AKHLAQ MENUNTUT ILMU
1. Mengikhlaskan niat karena Allah ta’âlâ. Termasuk dari perkara yang paling penting dalam hal ini adalah ikhlas dalam menuntutnya, yaitu hendaknya menuntut ilmu islam karena Allah, bukan karena tujuan yang lain. Karena hal itu adalah jalan untuk mendapat manfaat dari ilmu dan diberi taufik untuk meraih tingkatan-tingkatan yang tinggi, baik di dunia maupun di akhirat. “Annasu halakan illal-mu’minuna, walmu’minuna halakan illal-’amiluna, wal’amiluna halakan illal-mukhlisuna” (‘Ali ra)
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya“. (QS. Al-Kahfi, 17:110) “Allah ‘‘Azza Wa Jalla berfirman,’ Aku adalah serikat yang paling kaya dan tidak butuh dengan serikat barang siapa yang melakukan suatu amal dia menyekutukan Aku dengan selain-Ku didalamnya, maka Aku tinggalkan ia dan sekutunya.”(HR. Muslim).
2. Berdoa kepada Allah ta’âlâ supaya mendapatkan taufiq dalam menuntut ilmu. “Roobi zidnii ‘ilmaa warzuqni fahmaa”. Itulah sebabnya setiap akan memulai belajar kita dianjurkan membaca do’a, permohonan kepada Allah Swt. Keuntungan do’a ini ialah apabila kita berhasil tidak sombang, tetapi kalau belum berhasil, kita tidak putus asa. Ini terkait dengan keasadaran bahwa ilmu itu merupakan karunia Allah, buka karena kehebatan kita pribadi, sebagaimana ungkapan malaikat: “Maha Suci Engkau, Tidaklah kami mengetahui sesuatu kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami”.
3. Menuntut Ilmu sebagai kewajiban/ibadah Nabi juga berpesan agar “ummatnya menjadi (i) orang yang mengajarkan ilmu, atau (ii) orang yang menuntut ilmu, (iii) orang yang suka majlis ilmu, dan jangan menjadi orang (iv) mengajar tidak bisa, belajar tidak mau, senang majlis ilmu pun tidak”. Orang yang menuntut ilmu, insya Allah akan menjadi orang yang mengajarkan ilmu! “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah)”. (HR. Ibnu Majah)
4. Menuntut ilmu sebagai kebutuhan (bekal melaksanakan misi kehambaan dan kekhalifahan) Di samping sebuah kewajiban (fardhu ‘ain dan kifayah), menuntut ilmu pengetahuan juga merupakan suatu kebutuhan. Nabi bersabda: “Barangsiapa menginginkan dunia, dia harus berilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat dia harus berilmu, dan barangsiapa menginginkan keduanya dia juga harus berilmu”. Hadits ini menegaskan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban sekaligus kebutuhan, kalau manusia ingin sukses dunia-akhirat.
5. Menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh Adalah sudah menjadi pemahaman umum bahwa kesungguhan merupakan syarat keberhasilan seseorang dalam segala hal. Pengalaman hidup di sekitar kita membuktikan bahwa barangsiapa ingin berhasil, dia harus bersungguh-sungguh dalam usahanya. Juga dalam hal menuntut ilmu. Ingat Ibnu Hajar (si anak batu), Ar-Rozi (Razes), Ibnu Sina (Avicena), Edison, Einstein, dan banyak lagi di Indonesia. “Man jadda wajada” (Siapa bersungguh-sungguh akan berhasil)
6. Menuntut ilmu yang bermanfaat. Ilmu merupakan alat untuk melakukan sesuatu. Karena misi manusia untuk berbuat kemakmuran, maka ilmu yang dituntut juga harus ilmu yang dapat mendatangkan kemakmuran/kebaikan. Misalnya Ilmu Kefarmasian, Ilmu Kedokteran, Ilmu Ekonomi, Ilmu pemerintahan, dsb. Apa ada ilmu yang tidak bermanfaat? Ada! Misalnya ilmu membunuh, ilmu mencuri, mencelakakan orang lain. Ada manfaatnya tetapi mudhorotnya > manfaatnya
7. Tidak menuntut ilmu untuk bermegah-megah atau berdebat “Barang siapa menuntut ilmu untuk berdebat dengan para ulama atau menyelisihi orang-orang bodoh atau untuk memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya kedalam neraka.” (HR. Tirmidzi) “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) Apakah ada orang yang menuntul ilmu sekedar untuk mendebat orang atau menjatuhkan orang lain. “Wa-jadilhum billatii hiya ahsan”
8. Tidak menuntut ilmu yang dilarang (untuk kemunkaran),misalnya ilmu tenung dan sejenisnya. Ilmu ini sejak awal memang senantiasa berkonotasi buruk. Telah berkembang sejak zaman kuno (Harut wa Marut) Banyak mendatangkan kerusakan dan keresahan masyarakat. 9. Menghormati guru/’ulama. Tanpa akhlaq ini orang tidak akan ada perhatian untuk mendengarkan dan ilmu tidak akan didapat.
Dorongan Islam untuk menuntut ilmu Firman Allah yang pertama kali diwahyukan kepada Nabi sebagai wisuda kenabian, memerintahkan Nabi (berarti juga pengikutnya) untuk membaca. “Iqra’, bismi robbikal-ladzi kholaq. Kholaqol-insaa min ‘alaq. Iqra’ wa-robbukal-akrom. Alladzi ‘allama bil-qolam. ‘Allamal-insaana maa lam ya’lam.. ” Membaca merupakan pintu gerbang masuknya ilmu yang diajarkan oleh Allah, Dzat Yang Maha Pandai! Membaca merupakan langkah penting orang belajar, dan hanya dengan belajar orang menjadi pandai!
Apa yang dibaca? Yang ghoib (dengan hati) dan yang nyata (dengan panca indera dan akal). Berapa lama dan banyak kita baca? Qur-an atau koran? Allah pun berjanji akan mengangkat para mukmin dan dan mereka yang diberi ilmu, beberapa derajat. “Yarfa’illaahulladziina aamanuu minkum walladziina uutul’ilma darojaat” Siapa yang diberi ilmu? Mereka yang mencari ilmu ----> jadilah orang yang mencari ilmu!
Ilmu apa yang dituntut? Ilmu agama: (i) ilmu yang terkait dengan pelaksanaan misi kehambaan (wajib ‘ain), dan (ii) ilmu yang terkait dengan ilmu kekhalifahan (wajib kifayah). Ilmu yang terkait dengan fungsi kekhalifahan terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan kepentingan hidup di dunia. Dengan kata lain, ilmu yang terkait kehidupan dunia dan kehidupan akhirat! Ilmu tentang kehidupan akhirat hanya didapat dari sumber Qur-an dan Hadits dan menjadi sangat penting sebagai landasan sikap dan tindakan ummat Islam. Banyak orang mengelompokkan ilmu sebagai ilmu agama dan ilmu dunia/umum.
Bagaimana sukses menuntut ilmu? Ada beberapa saran, antara lain memantapkan dan meluruskan niat; menuntut ilmu dengan niat ibadah, mengikuti perintah Allah dan Rasul. bersungguh-sungguh; keberhasilan sangat ditentukan oleh kesungguhan, di samping tentu saja izin dan rohmat Allah. “man jadda wa-jada” istiqomah, kontinu/ajeg; semua memerlukan proses dan itu tahap demi tahap, sedikit demi sedikit, tidak instan. Jangan sistem “SKS”!
menghormati guru, siapa pun gurunya; tanpa hormat kepada guru tidak akan ada perhatian yang cukup, dan tanpa perhatian, orang tidak akan mampu menyerap informasi/pelajaran dari guru berdo’a, mohon pertolongan Allah: Roobi zidnii ‘ilmaa warzuqni fahmaa.”; Yakinlah Allah akan mengabulkan! Allah mengikuti prasangka hambaNya ---> berprasangka baiklah selalu kepada Allah!