MORFOLOGI BAHASA SUNDA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
STRUKTUR KALIMAT.
Advertisements

M.K: SEMANTIK Pertemuan Ke-3
Proses Morfofonologis dalam Bahasa Indonesia
ADJEKTIVA S1PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Pertemuan 7 Waktu Belajar 100 menit
LOGO BENTUKAN KATA Pertemuan 6 Waktu Belajar 100 menit.
Kelompok 4 Anom Sulton Iskandar ( )
A. KATEGORI/KELAS KATA Nomina (Kata Benda)
Morfologi Oleh Kelompok 2 Rina Maharani /22
M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4
Morfologi Dewi Puspitasari.
Assalamu’alaikum Wr. Wb…
Penerjemahan I Materi I.
KALIMAT EFEKTIF.
Kalimat Efektif BAHASA INDONESIA
BENTUK DAN MAKNA.
Kesantunan ejaan dan istilah
BAHASA INDONESIA SEMENJANA (Tri Atmadji Sutikno)
Menemukan makna tersirat suatu teks melalui membaca intensif.
KATA, FRASA, KALIMAT.
BENTUK DAN MAKNA FONEM bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Apakah fonem sama.
Dirman, mpd morfologi.
Morfologi Dewi Puspitasari.
Pengantar Linguistik Umum 12 November 2012 Nadya Inda Syartanti
Unsur-unsur Kebahasaan
Sintaksis Syntax = sintaksis Suntassein sun : dengan atau bersama
MORFOLOGI 1. Batasan : a) bagian dari ilmu bahasa yang
形態論(1) Dewi Puspitasari.
Kelompok 9 Dinar W. Eggi I.P. Elis A.N.
PROSES MORFOLOGIS 7.
SATUAN-SATUAN GRAMATIK
Struktur Bahasa Indonesia “Morfologi Bahasa”
Assalamu’alaikum Wr. Wb…
Oleh Kelompok 2 Rina Maharani /2 2 Rizky Lugiana /2 3
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (PBIN4106)
PENERAPAN MORFOLOGI.
BAHASA INDONESIA YANG BERMARTABAT DALAM MEDIA MASSA
Tanda Baca Materi 4.
Oleh Nori Purwanasari, M.Hum.
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (PBIN4106)
Khafiizh Hastuti TATA KATA Khafiizh Hastuti
Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Memahami Penggunaan Kata Dalam Bahasa Lisan ataupun Tulisan
KALIMAT EFEKTIF.
PROSES MORFOLOGIS BAHASA INDONESIA
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (PBIN4106)
FRASA DAN KLAUSA.
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (PBIN4106)
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SMA
Ragam Bahasa: Variasi bahasa yang timbul karena perbedaan pemakaian
REDUPLIKASI (PROSES PENGULANGAN)
MORFOLOGI bahasa indonesia
Nomina 1. Pengertian Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertia. 2. Ciri-ciri Dalam kalimat.
APERSEPSI Benda-benda di alam wujudnya 3 dimensi, sedangkan kita menggambar pada bidang kertas 2 dimensi. Bagaimana agar benda.
PARADIGMA DAN DERETAN MORFOLOGIS
Penggunaan Aspek Kebahasaan dalam Penulisan Karya Ilmiah
Penggunaan afiks ke-an
KONSTRUKSI MORFOLOGIS
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2
Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari tentang seluk beluk bentuk kata (stuktur kata) serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan.
-- KHUSNUL FATONAH, M.PD. --
Kalimat efektif Persentase Mata Kuliah Bahasa Indonesia
OLEH : Nima Lestari BAB II UCAPAN DAN EJAAN OLEH : Nima Lestari
Ragam Bahasa: Variasi bahasa yang timbul karena perbedaan pemakaian
BBM 3206 SEMANTIK SESI BERSEMUKA KEDUA.
BBM 3206 SEMANTIK SESI BERSEMUKA KEDUA.
BBM 3206 SEMANTIK SESI BERSEMUKA KEDUA.
LOGO AFIKS (IMBUHAN) SMKN 1 KEDAWUNG. Company Logo NAMA KELOMPOK Sri Wulan Siti Aisyah Putri Febriyanti Nabila Novianti Eka Wulandari.
 MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA KELOMPOK 2
Transcript presentasi:

MORFOLOGI BAHASA SUNDA Oleh Kelompok III : DIAN SWASTIKA (13020212410003) YOZAR F. AMRULLAH (13020212410004) CHRISTINA (13020212410005) SOGIMIN (13020212410008) PRAMAWATI YUSTIANA (13020211400036)

Morfologi Bahasa Sunda Morfologi dalam bahasa Sunda disebut tata kecap. Kata tata kecap berasal dari kata “tata” = aturan dan kecap = ucap, omong, atau kata atau yang disebut aturan atau kaidah yang membangun suatu kata. Dalam bahasa Sunda bentuk kata dibagi menjadi : Kata dasar Kata dasar berasal dari satu morfem bebas tanpa dilakukan perubahan apapun. Proses pembentukan kata dasar tersebut adalah derivasi zero.

Morfologi Bahasa Sunda Kata Jadian kata jadian dapat diperoleh dari proses-proses berikut : a. Afiksasi b. Reduplikasi c. Pemajemukan d. Abreviasi

Proses Morfologis Bahasa Sunda Afiksasi Afiksasi adalah proses mengubah leksem menjadi kata kompleks. Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori kelas kata tertentu, (3) berubah maknanya. Afiks (imbuhan) adalah bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Afiks yang digunakan pada proses morfologis bahasa Sunda berfungsi sebagai morfem terikat. Jenis afiks yang dipakai adalah awalan (prefiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan gabungan (konfiks).

Proses Morfologis Bahasa Sunda CONTOH MORFEM TERIKAT BERUPA PREFIKS Prefiks Leksem Kelas Kata Kata Arti nga- godok adj ngagodok verb merebus lebar ngalebar melebar di- sada noun disada bersuara ciN- susu cinyusu bermata air ka- candak kacandak terbawa dua kadua kedua sa- gunung sagunung segunung dunya sadunya sedunia

Proses Morfologis Bahasa Sunda CONTOH MORFEM TERIKAT BERUPA SUFIKS Sufiks Leksem Kelas Kata Kata Arti -an seuseh verb seuseuhan noun cucian cai caian berair ratus adj ratusan beratus-ratus powé powéan harian opat opatan berempat -wan cendekia cendekiawan -eun cacing cacingeun cacingan -na surat suratna surat tersebut

Proses Morfologis Bahasa Sunda CONTOH MORFEM TERIKAT BERUPA INFIKS Infiks Leksem Kelas Kata Kata Arti –ar– datang verb daratang berdatangan muncul maruncul bermunculan nangis narangis bertangisan -al- lumpat lalumpat berlarian -in- satria noun sinatria adj bersifat satria

Proses Morfologis Bahasa Sunda CONTOH MORFEM TERIKAT BERUPA KONFIKS   Konfiks Leksem Kelas Kata Kata Arti N-keun peuntas adj meuntaskeun verb menyeberangkan nga-keun luhur ngaluhurkeun meninggikan nga-an beureum ngabereuman memerahi maN-keun ical mangicalkeun menjualkan N-an pager noun mageran memagari ka-an tiris katirisan kedinginan

Proses Morfologis Bahasa Sunda CONTOH MORFEM TERIKAT BERUPA KONFIKS   Konfiks Leksem Kelas Kata Kata Arti ka-an raja noun karajaan kerajaan sa-na tugi adj satugina sesampainya di-an baledog verb dibaledogan dilempari paN-na tebih pangtebihna terjauh ke – an usik keusikan berdebu dunya kadunyaan keduniaan

Proses Morfologis Bahasa Sunda PENGULANGAN (REDUPLIKASI) Pengulangan adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Proses pengulangan dalam bahasa Sunda dapat diklarifikasikan menjadi : a. Pengulangan seluruhnya Definisi : pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan penambahan afiks Contoh : umah-umah ‘rumah-rumah’ jalan-jalan ‘jalan-jalan’

Proses Morfologis Bahasa Sunda b. Pengulangan sebagian Definisi : pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Contoh : gugulingan ‘bergulingan’ = U-awal-an + guling papariksa ‘memeriksa-meriksa’= U-awal + pariksa iimahan ‘rumah-rumahan’ = U-awal-an + imah kukudaan ‘kuda-kudaan’ = U-awal-an + kuda lalabuh ‘berjatuhan’ = U-awal + labuh cacarita ‘bercerita-cerita’ = U-awal + carita

Proses Morfologis Bahasa Sunda c. Pengulangan yang dikombinasikan dengan penambahan afiks Definisi : pengulangan yang terjadi bersamaan dengan proses pembubuhan afiks. Contoh : pakirim-kirim ‘saling mengirim’ = pa-U-dasar + kirim ngagerak-gerakkeun‘menggerak-gerakkan’ = nga-keun-U-dasar + gerak sajero-jerona ‘sedalam-dalamnya’ = sa-U-dasar-na + jero kahejo-hejoan ‘kehijau-hijauan’ = ka-U-dasar-an + hejo

Proses Morfologis Bahasa Sunda d. Pengulangan dengan merubah vokal Pengulangan kata dengan merubah vokal lebih memberikan makna penguatan mengenai keanekaan dan pengulangan. Contoh : culang-cilong ‘melihat ke segala arah’ tuwur-tawar ‘menawar-nawar’ punta-penta ‘meminta-minta’

Proses Morfologis Bahasa Sunda Pemajemukan (Compunding) Pemajemukan merupakan pemaduan dua kata atau lebih yang membentuk satu kata. Contoh : nganggo acu ‘berbaju’ = nganggo + acu ngajadikeun bojo ‘memperistri’ = ngajadikeun (nga-keun + jadi) + bojo silih kirim ‘saling mengirim’= silih + kirim gaduh bumi ‘mempunyai rumah’= gaduh + bumi rajin pisan ‘sangat rajin’ = rajin + pisan

Proses Morfologis Bahasa Sunda Abreviasi Abreviasi (pemendekan) merupakan proses morfologis yang berupa penanggalan satu atau beberapa satuan kata atau kombinasi kata, sehingga membentuk kata baru. Contoh : dekah dewek mah kirata dikira-kira sugan nyata

Fungsi Morfem Morfem Tindakan a. Morfem Tindakan Melakukan Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan N- dan nga-, contoh : ngirim ‘mengirim’ = N- + kirim ngadua ‘berdoa’ = nga- + dua b. Morfem Tindakan Memakai/Mempergunakan Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan nganggo (Kasar) atau ngangge (Halus), contoh : nganggo kaca mata ‘berkacamata’ = nganggo + kacamata nganggo atep ‘beratap’ = nganggo + atep

Fungsi Morfem c. Morfem Tindakan Mengeluarkan Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan di-, N-, - an, dan ciN, contoh : ngendhog ‘bertelur’ = N- + endhog cinyusu ‘bermata air’ = ciN- + susu d. Morfem Tindakan Membawa/ Memindahkan dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan N-keun, contoh : ngandangkeun ’mengandangkan’ = N-keun + kandang mojokkeun ‘memojokkan’ = N-keun + pojok

Fungsi Morfem e. Morfem Tindakan Menuju Ke Suatu Tempat Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan kata depan ka, contoh : ka sisi ‘menepi’ = ka + sisi ka liang ‘ke lubang’ = ka + liang f. Morfem Tindakan Melebihkan Dalam bahasa Sunda morfem direalisasikan dengan kata depan nga-keun, contoh : ngagedekkeun ‘membesarkan’= nga-keun + gede ngalebarkeun ‘melebarkan’ = nga-keun + lebar

Fungsi Morfem g. Morfem Tindakan Membuat Jadi Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan nga-keun, N-keun, dan kata yang searti ngajadikeun ‘menjadikan’, contoh : nilukeun ‘membagi tiga’ = N-keun + tilu ngajadikeun bojo‘memperistri’= ngajadikeun (nga- keun + jadi) + bojo h. Morfem Tindakan Yang Tidak Disengaja Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan ka-, contoh : katincak ‘terinjak’ = ka- + tincak kacoret ‘tercoret’ = ka- + coret

Fungsi Morfem i. Morfem Tindakan Sebab (Kausatif) Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan nga-keun atau N-keun (Kasar/Halus) dan nga-an (Kasar/Halus), contoh : ngalebarkeun ‘melebarkan’ = nga-keun + lebar manaskeun ‘memanasi’ = N-keun + panas j. Morfem Penerima (Benefaktif) Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan N-keun atau maN-keun (Kasar/Halus), contoh : macakeun ‘membacakan’= N-keun + baca meulikeun ‘membelikan’ = N-keun + beuli

Fungsi Morfem k. Morfem Tindakan Memberi Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan N-an atau nga-an (Kasar/Halus), contoh : mageran ‘memagari’ = N-an+ pager ngagulaan ‘menggulai’ = nga-an + gula l. Morfem Tindakan Berulang-ulang Dalam bahasa unda morfem irealisasikan dengan N-an, nga-keun-U-dasar, U-awal-an, dan U-awal, contoh : mawaan ‘mengambili’ = N-an + bawa nyowehan ‘menyobek-nyobek’ = N-an + soweh gugulingan ‘bergulingan’ = U-awal-an + guling papariksa ‘memeriksa-meriksa’ = U-awal + pariksa

Fungsi Morfem m. Morfem Tindakan Saling (Resiprokal) Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan pa-U-dasar dan kata silih ‘saling’, contoh : pakirim-kirim ‘saling mengirim’= pa-U-dasar + kirim silih kirim ‘saling mengirim’= silih + kirim patempo-tempo ‘saling memandang’= pa-U-dasar + tempo silih tempo ‘saling memandang’= silih + tempo n. Morfem Tindakan Santai Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan U-N-, U-dasar, dan U-awal, contoh : maca-maca ‘membaca-baca’ = U-N- + baca jalan-jalan ‘berjalan-jalan’ = U-dasar + jalan cacarita ‘bercerita-cerita’ = U-awal + carita

Fungsi Morfem o. Morfem Dikenai Tindakan (Menderita) Dalam bahasa Sunda direalisasikan dengan ka-an, contoh: kahujanan ‘kehujanan’ = ka-an + hujan katirisan ‘kedinginan’ = ka-an + tiris kaleungitan ‘kehilangan’ = ka-an + leungit

Fungsi Morfem Morfem Keadaan a. Morfem dalam keadaan pada seperti dasarnya Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan akhiran – an Contoh: juta + -an = jutaan “berjuta-juta” ribu + -an = ribuan “beribu-ribu” ratus + -an = ratusan “beratus-ratus” b. Morfem mengandung seperti pada dasarnya/pusatnya Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan ke – an dan akhiran -an ke - an + usik = keusikan “berdebu” cai +-an = caian “berair”

Fungsi Morfem Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan akhiran –wan c. Morfem memiliki sifat sehubungan dengan dasarnya Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan akhiran –wan Contoh: sukarela+-wan = sukarelawan cendekia+-wan = cendekiawan sosial +-wan = sosiawan d. Morfem memiliki sesuatu Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan kata gaduh ‘mempunyai’ gaduh + bumi = gaduh bumi “mempunyai rumah” gaduh + wibawa= gaduh wibawa “mempunyai wibawa”

Fungsi Morfem e. Morfem keadaan menjadi Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan awalan nga- untuk bentuk kata polimorfemis, dan kata yang searti “menjadi” untuk bentuk frasa. Contoh: nga- + lebar = ngalebar “melebar” nga- + batu = ngabatu “membatu” f. Morfem keadaan sama/seperti pada dasarnya Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan sa- sa- + gunung = sagunung “segunung” sa- + bumi = sabumi “serumah” sa- + alit = sakalit “sekecil”

Fungsi Morfem g. Morfem keadaan menyerupai dasarnya Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan U-awal-an Contoh: U-awal-an + imah = iimahan “rumah-rumahan” U-awal-an + kuda = kukudaan “kuda-kudaan” h. Morfem keadaan agak sehubungan dengan dasarnya Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan ka-U-dasar- an (kata polimorfemis),dan rada ‘agak’ (frasa) ka-U-dasar-an + hejo = kahejo-hejoan “kehijau-hijauan” rada + beureum = rada beureum “kemerah-merahan”

Fungsi Morfem i. Morfem keadaan paling sehubungan dengan dasar/pusatnya Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan paN-na Contoh: paN-na + pinter = pangpinterna “terpandai” paN-na + tebih = pangtebihna “terjauh” k. Morfem keadaan sampai ke tingkat yang paling Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan sa-U-dasar-na sa-U-dasar-na + jero = sajero-jerona “sedalam-dalamnya” sa-U-dasar-na + jauh= sajauh-jauhna “sejauh-jauhnya”

Fungsi Morfem l. Morfem keadaan sangat sehubungan dengan dasar/pusatnya Dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan kata pisan ‘sangat’ dan maha ‘sangat’ Contoh: rajin + pisan = rajin pisan “sangat rajin” maha- + agung = maha agung “maha agung”

Fungsi Morfem Morfem Tempat a. Morfem tempat sehubungan dengan benda pada dasarnya Dalam bahasa Sunda, morfem tempat (lokatif) sehubungan dengan benda pada dasarnya berupa konfiks ka-an dan per- an, contoh: Karajaan ‘karajaan’ = ka-an + raja Kalurahan ‘kelurahan’ = ka-an + lurah b. Morfem Tempat (Lokatif) Sehubungan Dengan Tindakan Kerjanya Dalam bahasa Sunda, morfem tempat (Lokatif) sehubungan dengan tindakan kata kerjanya berupa akhiran –an (pada konfiks N-an, nga-an, dan di-an), contoh: Ngabaledogan ‘melempari’ = nga-an+ baledog Dibaledogan ‘dilempari’ = di-an + baledog Nyareyan ‘meniduri’ = N-an + sare

Fungsi Morfem Morfem Bilangan a. Morfem Bilangan Tunggal Morfem Kala-Aspek (Temporal-Aspek) Dalam bahasa Sunda, morfem kala-aspek (temporal-aspek) “waktu telah” sehubungan dengan tindakan pada dasarnya berupa konfiks sa-na, contoh : Satugina ‘sesampai’ = sa-na + tugi Samulihna ‘sepulang’ = sa-na + mulih Saangkatna ‘seberangkat’ = sa-na + angkat Morfem Bilangan a. Morfem Bilangan Tunggal 1) Morfem Bilangan Satu Sehubungan Dengan Dasarnya Dalam bahasa Sunda, morfem bilangan satu sehubungan dengan kata benda pada dasarnya direalisasikan dalam se-, contoh : Sadinten ‘sehari’ = se- + dina Sewengi ‘semalam’ = se- + wengi

Fungsi Morfem 2) Morfem Bilangan Tiap-tiap Sehubungan Dengan Dasarnya Arti bilangan tiap-tiap sehubungan dengan dasarnya dalam bahasa Sunda, direalisasikan dengan morfem terikat an-, seperti dalam contoh berikut: Powéan ‘harian’ = powé + -an Karungan ‘karungan’ = karung + -an 3) Morfem Seluruh Sehubungan Dengan Dasarnya Dalam bahasa Sunda, morfem bilangan seluruh sebagai kesatuan sehubungan dengan kata benda pada dasarnya direalisasikan dengan morfem sa-, contoh : Sadunya ‘sedunia’ = sa- + dunya Sakampung ‘sekampung’ = sa- + kampung

Fungsi Morfem 1) Morfem bilangan jamak tentu b. Morfem Bilangan Jamak 1) Morfem bilangan jamak tentu a) Morfem bilangan jamak tentu sehubungan dengan bilangan pada dasarnya/pusatnya Dalam bahasa Sunda morfem bilangan jamak tentu sehubungan dengan dasarnya berupa awalan ka-, contoh : Katilu (jalmi) ‘ketiga (orang)’ = ka + tilu kaopat (jalmi) ‘keempat (pasang)’ = ka + opat b) Morfem bilangan bersama-sama ... dalam jumlah jamak tentu sehubungan dengan bilangan dasarnya Dalam bahasa Sunda morfem bilangan bersama-sama … dalam jumlah jamak tentu sehubungan dengan dasarnya berupa akhiran -an, contoh : Duaan ‘berdua’ = dua + -an Opatan ‘berempat’ = opat + -an Limaan ‘berlima’ = lima + -an

Fungsi Morfem 2) Morfem bilangan jamak tak tentu a) Morfem bilangan jamak tak tentu sehubungan dengan tindakan pada dasarnya/pusatnya Dalam bahasa Sunda morfem bilangan jamak tak tentu sehubungan dengan tindakan pada dasarnya berupa sisipan –ar–, akhiran –an, dan U-awal, contoh: (seneur anu) maruncul ‘bermunculuan’ = muncul + –ar– (seneur anu) ragragan ‘berguguran’ = ragrag + –an (seneur anu) lalabuh ‘berjatuhan’ = labuh + U–awal b) Morfem bilangan jamak tak tentu sehubungan dengan benda pada dasarnya/pusatnya Dalam bahasa Sunda morfem bilangan jamak tak tentu sehubungan dengan benda pada dasarnya berupa U-dasar dan para ‘para’, contoh: Raja-raja ‘ raja-raja’ = raja + U-dasar Para tamu ‘para tamu’ =Para + tamu

Fungsi Morfem c. Morfem Bilangan Urutan Dalam bahasa Sunda morfem bilangan urutan sesuai dengan dasarnya/pusatnya direalisasikan dengan awalan ka-, seperti pada contoh berikut : Kadua ‘kedua’ = ka- + dua katilu ‘ketiga = ka- + tilu kaompat ‘keempat’ = ka- + ompat kalima ‘kelima’ = ka- + lima

Fungsi Morfem 6. Morfem Hal Dan Hasil a. Morfem hal sehubungan dengan dasarnya/pusatnya Contoh: Hal maca ‘pembaca’ = hal + maca ( n- + baca) Hal ngalebarkeun ‘perluasan’= hal + ngalebarkeun (nga-keun +lebar) b. Morfem hal abstraksi sehubungan dengan alasan dasarnya/pusatnya: Contoh : Hal wegahan ‘kemalasan’ = hal-an + wegah Kadunyaan ‘keduniaan’ = ka-an + dunya

Fungsi Morfem c. Morfem hasil sehubungan dengan dasarnya: Contoh: Tulisan ‘tulisan’ = tulis + an Seuseuhan ‘cucian’ = seuseh + an Kaputan ‘jahitan’ = kaput + an 7. Morfem Pelaku, Alat, Dan Penyebabnya a. Morfem pelaku tindakan sehubungan dengan dasarnya/pusatnya: Contoh: anu maos ‘pembaca’ = anu + maos ( N- + maos) pemborong ‘pemborong, = pe-N + borong b. Morfem pelaku profesi sehubungan dengan dasarnya/pusatnya: Contoh: wartawan ‘wartawan’ = warta + wan ilmuwan ‘ilmuwan’ = ilmu + wan

Fungsi Morfem c. Morfem pelaku sesuai sifat pada dasarnya: Contoh: sieunan ‘penakut’ = sieun + -an isinan ‘pelaku” = isin + -an wanian ‘pemberani’ = wani + -an d. Morfem alat untuk melakukan tindakan sehubungan dengan dasarnya: Contoh: garisan ‘penggaris’ = garis + an anu dianggo ngagaris ‘penggaris’ = anu dianggo + ngagaris (nga- + garis) kiloan ‘timbangan’= kilo + an e. Morfem penyebab sehubungan dengan sifat pada dasarnya: Contoh: penyakit ‘penyakit’ = peN- + sakit tukang + ngarusak ‘perusak’ = tukang + ngarusak (nga + rusak)

Daftar Pustaka Kats, J. dan Soeriadiraja M.,1982. Tata Bahasa dan Ungkapan Bahasa Sunda. Penerjemah Ayat Rohaedi. Jakarta : Djambatan. Marsono. 2011. Morfologi Bahasa Indonesia Dan Nusantara. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Suryani Elis NS, 2011. Calakan , Aksara Basa, Sastra, Katutu Budaya Sunda. Bogor : Ghalia Indonesia. Sudaryat, Yayat, 2007. Tata bahasa Sunda Kiwon. Bandung : Yrang Widya.

Terima Kasih