Target Da’wah dalam Angka Diedit kembali oleh M Haidar Kamil Dari presentasi “Mencermati Angka-Angka Dalam Dakwah Rasulullah SAW” yang disusun oleh Musyaffa.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA Kelas X
Advertisements

PENJELASAN TATA CARA SHALAT Bagian 11/13
Keteladanan Rasulullah Saw. DALAM MEMBINA UMAT PADA PERIODE MAKKAH
Tanya Jawab Seputar Haidh
Spionase dalam Tinjauan Dalam
Amanah dalam Perspektif Sunnah
KEUTAMAAN MEMBACA AL QUR’AN
Kendala dan Penyakit di jalan dakwah. عن ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -: يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا.
Pembagian Hadis Oleh: Nur Kholis, M.Ag. H. Thonthowi, S.Ag.
Adapun Hak Allah atas hambanya ialah agar mereka menyembahnya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apa pun.
TATA CARA DUDUK DUA SUJUD
Qur’anic Campus. Mengapa Qur’anic Campus? Andalan Untuk Membangun Peradaban Keselamatan Dunia dan Akhirat.
Cara Sholat Rasulullah SAW (Sifat Sholat Rasul) ISLAM
BAB XI SIROH SAHABAT.
PENJELASAN TATA CARA SHALAT Bagian 12/13
BEBERAPA PERMASALAHAN FIQIH
HADITS KEDUAPULUH DUA.
URGENSI ILMU.
OLEH: MUHAMAD FATONI,M.Pd.I BAB III. Allah Menilai Hati Manusia عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : ' إن الله لا ينظر إلى صوركم.
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT
Bersumber dari: l&id_online=928 Microsoft PowerPoint By malcomahsan&JuRaiZ Penulis : Al-Ustadz Abu Karimah.
HUKUM MENGKONSUMSI KOPI LUWAK
IJMA’ SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
TAKWA.
Model Pengelolaan Kekayaan Alam dan Energi Dalam Islam
Amal Jama’I (Gerakan bersama)
SEJARAH PERKEMBANGAN HADIS NABI SAW
Materi Pertemuan 10 Sejarah Hukum Islam I
Dakwah Rasulullah Periode Madinah
KETELADANAN RASULULLAH PERIODE MADINAH
Etimologi  Kata takwa ( التَّقْوَى ) berasal dari kata kerja ( وَقَى ) artinya menutupi, menjaga, berhati-hati dan berlindung.
Keteladanan Rasulullah Saw. DALAM MEMBINA UMAT PADA PERIODE MAKKAH
SURAT AT TAUBAH Surabaya, 30 Nov 2008.
SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM
HADITS KEDUAPULUH SATU
GENERASI RABBANI.
Larangan Pergaulan Bebas dan Perzinaan
PARTISIPASI USTAZD/KHOTIB DALAM MENSUKSESKAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI MANDAILING NATAL TAHUN 2015 OLEH : AGUS SALAM NASUTION, S.H.I (KETUA KPU.
SUNNAH (AL-HADITS) SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM
KEBIJAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Sumber Hukum Islam Al-Qur’an Al hadist Ijtihad. ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM PERTAMA ISLAM DAN SEJARAH PEMBUKUAN ALQURAN.
BULAN MUHARRAM Home keutamaan bulan muharram
لَّقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِّلسَّائِلِينَ
SEJARAH PEMBUKUAN HADITH & IDEOLOGI ORIENTALIS MENGENAI HADITH
I’tikaf dan Lailatul Qadar
Ujian Allah Dalam Kehidupan Manusia
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM
فَضَائِلُ الدَّعْوَةِ
Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu
Perjuangan Nabi Muhammad saw.
PERJANJIAN AQABAH.
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
Al-Fath (Lari Dari Perang)
Hajar nava khunafi Akselerasi 1
ISLAM dan PERKEMBANGAN ISLAM
ASSALAMU’ALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARAKATUH
SEJARAH ARAB MASA NABI MUHAMMAD SAW.
Hadist-hadist kisah rasulullah saw dan siti aisyah
WELCOME TO KEPUTRIAN 4 April 2014
KEBIJAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Pendidikan Agama Islam Semester 1, 2 SKS
Universitas muhammadiyah yogyakarta
Materi Pertemuan IV Al Hadis/ As Sunnah.
ALIRAN SESAT CIRI-CIRI DAN CARA-CARA MENGHINDARINYA
TAAT PADA ATURAN TAAT PADA ATURAN. QS. An – Nisa’ 4 : 59 Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara.
Terjemahan Surah Al-Nasr Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani
Hadits-hadits ttg Dajjal
TUNTUNAN SHALAT TAHAJUD Mari Berilmu Sebelum Beramal dan Bersemangat untuk Beramal di atas Ilmu.
Banjar, 1 April Pembicaraan 1. Latar Belakang Isra Mi’raj 2. Kedudukan Isra Mi’raj 3. Hasil Isra Mi’raj 4. Hikmah Isra Mi’raj.
1. Amalan Tahun Baru Islam (1Muharrom) ? 2. Amalan Asyura (10 Muharrom) ? 3. Tradisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ? Anggota : 1.Ahmad Aunur Rofiq.
Transcript presentasi:

Target Da’wah dalam Angka Diedit kembali oleh M Haidar Kamil Dari presentasi “Mencermati Angka-Angka Dalam Dakwah Rasulullah SAW” yang disusun oleh Musyaffa AbdurRohim, Lc

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka dari pengikut (nya) yang bertakwa dalam yang jumlah besar. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS Ali Imran (3) : 146)

Dua aspek target da’wah : Dari ayat di atas, ada dua aspek target da ’ wah, yaitu : رِبِّيُّونَ (rabbani/bertaqwa) رِبِّيُّونَ (rabbani/bertaqwa) aspek kualitas, secara teknis adalah muwashofat كَثِيرٌ (banyak) كَثِيرٌ (banyak) secara kuantitas, secara teknis adalah jumlah perekrutan

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ، وَأَبُو كُرَيْبٍ - وَاللَّفْظُ لأَبِي كُرَيْبٍ - قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ شَقِيقٍ، عَنْ حُذَيْفَةَ، قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ ‏"‏ أَحْصُوا لِي كَمْ يَلْفِظُ الإِسْلاَمَ ‏"‏ ‏.‏ قَالَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَتَخَافُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ مَا بَيْنَ السِّتِّمِائَةِ إِلَى السَّبْعِمِائَةِ قَالَ ‏"‏ إِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ لَعَلَّكُمْ أَنْ تُبْتَلَوْا ‏"‏ ‏.‏ قَالَ فَابْتُلِينَا حَتَّى جَعَلَ الرَّجُلُ مِنَّا لاَ يُصَلِّي إِلاَّ سِرًّا ‏ (رواه المسلم, كتاب الإيمان (  ), باب جواز الاستسرار للخائف (  ),  ) Dari Abu Bakar bin Abi Syua’ib, dan Muhammad ibnu Abdillah bin Numair, dan Abu Kuraib, dan lafazhnya dari Abu Kuraib, berkata Abu Mu’awiyah dari Anas dari Syaqiq dari Hudzifah, ia berkata : Kami bersama Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-, lalu beliau bersabda: “Lakukanlah ihshâ’ (perhitungan) untukku berapa orang yang telah menyatakan Islam”. Hudzaifah berkata: ‘maka kami berkata: ‘Wahai Rasulullâh, adakah engkau mengkhawatirkan kami? Sementara jumlah kami antara 600 sampai tujuh ratus! Rasulullah saw. bersabda: Kalian tidak tahu, mungkin suatu saat nanti kalian mendapat cobaan. Hudzaifah ra. berkata: Maka kami benar-benar diuji sampai-sampai seorang di antara kami tidak melaksanakan shalat kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi. [HR Muslim, Kitab 2 : Iman, Bab 69 : Menyembunyikan keimanan bagi orang yang takut, No 394]

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ حُذَيْفَةَـ رضى الله عنه ـ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ اُكْتُبُوا لِي مَنْ تَلَفَّظَ بِالإِسْلاَمِ مِنَ النَّاسِ ‏"‏ ‏.‏ فَكَتَبْنَا لَهُ أَلْفًا وَخَمْسَمِائَةِ رَجُلٍ، فَقُلْنَا نَخَافُ وَنَحْنُ أَلْفٌ وَخَمْسُمِائَةٍ فَلَقَدْ رَأَيْتُنَا ابْتُلِينَا حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيُصَلِّي وَحْدَهُ وَهْوَ خَائِفٌ ‏.‏ (رواه البخاري كتاب الجهاد (  ) باب كِتَابَةِ الإِمَامِ النَّاسَ (  )  ) حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ، عَنِ الأَعْمَشِ، فَوَجَدْنَاهُمْ خَمْسَمِائَةٍ ‏.‏ قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ مَا بَيْنَ سِتِّمِائَةٍ إِلَى سَبْعِمِائَةٍ ‏.‏ (رواه البخاري كتاب الجهاد (  ) باب كِتَابَةِ الإِمَامِ النَّاسَ (  )  ) Dan di dalam kitab Shahîh Bukhârî disebutkan : Dari Hudzaifah –radhiyallâhu ‘anhu- ia berkata : Nabi –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Tuliskan untukku orang-orang yang telah menyatakan Islam”. Maka kami menuliskan untuk beliau seribu lima ratus laki-laki … Dalam riwayat lain : Dari Al-A’masy : Maka kami mendapati mereka berjumlah 500. Abû Mu’âwiyah berkata : antara 600 – 700. [H.R. Bukhârî, Kitab (115) : Jihad, Bab () :, No 3097 dan 3098]

Beberapa Komentar Terhadap Dua Riwayat Ini Prof. DR. Yusuf Al-Qaradhawî: “Kalau saja terjadi pengkodifikasian ulang hadîts, maka saya mengusulkan agar dua riwayat ini dimasukkan ke dalam kitâb al-’ilm (kumpulan hadîts yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan), sebab, al- ihshâ’ (penghitungan, kalkulasi, sensus dan statistik) merupakan dasar berbagai macam ilmu pengetahuan”. [lihat: Al-Rasûl wa al-’Ilm]. Prof. DR. Yusuf Al-Qaradhawî: “Kalau saja terjadi pengkodifikasian ulang hadîts, maka saya mengusulkan agar dua riwayat ini dimasukkan ke dalam kitâb al-’ilm (kumpulan hadîts yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan), sebab, al- ihshâ’ (penghitungan, kalkulasi, sensus dan statistik) merupakan dasar berbagai macam ilmu pengetahuan”. [lihat: Al-Rasûl wa al-’Ilm]. Menurut Al-Dâwudî, angka-angka yang disebutkan dalam riwayat ini tidaklah kontradiktif, sebab, ada kemungkinan ihshâ’ dilakukan berkali-kali. [Fath al-Bârî saat mensyarah hadîts di atas]. Menurut Al-Dâwudî, angka-angka yang disebutkan dalam riwayat ini tidaklah kontradiktif, sebab, ada kemungkinan ihshâ’ dilakukan berkali-kali. [Fath al-Bârî saat mensyarah hadîts di atas]. Menurut Ibn Al-Munîr, sensus tertulis tidaklah kontradiktif dengan keberkahan, bahkan, penulisan yang diperintahkan itu merupakan kemaslahatan agama. [Fath al-Bârî saat mensyarah hadîts di atas]. Menurut Ibn Al-Munîr, sensus tertulis tidaklah kontradiktif dengan keberkahan, bahkan, penulisan yang diperintahkan itu merupakan kemaslahatan agama. [Fath al-Bârî saat mensyarah hadîts di atas].

Beberapa Tambahan Komentar Dalam terjemahan sederhana, kata ihshâ’ berarti: menghitung. Namun, dalam konteks ilmiah, ihshâ’ juga bermakna kalkulasi, sensus dan bahkan statistik dan grafik. Makna inilah yang oleh Prof. DR. Yusuf Al-Qaradhaî –hafizhahullâh- disebut sebagai dasar ilmu pengetahuan modern, karenanya beliau mengusulkan agar hadîts ini dimasukkan ke dalam kitâb al-’ilm. Wallâhu a’lam. Dalam terjemahan sederhana, kata ihshâ’ berarti: menghitung. Namun, dalam konteks ilmiah, ihshâ’ juga bermakna kalkulasi, sensus dan bahkan statistik dan grafik. Makna inilah yang oleh Prof. DR. Yusuf Al-Qaradhaî –hafizhahullâh- disebut sebagai dasar ilmu pengetahuan modern, karenanya beliau mengusulkan agar hadîts ini dimasukkan ke dalam kitâb al-’ilm. Wallâhu a’lam. Dua riwayat yang “berbeda”, di mana yang satunya menyebutkan uhshû dan satunya mengatakan uktubû, juga tidak kontradiktif, sebab bisa digabungkan dan saling melengkapi, sehingga bisa dipahami bahwa perintah Rasulullâh – shallallâhu ‘alaihi wa sallam- kepada para sahabat adalah agar mereka melakukan ihshâ’ secara tertulis, dan tidak cukup sekedar lisan sahaja. Hal ini menegaskan betapa penting peranan ihshâ’ tertulis ini, agar data benar-benar valid dan akurat. Dua riwayat yang “berbeda”, di mana yang satunya menyebutkan uhshû dan satunya mengatakan uktubû, juga tidak kontradiktif, sebab bisa digabungkan dan saling melengkapi, sehingga bisa dipahami bahwa perintah Rasulullâh – shallallâhu ‘alaihi wa sallam- kepada para sahabat adalah agar mereka melakukan ihshâ’ secara tertulis, dan tidak cukup sekedar lisan sahaja. Hal ini menegaskan betapa penting peranan ihshâ’ tertulis ini, agar data benar-benar valid dan akurat. Perbedaan angka-angka sebagaimana disebut dalam periwayatan hadîts ini, dan sebagaimana dipahami tidak kontradiktif oleh Al-Dâwûdî, juga bisa dipahami bahwa para sahabat nabi terus dan selalu melakukan apa yang di zaman sekarang disebut dengan istilah updating data atau pemutakhiran data dari waktu ke waktu, dan ternyata, updating itu menunjukkan adanya pergerakan naik yang terus menerus; 500, 600, 700 dan Wallâhu a’lam. Perbedaan angka-angka sebagaimana disebut dalam periwayatan hadîts ini, dan sebagaimana dipahami tidak kontradiktif oleh Al-Dâwûdî, juga bisa dipahami bahwa para sahabat nabi terus dan selalu melakukan apa yang di zaman sekarang disebut dengan istilah updating data atau pemutakhiran data dari waktu ke waktu, dan ternyata, updating itu menunjukkan adanya pergerakan naik yang terus menerus; 500, 600, 700 dan Wallâhu a’lam.

Dalam kitab Al-’Ibar Fî Durûs (Khabar) Man Ghabar, dalam peristiwa tahun 17 H, Al-Hâfizh Al-Dzahabî menulis: Pada tahun tujuh belas Hijriyah (17 H) telah wafat ‘Utbah bin Ghazwân Al-Mâzinî –radhiyallâhu ‘anhu-; salah seorang yang pertama-tama masuk Islam, ada pendapat mengatakan bahwa dia adalah orang yang masuk Islam dengan nomor urut tujuh. [lihat juga Mushannaf Ibn Abî Syaibah juz 8, hal. 45, 199, 452). Pada tahun tujuh belas Hijriyah (17 H) telah wafat ‘Utbah bin Ghazwân Al-Mâzinî –radhiyallâhu ‘anhu-; salah seorang yang pertama-tama masuk Islam, ada pendapat mengatakan bahwa dia adalah orang yang masuk Islam dengan nomor urut tujuh. [lihat juga Mushannaf Ibn Abî Syaibah juz 8, hal. 45, 199, 452). Dalam riwayat lain, yang menempati nomor urut ketujuh adalah Sa’ad bin Abî Waqqâsh –radhiyallâhu ‘anhu- [Al-Sunan Al-Kubrâ karya Al-Baihaqi juz 1, hal. 106, lihat pula: Ma’ânî Al-Qur’ân, karya Al-Nahhâs saat menafsirkan Q.S. Al-Mâidah: 12). Dalam riwayat lain, yang menempati nomor urut ketujuh adalah Sa’ad bin Abî Waqqâsh –radhiyallâhu ‘anhu- [Al-Sunan Al-Kubrâ karya Al-Baihaqi juz 1, hal. 106, lihat pula: Ma’ânî Al-Qur’ân, karya Al-Nahhâs saat menafsirkan Q.S. Al-Mâidah: 12). Riwayat lain mengatakan bahwa yang menempati nomor urut ketujuh adalah Utsmân bin Al-Arqâm [Al-Mustadrak, karya Al- Hâkim, hadîts no. 6181]. Riwayat lain mengatakan bahwa yang menempati nomor urut ketujuh adalah Utsmân bin Al-Arqâm [Al-Mustadrak, karya Al- Hâkim, hadîts no. 6181]. Pelaksanaan perintah Rasul : Perhitungan (ihshâ’) dan Penulisan (uktubû)

Siapapun yang benar darinya tidaklah penting [2], yang terpenting di sini adalah bahwa semenjak awal, masalah angka-angka (pencatatan dan penulisan) dalam sîrah nabi Muhammad –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- telah menjadi perhatian para penutur dan penulis sejarah perjalanan hidup beliau –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- ini. Pelaksanaan perintah Rasul : Perhitungan (ihshâ’) dan Penulisan (uktubû)

Dan setelah beliau ­–Shallallâhu ‘alaihi wa sallam- hijrah ke Yatsrib (kemudian dikenal sebagai Al-Madinah atau kota nabi Muhammad –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-), dan Allâh –subhânahu wa ta’âlâ- mulai mengizinkan peperangan kepada kaum muslimin, para penulis sîrah menyuguhkan data-data angka sebagai berikut: TahunPeristiwa Pasukan Islam Keterangan Dua (2) Tiga (3) Lima (5) Delapan (8) Sembilan (9) Perang Badar Perang Uhud Perang Ahzâb Fathu Makah Perang Tabuk (700) orang pulang Pelaksanaan perintah Rasul : Perhitungan (ihshâ’) dan Penulisan (uktubû)

Ada empat hal yang menarik dari angka-angka di atas, yaitu : Ada pertumbuhan cepat jumlah pasukan Islam dari tahun ke tahun. Dari Badar ke Uhud (tempo satu tahun) telah terjadi pertumbuhan jumlah pasukan Islam sebanyak tiga kali lipat (300%), begitu juga dari Uhud ke Ahzâb (tempo dua tahun). Yang menarik adalah pertumbuhan dari tahun ke lima (Ahzâb) ke tahun delapan (Fathu Makah), sebab, dalam tempo tiga tahun, pasukan Islam telah berlipat ganda menjadi pasukan (lebih dari 300%). Ada pertumbuhan cepat jumlah pasukan Islam dari tahun ke tahun. Dari Badar ke Uhud (tempo satu tahun) telah terjadi pertumbuhan jumlah pasukan Islam sebanyak tiga kali lipat (300%), begitu juga dari Uhud ke Ahzâb (tempo dua tahun). Yang menarik adalah pertumbuhan dari tahun ke lima (Ahzâb) ke tahun delapan (Fathu Makah), sebab, dalam tempo tiga tahun, pasukan Islam telah berlipat ganda menjadi pasukan (lebih dari 300%). Suasana “damai” atau genjatan senjata dengan pihak Makah melalui Shulh Hudaibiyah (perdamaian Hudaibiyah) pada tahun 6 Hijriyah, telah dioptimalkan oleh Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- untuk menyebar luaskan dakwah seluas-luasnya, di samping untuk menyelesaikan urusan strategis lainnya, misalnya: penyerbuan ke benteng Yahudi di Khaibar (tahun 7 H). Suasana “damai” atau genjatan senjata dengan pihak Makah melalui Shulh Hudaibiyah (perdamaian Hudaibiyah) pada tahun 6 Hijriyah, telah dioptimalkan oleh Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- untuk menyebar luaskan dakwah seluas-luasnya, di samping untuk menyelesaikan urusan strategis lainnya, misalnya: penyerbuan ke benteng Yahudi di Khaibar (tahun 7 H). Pada tahun 9 Hijriyah dan “hanya” dalam tempo satu tahun, jumlah pasukan Islam telah berlipat ganda menjadi pasukan (300%). Hal ini terjadi karena Makah yang menjadi musuh dakwah telah tidak ada dan berubah menjadi bagian dari pendukung dakwah. Pada tahun 9 Hijriyah dan “hanya” dalam tempo satu tahun, jumlah pasukan Islam telah berlipat ganda menjadi pasukan (300%). Hal ini terjadi karena Makah yang menjadi musuh dakwah telah tidak ada dan berubah menjadi bagian dari pendukung dakwah. Ada pertumbuhan yang relative “terjaga” dari jumlah pasukan Islam, yaitu sekitar 300%, walaupun tempo yang dilaluinya berbeda-beda. Ada pertumbuhan yang relative “terjaga” dari jumlah pasukan Islam, yaitu sekitar 300%, walaupun tempo yang dilaluinya berbeda-beda. Pelaksanaan perintah Rasul : Perhitungan (ihshâ’) dan Penulisan (uktubû)

Adanya angka-angka pertumbuhan seperti ini, menjadikan kita bertanya-tanya: adakah angka-angka seperti ini terjadi secara kebetulan (’afwiyyan), ataukah memang ada perencanaan atau design yang telah dibuat sebelumnya? Jika kita menengok kepada tahun dua Hijriyah, saat beliau – shallallâhu ‘alaihi wa sallam- belum lama tiba di Madinah, yaitu saat itu beliau memerintahkan kepada kaum muslimin untuk melakukan sensus tertulis terhadap semua orang yang telah menyatakan masuk Islam, rasanya terlalu jauh kalau kita berpendapat bahwa angka- angka pertumbuhan seperti di atas terjadi secara kebetulan. Pemahaman yang lebih dekat kepada kebenaran (jika tidak kita katakan kebenaran) adalah pendapat yang mengatakan bahwa hal itu memang sesuatu yang direncanakan oleh Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-

Dari semua keterangan ini, kita bisa memahami dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan angka- angka bisa kita katakan telah direncanakan atau by design, dan bukan ‘afwiyyah (kebetulan).