Pembacaan Al-Qur’an [Pengantar ke Pemikiran Mohammed Arkoun]

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Kuliah ke 4 Kwn Identitas Nasional.
Advertisements

Assalamualaikum Wr. Wb Psikologi Agama.
Oleh: Prof. Dr. M. Ghalib M., M.A
MK Filsafat dan Etika Kesejahteraan Sosial
INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN Oleh: Asep Solikin Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 2015
HAKIKAT PENGETAHUAN Pranarka: pengetahuan adalah persatuan intrinsik antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Pengetahuan selalu berada.
Kepentingan Wahyu Bagi Kehidupan Gereja Wahyu 1:1-3 Oleh :
BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENGKAJIAN SASTRA
TEORI KRITIS DALAM HAZANAH SAINS MODERN
Definisi dan Metodologi Sejarah Pendidikan Islam (Materi Ke-1)
Kerangka Dasar Ajaran Islam
KONSEP DASAR GEOGRAFI KEBUDAYAAN (SDM) FISIS/ALAM ORGANISASI.
IBNU ARABI (560 .H/1164 M – 638 H/1240 M) Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Muhammad Ibn al-‘Arabi al-Tha’i al-Hatimi.
Devine Revelation menurut Fazlur Rahman Oleh : zainul adzvar Al-Qur ’ an  Verbal (tidak hanya makna dan ide saja)
Teologi Pembebasan ( Hasan Hanafi )
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PEKALONGAN
ALIRAN TEOLOGI ISLAM MASA MODERN
TEKS ANEKDOT.
ideologi Muhammadiyah: dalam Dinamika tajdid dan ijtihad
Oleh : Ronny Mugara, S.Pd., M.Pd
TEORI KOMUNIKASI KRITIS
PEMIKIRAN TOKOH – TOKOH DALAM ILMU SOSIAL
Fikom UEU Halomoan Harahap
PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN
Teori Kritis & Critical Discourse Analysis (CDA)
Pengantar Ilmu Komunikasi
Teori Kritis & Critical Discourse Analysis (CDA)
Hubungan Ilmu, Penelitian
FILOLOGI SEBAGAI ILMU BANTU ILMU LAIN
Filsafat Sosiologi Komunikasi
«Sosiologi Komunikasi»
MUHAMMAD FAHMI AL HABIB ( )
PENGANTAR ILMU KALAM Abdul Muid Nawawi.
Realitas & “Kesadaran” Semiotika
FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN
AL-QURAN SEBAGAI DASAR AJARAN ISLAM
LATAR BELAKANG LAHIRNYA FILOLOGI
Hermeneutika al-Qur’an (Nashr Hamid Abu Zayd)
ASPEK-ASPEK AGAMA Tony Tampake.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Teks Cerita Sejarah.
STUDI AGAMA SEBAGAI SUATU DISIPLIN ILMU
FILSAFAT ILMU SEBAGAI UPAYA MENEMUKAN KEBENARAN
MATA KULIAH TAUHID AKIDAH AKHLAK Dosen: Sarah Wulan, S.Ag, MPd
KEHENDAK BERKUASA FRIEDRICH WILHELM NITZSCE
Apakah Filsafat Itu ? Etimologis: Filsafat = philosophia, philos + sophia (cinta kebijaksanaan/pengetahuan) Filsafat merupakan aktivitas yang mengusahakan.
S E M I O T I K A (sebuah pengantar)
PETA KONSEP : TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN
Dekonstruksi Kebenaran (Pengantar ke Pemikiran Aliya Harb)
SUDAHKAH ANDA SIAP??? BERKONSENTRASILAH!!!!!.
SEJARAH ISLAM APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEJARAH?
SEJARAH ANALISIS WACANA Analisis wacana sebagai sebuah disiplin ilmu (linguistik makro) mulai berkembang sejak tahun 1960-an.
Memahami hakikat ilmu pengetahuan
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
STUDI AGAMA SEBAGAI SUATU DISIPLIN ILMU
Filsafat Perennial (Sayyed Housein Nasr)
AL-QURAN SEBAGAI DASAR AJARAN ISLAM.
Simbolisme dalam Agama Drs. H. Nur Syahid, MPdI
KRITIK TERHADAP HERMENEUTIKA
MANUSIA, KEBUDAYAAN, DAN PERADABAN
TEOLOGI ISLAM SEBAGAI PENGETAHUAN RASIONAL
KONSEP DASAR PENYUSUNAN KARYA ILMIAH
PENGANTAR ILMU KALAM Abdul Muid Nawawi.
PENGANTAR FILSAFAT Oleh: AHMAD TAUFIQ MA. Belajar Filsafat 1. Dari Sejarah Perkembangan Pemikiran: Yunani Kuno – Filsafat Timur Abad Pertengahan Filsafat.
MANUSIA dan REALITAS.
PENGANTAR ILMU KALAM Abdul Muid Nawawi.
Pengantar Filsafat Ilmu
ASPEK-ASPEK AGAMA Tony Tampake.
FILSAFAT UMUM. A. Pengertian Filsafat Filsafat berasal dari Yunani “philos” artinya cinta, sedangakan “sophia” artinya kebijaksanaan. Ada pula yg mengatakan.
STRUKTURALISME VS POSTSTRUKTURALISME STRUKTURALISMEPOSTSTRUKTURALISME Inidividu dikendalikan struktur bahasa Individu yang membentuk/menciptakan struktur.
Transcript presentasi:

Pembacaan Al-Qur’an [Pengantar ke Pemikiran Mohammed Arkoun] Oleh : zainul adzvar

Pemikiran Islam belum membuka diri, naif, karena mendekati agama atas dasar kepercayaan tanpa kritik; tidak sadar bahwa fakta sosial, psikologis d.l.l bisa mempengaruhi aktualisasi Disi lain Barat tidak memperhatikan hal-hal diluar jangkauan akal Karenanya arkoun tidak setuju dengan Positifisme yang berdasar pada data empiris (tidak memperdulikan aneka ragam kendali manusia) Juga saintisme sebagai bentuk kebenaran

Bagi Barat, angan-angan sosial adalah terbelakang ! Bagi Arkoun, perkembangan pemikiran Islam pada masa lampau bisa dipahami (justru) dengan memperhatikan pengaruh angan-angan sosial ::Ini dibangun oleh Sejarah nyata, realitas sosial dan lingkungan fisik kelompok  Citra, Cerita dan Nilai Nalar Islami == yang dipertahan adalah semangat keagamaan dari angan-angan sosial Nalar Modern == yang diambil adalah Kritisismenya

Agama ada Mitos ! Paul Ricoeur = manusia bergantung pada lambang / simbol (sesuatu yang mempunyai makna ganda) Mitos = Simbol tingkat kedua (cerita yang membeberkan simbol primer)  karena itu tidak sama dengan bahasa rasional Mitos, dengan cara khusus dan tidak langsung membicarakan kenyataan manusia Arkoun, Mitos berfungsi menjelaskan, menunjukkan, mendirikan kesadaran kolektif yang mengukir proyek Sejarah!

Menurut Arkoun, wacana al-Qur’an bersusunan Mitis! Menggambarkan tindakan sosial-historis dari kelompok yang dipimpin Muhammad disertai suatu wacana bersusunan mitis di dalam al-Qur’an. Yang harus dijelaskan adalah bahwa pertentangan-pertentangan dalam keagamaan terletak pada tataran tanda-tanda kebahasaan, ritual, kesejarahan dan kesenian Kesemuanya mengacu pada Transendental ; pada Allah yang sama!

Dekonstruksi Teks Michael Foucault = manusia pada tiap-tiap zaman menangkap kenyataan dengan cara tertentu ( Episteme), dan ia membicarakan dengan cara tertentu ( wacana) Untuk membahas pemikiran manusia harus dengan “arkeologi” Yaitu analisis susunan dan berbagai kaidah yang menentukan episteme dan wacana

Karenanya Teks harus didekonstruksi. Manusia berpikir, mengungkapkan diri melalui bahasa, tradisi kebahasaan, tradisi teks  :: manusia berada dalam lingkungan “logosentris” Karenanya Teks harus didekonstruksi. Dekonstruksi  upaya menampakkan aneka ragam aturan yang sebelumnya tersembunyi yang menentukan berbagai Teks, dan melalui teks itu manusia berpikir

Wahyu Ilahi mewujud dalam al-Qur’an, karenanya : Pertama, al-Qur’an adalah sejumlah “pemaknaan potensial” yang diusulkan kepada manusia Jadi, sesuai untuk mendorong pembangunan doktrin yang sama beragamnya dengan keadaan sejarah pemunculannya.

Kedua, Pada “pemaknaan potensial”, al-Qur’an mengacu pada agama trans-sejarah / transendensi. Pada pemaknaan yang diaktualisasi dalam doktrin teologi, yuridis, politis, etis d.l.l al-Qur’an menjadi mitologi dan ideologi yang kurang lebih dirasuki makna transendensi Ketiga, al-Qur’an adalah sebuah teks terbuka, tidak ada penafsiran yang dapat menutupnya secara tetap. Sebaliknya, semua aliran yang ada yang mendukung dan mensahkan kehendak kelompok sosial yang bersaing untuk memperoleh kekuasaan

Teks merupakan faktor terpenting untuk menghasilkan makna Keempat, secara Dejure, teks al-Qur’an tidak mungkin disempitkan jadi Ideologi Karena teks itu menelaah, khususnya berbagai situasi batas kondisi manusia; keberadaan, cinta kasih, hidup d.l.l Untuk melucuti pemahaman yang berbau ideologis dan teologis yang beku, harus melihat aspek historis Teks merupakan faktor terpenting untuk menghasilkan makna

Tujuan membaca teks : Adanya kelahiran teks al-Qur’an lewat penulisan berarti dalam memahami wahyu terjadi: Nalar Grafis mendominasi cara berfikir. Sabda / Logos kenabian didesak oleh logos Pengajaran (Firman yang berorintasi pada abstraksi, tanpa melihat yang dituju oleh Firman itu)  terjadi pemiskinan untuk memahami wahyu dari segala dimensi Teks al-Qur’an sebagai Parole didesak oleh teks sebagai langue

Karenanya harus dijadikan sebagai produksi makna ! Tujuan qira’ah: untuk mengerti komunikasi kenabian yang hendak disampaikan lewat teks, atau mencari makna yang hendak disampaikan lewat teks Karenanya harus dijadikan sebagai produksi makna ! Dengan cara melihat berbagai tanda dan simbol dalam teks, yaitu: Kata, struktur kalimat, tanda-tanda bahasa, d.l.l Sehingga terjadi interaksi yang penuh makna antara teks dan pembacanya Teks sebagai komunikasi = memberikan sesuatu untuk dipikirkan

Bagaimana membaca teks agar sampai pada makna? Harus tahu arti (sense)nya, yang muncul dalam kalimat / proposisi (Kata tidak mempunyai arti!) Referensi / acuan (klaim-klaim kebenaran dari kalimat)  kalimat hendak mengatakan kebenaran sesuatu Makna terbentuk lewat hubungan dialektis antara arti dan referensi Jadi Makna adalah suatu peristiwa

Bagaimana membaca teks? Secara liturgis, ritual  mereaktualisasikan saat awal, ketika nabi mengujarkannya pertama kali  komunikasi rohanu secara horisontal dan vertikal, pembatinan kandungan wahyu. Secara eksegetis (sebagaimana ar-Razi dalam Mafatihul-ghoib auat al-Tafsir al-Kabir) Memanfaatkan temuan metodologis yang disumbangkan ilmu kemanusiaan dan ilmu bahasa

Metodologi Pembacaan Linguistik Kritis  memeriksa tanda-tanda bahasa yang memproduksi makna  sintaksis dan semantik. Hubungan Kritis “the driving force behind the text” Memeriksa ”pencapaian dan keterbatasan dari tafsir logiko-leksikografis dan eksegesis imajinatif” seperti uapaya ar-Razi Analisis mitis / simbolis

Teks Qur’ani mengatakan sesuatu, mengungkapkan suatu komunikasi, memberikan suatu untuk dipikirkan! Isi komunikasi inilah yang harus dicari terus menerus. Karenanya harus memperhatikan: Pertama, Tanda, simbol dan mitos Tanda = segala sesuatu yang menunjuk diluar dirinya sendiri Simbol = tanda yang menjadi rujukan ganda Mitos = orang bicara tentang dirinya sendiri, makna diungkapkan dalam struktur sedemikian rupa, sehingga struktur itu dapat dijadikan sarana baru untuk berbicara tentang sesuatu yang lain

Kedua, analisis mitis dan qira’ah Melihat ungkapan simbolis dari realitas asli dan universal manusia Dibutuhkan kemampuan untuk menghubungkan berbagai unsur, kadang bersifat meta-bahasa (Qira’ah) Perspektif dinamik yang dibuka oleh konsep intertektualitas menghantarkan pada pemahaman literatur relegius yang lebih kaya, daripada pembacaan linier yang dituntut oleh penelitian filosofis terhadap pengaruh leksikal, stilistik dan pengaruh tematik.