Epidemiologi Tuberkulosis

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TB PADA ANAK KeloAmpok : 4.
Advertisements

Darwis Dosen Jurusan Gizi
TUBERKULOSIS PADA ANAK ???? Oleh: Ikeu Nurhidayah K, S.Kep., Ners
TUBERCULOSIS (TB PARU)
PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERCULOSIS DI PUSKESMAS
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT Sekilas tentang Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit dan Metode Pelatihan.
ANTIBIOTIK TBC Oleh Kelompok I Dosen Pembimbing:
TBC.
Devi Octaviana. S.Si., M.Kes. Kuliah Dasar Epidemiologi
Penderita Asam Urat Lebih Banyak Lelaki
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT/ PERJALANAN ALAMIAH PENYAKIT
BEBAS TBC dan BEBAS ROKOK.
TUBERKULOSIS Oleh : M. Marvel, S.Farm
Identifikasi Penyakit
Pelatihan Kader Tuberculosis tingkat Kabupaten dan Kecamatan
PNEUMONIA.
BRONKITIS AKUT Ivan Julius Mesak Fidelis Apri Angkat
PROSEDUR TETAP PENANGGULANGAN KLB
EPIDEMIOLOGI TUBERCULOSIS
PENGUKURAN KUSTA.
DESA KARANGWUNI PUJIANTA, S.KEP
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
Oleh : dr. Irfan Rahmanto
TUBERKULOSIS Penyakit TB sudah dikenal sejak lama
TBC & FILARIASIS KELOMPOK 4.
TB DENGAN HIV.
Alfian Nur Rosyid, MD, Pulmonologist
TUBERCULOSIS.
ASMA BRONKHIALE Suharno, S.Kep.,Ners.,M.Kes.
Pengendalian Penyakit Menular Ketika Bencana
Anamnesis dan pemeriksaan fisis sebelum imunisasi
OSTEOPOROSIS MATERI KULIAH.
TBC.
TBC pada ibu hamil dan ibu bersalin
Childhood Tuberculosis
RIWAYAT ALAMI PENYAKIT &
TUBERKULOSIS Penyakit TB sudah dikenal sejak lama
Agung Dwi Cahyo Anif Nur A Arina Dwi S Devi Aulia FR Hidayah Nisa Asri Ati MDR TBC FARMAKOLOGI.
Nama Kelompok Ridwan Suratman Agasti Amalia Pertiwi Trijulia Purnamasari Danang Kurniawan Sischa Pravitasari Anggi Devi Hartina Panggabean.
TUBERKULOSIS (TBC) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Nama kelompok : 1. Berliana Nugraheni 2. Beatrico Lyo 3
Oleh: TIM UPTD PUSKESMAS DTP PANAWANGAN DETEKSI DINI TUBERKULOSIS (TBC)
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TUBERCULOSIS MILLER
TBC (Tuberculosis) Achmad Ramdani Agus Setiawan Bima Nafi N.C Karmelia
TUBERCULOSIS PARU OLEH KELOMPOK III LIZARNI DEVI MARIA IKSIR JAUHARI.
MUHAMMAD ABDILLAHTULKHAER
MAHASISWA/I JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
DEFINISI TUBERKULOSIS
Kriteria suspek tb/mdr DAN PEMERIKSAAN DAHAK sps
Dr.Samuel Marco Kanker Leher Rahim dr.Samuel Marco
SELAMAT DATANG KEPADA PARA PESERTA PENYULUHAN TB DOTS PAROKI HATI KUDUS YESUS TELUK DALAM, 21 OKTOBER 2014.
Disusun oleh : Enur Nurhasanah S,Kep. PKM SRIAMUR
IMUNISASI BY ROSA RAGA PADMI.
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT/ PERJALANAN ALAMIAH PENYAKIT
 Radang mukosa mulut atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan.  Bercak ini dapat berupa.
Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi TB, yakni dengan strategi DOTS (Directly Observed.
Penyakit yg dapat disembuhkan
Tuberkulosa (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium Tuberculosis”.  Tuberkulosa (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh.
APA ITU TB BAHAYA PENYAKIT TB AKIBAT TB PADA MASYARAKAT GEJALA PENDERITA TB PARU PENULARAN PENYAKIT TB PEMERIKSAAN PENYAKIT TB PENGOBATAN PENYAKIT TB.
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL. Apa itu Penyakit Menular Seksual? Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu jenis Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
“Saatnya INDONESIA BEBAS TBC mulai dari Saya” “PEDULI TBC, INDONESIA SEHAT” Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur.
Lili Eriska Sianturi, M.K.M Kuliah Dasar Epidemiologi
Oleh : Yofa Anggriani Utama,S.Kep,Ners,M.Kep
Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual PERAN KADER DALAM KOLABORASI TB HIV.
INFORMASI DASAR TBC UPT PUSKESMAS NGAWI. Penyebab Sakit TBC Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis.
Materi Dasar Tentang TB
TUBERCULOSIS (TBC) UPT PUSKESMAS ANAMBAS. TBC ITU ………………..???  BUKAN  BUKAN PENYAKIT KETURUNAN  BUKAN KARENA GUNA-GUNA  BUKAN  BUKAN JUGA KARENA.
TUBERCULOSIS. . APA ITU TBC ? 1.TBC adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil/kuman TBC 2.TBC dapat menyerang siapa saja dari golongan.
Tuberculosis (TBC) Puskesmas Pakem. TUBERKULOSIS (TB) Sebagian besar menyerang paru Sebagian besar menyerang paru Dpt juga menyerang organ tubuh lain.
Hepatitis Teresa Ejahdan. HATI Dimana letak Hati?
Transcript presentasi:

Epidemiologi Tuberkulosis

Etiologi Mikobakteria - Mycobacterium tuberculosis complex M. tuberculosis (plg sering dan penting bagi manusia) Bentuk batang ramping, tidak ada spora, ukuran 0,5 – 3,0 mili mikron, basil tahan asam

Besaran Masalah 1990: 90% dari kasustersebut berasal dari negara sedang berkembang. 1995: 95% berasal dari negara sedang berkembang.

Riwayat Alamiah Penyakit TB yang tidak diterapi adalah fatal, 1/3 mati dalam satu tahun dan 1/2 mati dalam 5 tahun setelah diagnosis. Diantara pasien BTA +, 5 years mortality: 65%. Diantara pasien yang hidup pada 5 tahun: 60% remisi spontan

Gejala klinis batuk (paling dini dan paling sering) > 2 mg , dahak (kental dan sedikit, kuning/kuning hijau), batuk darah, nyeri dada, wheezing, sesak nafas (dyspnea) Gejala umum seperti panas badan, menggigil, keringat malam, gangguan menstruasi, anoreksia, dan berat badan menurun.

Gambaran rontgenologis, sudah tampak 2-3 tahun sebelum ada gejala klinis. Pemeriksaan laboratorium  dahak : terdapat basil tahan asam  cairan pleura (makroskopis dan mikroskopis)  darah (tidak khas)

Uji tuberkulin Untuk melihat adanya reaksi imunitas selular setelah 4-6 minggu infeksi pertama dengan basil tbc. Dilakukan tes Mantoux dengan Purified Derivative of Tuberculin (PPD), disuntikkan intradermal pada 1/3 atas ektensor kiri. Pembacaan 6-8 jam/48 jam/72 jam, hasil positif bila terjadi indurasi > 10 mm.

Uji tuberkulin dapat dipakai untuk : mencapai high-risk group untuk TB pra vaksinasi BCG survailans TB untuk menemukan prevalensi infeksi TB dan insidens TB

Diagnosa TBC Dengan Pemeriksaan dahak dgn ZN , ditemukan kuman basil tahan asam, Pada anak2 dg Sistem Skooring TB Anak Diagnosa TB sangat tergantung pada : - Penderita - Reagen - Petugas TB

Manifestasi & Prinsip Pengendalian Manifestasi klinis TB Paru: TB primer TB post primer (sekunder) TB Ekstra Paru: Jaringan tubuh selain paru: pleura, pericarditis, saluran kemih, saluran pencernaan, meningitis.

Prinsip Pengendalian: Deteksi kasus yang tepat. Ketersediaan obat jangka pendek dengan PMO pada semua pasien. Skrining pada kelompok risiko tinggi (negara dengan prevalensi rendah) Survei kontak Pembatasan penularan di RS, rumah penampungan gelandangan/panti sosial, penjara

PENGOBATAN Lima obat utama yang merupakan firs-tline agents : isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, ethambutol, streptomisin. Obat second-line : kanamisin, amikasin, kapreomisisn dan ethionamid, sikloserin, dan PAS [para-aminosalisilic acid], quinolone [ofloxacin, sparfloxacin, levofloxacin], clofazimin, amithiozon, dan amoksisilin/clavulanic acid.

Regimen jangka pendek Fase awal (fase bakterisidal), untuk membunuh basil tuberkel, mengatasi gejala, dan pasiem menjadi tidak infeksius. Fase lanjutan (fase sterilisasi), untuk mengeliminasi semidormant “persisters”.

Dua strategi pendekatan untuk mengatasi ketidakpatuhan dalam minum obat TB yaitu : Direct Observation of Treatment (DOT) Penyediaan obat-obatan dalam formulasi kombinasi

Monitoring respons pengobatan : Pemeriksaan BTA pada bulan ke 2, 5, dan 6. Bila >5 bulan BTA positif menunjukkan pengobatan gagal. Terhadap toksisitas obat. Efek samping adalah hepatitis (yang paling sering), artralgia, hiperurisemia, neuritis syaraf mata (neuritis optikus), kerusakan syaraf kedelapan (obat harus dihentikan); gatal-gatal atau rasa tidak enak pada perut (obat tidak perlu dihentikan).

Foto rontgen paru pada akhir pengobatan berguna sebagai pembanding terhadap berkembangnya recurrent TB. Kegagalan pengobatan : jika kultur tetap positif sesudah 3 bulan atau BTA tetap positif setelah 5 bulan.

PENCEGAHAN Imunisasi BCG Kemoterapi dengan isoniazid Prioritas utama adalah deteksi kasus dan ketersediaan DOTS (directly observed treatment short-term) dan untuk daerah/negara dengan prevalensi TB rendah dan sumber daya adekuat bisa dilakukan skrining untuk kelompok risiko tinggi (imigran yang berasal dari negara prevalensi TB tinggi dan orang dengan HIV positif).

Penyelidikan dan pengamatan kontak penderita TB. Membatasi penularan dengan : isolasi penderita yang diduga TB sampai terbukti tidak infeksius. Ventilasi yang tepat pada ruang penderita TB. Penggunaan cahaya matahari pada tempat dengan risiko tinggi penularan TB. Skrining periodik terhadap kontak TB atau yang dicurigai TB.

Pada daerah dengan prevalensi TB tinggi : Deteksi kasus terutama temua kasus pasif (pemeriksaan BTA sputum dari pasien dengan batuk lebih dari 3 minggu) Supervisi Pelaksanaan standart terapi jangka pendek terhadap semua pasien dengan BTA positif dengan pengobatan Pembentukan dan pemeliharaan sistem peyediaan obat yang teratur Pembentukan dan pemeliharaan suatu sitem yang efektif terhadap evaluasi pasien dan manajemen program.

PAPARAN TERHADAP KUMAN TB Faktor risiko Jumlah kasus TB di dalam suatu masyarakat (sumber penularan) Lamanya kasus TB tersebut bersifat infeksius Lama kontak dengan sumber penularan Karakteristik kontak/interaksi (keeratan kontak, kepadatan rumah, letak rumah desa/kota) Intervensi paling penting untuk mengurangi paparan: Identifikasi kasus TB infeksius sedini mungkin Pengobatan kasus TB secara efektif

Faktor risiko lain infeksi HIV (RR > 10) lesi fibrotik (ukuran lesi  2 cm risiko 2x berkembangnya TB dibandingkan pada pasien dengan lesi < 2 cm) silikosis kanker leher dan kepala hemophilia terapi imunosupresi hemodialisis

Berar badan kurang Diabetes Perokok berat Gatrectomy Jejuno ileal bypass Dosis injeksi

Gambaran insidens TB Menurut usia, puncak insidens TB: Pada kelompok umur 1-4 tahun Kelompok remaja dan dewasa muda Risiko TB meningkat pada usia lebih dari 60 tahun. Menurut jenis kelamin: Risiko TB lebih besar pada wanita dibandingkan pria pada kelompok umur 15-44 tahun. Risiko TB lebih rendah pada wanita dibandingkan pria pada kelompok umur diatas 44 tahun.

Riwayat kontak sebelumnya: Risiko lebih besar pada populasi yang belum pernah ada kontak dengan TB sebelumnya   Menurut golongan darah: (studi di Eskimo) Pasien TB secara signifikan lebih banyak memiliki golongan darah AB atau B dibandingkan O atau A. Menurut tipe HLA (tidak konsisten): Risiko meningkat pada tipe A11-B15 dan DR2. Menurut berat badan: Risiko meningkat 3,4 kali pada orang-orang dengan underweight 10% dibandingkan overweight  10%.

Menurut perilaku: Diet vegetarian yang ketat merupakan faktor risiko TB. Risiko TB meningkat dengan pengurangan konsumsi daging atau ikan. Risiko TB lebih besar pada perokok dibandingkan bukan perokok (OR meningkat dengan peningkatan jumlah rokok). Penyalahgunaan alkohol, penyalahgunaan obat-obatan melalui injeksi mempengaruhi kejadian TB. Malnutrisi mempengaruhi berkembangnya TB.

Risiko TB 3x lebih besar pada pasien DM dibandingkan populasi umum. Menurut kondisi medis: Risiko TB 26x lebih besar pada pekerja tambang dengan silikosis dibandingkan tanpa silikosis. Risiko TB 3x lebih besar pada pasien DM dibandingkan populasi umum. Risiko 10-15x lebih besar pada pasien dengan GGT dengan hemodialisis dibandingkan populasi umum.

Risiko 5x lebih besar pada laki-laki dengan gastrktomi diabndingkan laki-laki tanpa gastrektomi. Lebih sering dijumpai pada pasien kanker paru dan limfoma maligna. Lebih sering dijumpai pada obesitas dengan tindakan bypass jejuno-ileal. Lebih sering terdapat pada psien dengan terapi kortikosteroid.

Beban TB global meningkat karena beberapa alasan: Kemiskinan Pengabaian terhadap pengendalian TB (inadekuat dari temuan kasus, terapi dan penyembuhan) Perubahan demografi (peningkatan penduduk dunia dan perubahan struktur usia) Dampak dari pandemi HIV. Resistensi obat TB (prevalensi dari resistensi obat merupakan indikasi dari kualitas pengendalian TB)

Tren TB di masa mendatang di negara berkembang, ditentukan oleh: Langkah pengendalian yang efektif Dinamika epidemi HIV Munculnya resistensi obat

KEMATIAN TB Faktor risiko, tergantung pada: Letak, tipe, dan keparahan penyakit. Jangka waktu diagnosis. Awal terapi yang tepat.