebutuhan tanaman.
A. SIFAT FISIK - Umumnya berwarna coklat kemerahan hingga coklat tua tergantung tahap dekomposisinya. - Kandungan air yang tinggi dan kapasitas memegang air 15-30 kali dari berat kering. - Bulk density yang rendah (0,05-0,4 g/cm³) - Porositas total diantara 75-95% - frekuensi luapan air sungai - Sifat lain yang merugikan adalah apabila gambut mengalami pengeringan yang berlebih hingga koloid gambut menjadi rusak, dan terjadi gejala kering yang tidak kembali kemudian gambut berubah sifat menjadi arang shg tidak dapat menyerap air dan unsur hara yang dapat menyebabkan gambut mudah terbakar. - Gambut memiliki daya dukung atau daya tumpu yang rendah karena kerapatan tanahnya rendah sehingga tanaman mudah roboh
Beberapa kiat untuk mengatasi daya tumpu dan daya dukung gambut yang rendah adalah: Budidaya tanaman tahunan hanya pada lahan dengan ketebalan gambut < 2,5 m; Dilakukan pemadatan gambut sebelum penanaman. Pemadatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana yang dibuat sendiri dari kayu gelondong yang dapa digelindingkan (Gambar 3), ata menggunakan alat pemadat mekanis yang biasa digunakan untuk memadatkan tanah di jalan; Gambut dengan ketebalan lebih dari 75 cm ditata dengan sistem tegalan. Untuk mengatasi masalah kandungan asam-asam organik yang beracun biasanya dilakukan drainase dengan membuat saluran drainase intensif atau saluran cacing. Bahan amelioran adalah bahan yang mampu memperbaiki atau membenahi kondisi fisik dan kesuburan tanah. Beberapa contoh bahan amelioran yang sering digunaka adalah kapur , tanah mineral, pupuk kandang, kompos, dan abu.
B. SIFAT KIMIA - Dipengaruhi ketebalan horison organik, sifat subsoil, dan – - Lahan gambut tropis memiliki kandungan mineral yang rendah dengan kandungan bahan organik lebih dari 90% - Secara kimiawi bereaksi masam (pH di bawah 4) - Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena rasio C/N yang tinggi. - Kandungan unsur mikro khususnya Cu, B dan Zn sangat rendah - Tanah gambut memiliki kapasitas tukar kation (KTK) yang sangat tinggi (90-200 me/100 gr) namun kejenuhan basa (KB) sangat rendah, hal ini menyebabkan ketersedian hara terutama K, Ca, dan Mg menjadi sangat rendah - Ada pirit yang dapat tersingkap
http://www.indo-peat.net 18 Mei 2009
Tindak lanjut masalah tanah gambut dalam usaha memperbaiki kesuburan tanah adalah : pupuk (makro dan mikro) dan bahan amelioran. Pupuk mikro digunakan pada tanah gambut dengan kedalaman lebih dari 1 m. pengapuran untuk menaikkan pH tanah dan aplikasi mikrobia pelapuk bahan organik pemberian bahan-bahan amelioran dapat menetralkan, meningkatkan pH, dan memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman
C. SIFAT BIOLOGI Masalah yang sering dihadapi pada sifat biologi tanah adalah terhambatnya aktifitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik, dengan mengatur air (drainase) untuk tujuan pertanian maka kondisi gambut bagian permukaan tanah menjadi aerob, sehingga memungkinkan fungi dan bakteri berkembang untuk merombak senyawa sellulosa, hemisellulosa, dan protein.
D. Pengaturan Tata Air Pada Tanah Gambut Permasalahan yang sering timbul pada lahan gambut yaitu : adanya daya menyusut dan adanya subsidence selama penggunaannya untuk usaha pertanian. hal tersebut dapat dikurangi dengan meminimalkan tingkat subsidence dengan beberapa pengelolaan yang benar mengenai air , salah satu teknik pengelolaan air di lahan gambut dapat dilakukan dengan membuat parit/saluran, dengan tujuan: sebagai pengendali lapisan pirit, sekat bakar yang dapat mencegah terjadinya kebakaran di lahan gambut; sebagai sarana transportasi hasil panen
E. Kebakaran Lahan Gambut Kendala lain pada tanah gambut adalah kebakaran gambut hal ini dapat merugikan, kebakaran tidak hanya menghanguskan tanaman dan vegetasi hutan serta lantai hutan (forest floor) termasuk lapisan serasah, dedaunan dan bekas kayu yang gugur, tetapi juga membakar lapisan gambut baik di permukaan maupun di bawah permukaan. Akibat kebakaran hutan dan lahan gambut antara lain adalah kehilangan lapisan serasah dan lapisan gambut, stabilitas lingkungan, gangguan atas dinamika flora dan fauna, gangguan atas kualitas udara dan kesehatan manusia, kehilangan potensi ekonomi, dan gangguan atas sistem transportasi dan komunikasi Pencegahan kebakaran diarahkan untuk meminimalkan atau menghilangkan sumber api di lapangan dan menjaga kondisi air dilahan gambut
Pengelolaan Air Drainase bertujuan untuk mempertahankan batas krisis gambut Irigasi bertujuan untuk mengontrol kadar air dalam tanah Penggenangan bertujuan untuk meminimalkan terjadinya subsidence
Pengelolaan tanah Pembakaran tanah merupakan cara tradisional untuk menurunkan kadar keasaman tanah. Bahan pembenah tanah pemberian pupuk dalam kadar yang tepat
III. Hasil-Hasil Penelitian Tentang Tanah Gambut Penerapan paket teknologi Tampurin yang merupakan singkatan dari Tata Air, Mikroba, Pupuk yang seimbang dan kapur serta proses inkubasi bahan amelioran untuk meningkatkan tanaman jagung (Gonggo et al, 2004). Penelitian Widodo ( 2004), tentang budidaya tanaman padi gogo di lahan gambut telah dilakukan dengan memberikan pupuk urea dan kombinasi media tanam mampu meningkatkan pertumbuhan dna produksi padi. Pengembangan budidaya tanaman melon pada lahan gambut melalui penerapan sistem pertanian berwawasan lingkungan maka sistem budidaya inovatif Abu serbuk gergaji dan pupuk organik padat Powernasa secara sinergis dapat meningkatkan panjang tanaman dan bobot buah per tanaman (Asie E R, 2003).
penelitian Noorginayuwati et al, (2006) sayuran yang diusahakan petani adalah kacang panjang, gambas, pare dan cabai Rawit (varietas Tiung), menunjukkan bahwa kontribusi sayuran sebesar 39 % terhadap pendapatan total rumah tangga petani sebesar Rp 8.214.674 per tahun dengan menggunakan konsep pertanian berkelanjutan pada lahan gambut meminimalkan tingkat subsidence dengan cara mengadopsi beberapa strategi pengelolaan yang benar mengenai air, tanah dan tanaman. Penggunaan sistem surjan merupakan suatu cara pengelolaan tanah dan air yang disesuaikan den kondisi gambut < 1 m. Sistem ini adalah penerapan pola tanam tumpang (multicroping) yang berkelanjutan dan produktif dalam waktu lama baik dengan 2 tanaman atau tanaman dengan hewan peliharaan.
Sistem surjan http://www.indo-peat.net 18 Mei 2009 Gambar 6. Padi sawah di lahan Tabukan dan tanaman kacang-kacangan/pisang di lahan Gulud http://www.indo-peat.net 18 Mei 2009
Pengelolaan Kesuburan Pada Tanah Gambut Banyak kendala antara lain kematangan dan ketebalan gambut yang bervariasi, penurunan permukaan gambut, rendahnya daya tumpu, rendahnya kesuburan tanah, dan pH yang sangat masam, munculnya lapisan pirit. Untuk mengatasi kendala kesuburan lahan gambut pada umumnya dilakukan pemberian abu bakaran gambut, kapur dan pemberian pupuk kimia, pengaturan air (drainase dan irigasi), pencegahan hama dan penyakit
Pada pengelolaan kesuburan lahan gambut pada tingkat petani, dengan pengelolaan usaha tani termasuk tingkat rendah (low inputs) sampai sedang (medium inputs), akan berbeda dengan produktivitas lahan dengan tingkat manajemen tinggi yang dikerjakan oleh swasta atau perusahaan besar Manajemen tingkat sedang pengolahan tanah, tata air mikro, pemupukan, pengapuran dan pemberantasan hama dan penyakit, potensi pengembangan lahan gambut dapat dilakukan dengan baik
IV. Kesimpulan Tanah gambut atau tanah organik adalah tanah yang berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rumput rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0.5 m, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0) kandungan unsur hara rendah. Ada beberapa hal yang dapat menghambat perkembangan lahan gambut sebagai lahan pertanian diantaranya : 1) Sifat fisik, 2) Sifat Kimia, 3) Sifat Biologi, 4) Keadaan air tanah dan 5) Kebakaran lahan gambut. 3. Untuk pengembangan lahan gambut yang berkelanjutan perlu dilakukan pengolahan tanah, tata air mikro, pemupukan, pengapuran dan pemberantasan hama dan penyakit, serta memilih tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan gambut yang ada.