Dr. Arum Atmawikarta, MPH

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA
Advertisements

KEPALA INSPEKTORAT UTAMA SEKRETARIAT UTAMA 1
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Departemen Dalam Negeri
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) ACEH
AGENDA PROGRAM PAMSIMAS KOMPONEN 2 KESEHATAN TAHUN 2015
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
PENYEDIAAN AIR MINUM DALAM MENCAPAI TARGET MDGs
PENTINGNYA HIK DAN HKP DALAM MENCAPAI SBS
PEMAPARAN PEMBERDAYAAN GENDER DAN ENERGI
Direktur Pengembangan PLP
dr.Andi.Hj.Hadijah Iriani R.Sp.THT.MSi Kepala bappeda kota makassar
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PROGRAM KOTA TAMPA KUMUH
Biro Administrasi Kesra dan Kemasyarakatan Setda DIY
H. Ahmad Marzuqi, S.E Dan Dian Kristiandi, S.Sos
Dwi Handono Sulistyo KMPK FK UGM
Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN ANALISIS DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDA) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 PT. Secon Dwitunggal Putra.
KOORDINASI, INTEGRASI DAN SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
UPDATE INISIATIF MENDORONG PENGELOLAAN DAS PEUSANGAN
PEDOMAN PENYUSUNAN RAD MDGS Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Bappenas
PENCAPAIAN TARGET PROGRAM KOTAKU
KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PENJELASAN UMUM MEKANISME PENILAIAN DAN PEMBERIAN ANUGERAH PANGRIPTA NUSANTARA 2015 Disampaikan dalam acara Penilaian Tahap II Verifikasi Proses Perencanaan.
PROGRAM PAMSIMAS III Menuju Pencapaian Akses Universal Air Minum dan Sanitasi Berkelanjutan.
Pembangunan Infrastruktur dan Sinergi Pusat-Daerah
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( SAKIP)
KONSEP PENANGANAN KUMUH
INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL (IPR) PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah
PENTINGNYA STRATEGI PUG DAN PPRG DI SEKTOR PERTANIAN
KONSEP PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN
Prasetijono Widjojo MJ
Draft Modul Sinkronisasi RPJMD dengan RPJMN Bidang Kesehatan
Rencana Kerja DPUPKP 2017 No
KAJIAN ANALISIS DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDA) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 PT. Secon Dwitunggal Putra.
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2013
DANA ALOKASI KHUSUS 2008 “Kebijakan dan Mekanisme Alokasi”
SHIP PARTNER.
PEREKONOMIAN INDONESIA
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
JAMPERSAL Kelompok 2.
NORMA STANDAR PROSEDUR DAN KRITERIA
LATAR BELAKANG Pada saat ini >100 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses terhadap layanan air minum dan sanitasi dasar yang layak Sarana AMPL yang.
KASI GIZI, PROMOSI DAN PM DINAS KESEHATAN KABUPATEN PRINGSEWU
RENSTRA SKPD BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 54 TAHUN 2010
RAPAT KOORDINASI PROVINSI DENGAN KABUPATEN/KOTA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/TPB (SDGs)
BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI NAD DAN NIAS
Prasetijono Widjojo MJ
PENAJAMAN PROGRAM DAN ANGGARAN
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Masyarakat Peduli, Tanggap serta Mampu untuk Hidup Bersih dan Sehat Disampaikan pada: Orientasi Kader Pemberdayaan.
KEPALA BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEKRETARIAT MUSRENBANG-2018
Kementerian PPN/ Bappenas
Balikpapan, 01 Nopember 2018 BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN BIDANG KECIPTAKARYAAN
Pembuatan dan PELAKSANAAN KLHS RPJMD
Materi-2 MATA KULIAH SIMKES S1-KESMAS-AKK
TUGAS POKOK DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK PENGENDALIAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI BENGKULU *MEMBANTU MELAKSANAKAN URUSAN.
PENGANTAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SPAM
SISTEM STATISTIK NASIONAL (SSN) SATU DATA INDONESIA (SDI)
Indra Maulana Syamsul Arief, S.Kom., M.Si
“PEMBANGUNAN DESA YANG BERBASIS PENGURANGAN RISIKO BENCANA ”
DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Upaya akselerasi pencapaiaN SDGs. SDGs ( Sustainable Development Goals ) sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan.
Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 4 Dr. Ratna Wardhani
Unit 1. Pengantar Modul AEPI SSQ - Component 2 Modul Rencana Strategis dan Pengelolaan Keuangan 1 Unit 1.
Transcript presentasi:

MDGs ACCELERATION FRAMEWORK (MAF): Upaya Peningkatan Akses terhadap Air Minum Layak Dr. Arum Atmawikarta, MPH Sekretaris Eksekutif Sekretariat MDGs Nasional – KemenPPN/Bappenas Disampaikan dalam Audiensi Penyusunan Dokumen MAF Upaya Peningkatan Akses terhadap Air Minum Layak di Provinsi Nusa Tenggara Barat Mataram, 14 Mei 2014 © United Nations Development Programme

OUTLINE Pendahuluan Metodologi MAF Pengalaman Pendekatan MAF AKI di Provinsi Jawa Tengah Kesimpulan

Pendahuluan Capaian sasaran MDGs di Indonesia dibagi dalam tiga kategori, yaitu: Sudah tercapai sebelum tahun 2015 (already achieved) Diperkirakan akan dapat dicapai pada akhir tahun 2015 (on track) Diperkirakan akan sulit dicapai pada akhir tahun 2015 sehingga diperlukan kerja keras (off track)

Sampai dengan tahun 2013 dari 63 indikator MDGs, pencapaiannya dapat dapat dikelompokan dalam 3 kategori: 13 indikator sudah dicapai sebelum 2015 35 indikator diperkirakan dapat dicapai pada tahun 2015 15 indikator diperlukan kerja keras untuk mencapai sasaran tahun 2015 Lima belas indikator yang masih memerlukan kerja keras untuk mencapainya adalah: GOAL 1 : (i) Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional; (ii) Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum GOAL 4 : (iii) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup; (iv) Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup GOAL 5 : (v) Angka Kematian Ibu per 100,000 kelahiran hidup

GOAL 6 : (vi) Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS; (vii) Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi terakhir; (viii) Prevalensi HIV dan AIDS (persen) dari total populasi GOAL 7: (ix) Jumlah emisi karbon dioksida (CO2); (x) Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan; (xi) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak di perdesaan; (xii) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak di perdesaan; (xiii) Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan GOAL 8: (xiv) Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi; dan (xv) Proporsi rumah tangga dengan akses internet

Salah satu metodologi yang diperkenalkan oleh PBB untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs dengan kategori off track adalah MDGs Acceleration Framework (MAF). MAF merupakan salah satu instrumen disamping instrumen lain yang telah ada yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan sistem perencanaan dan penganggaran yang berlaku di tingkat nasional maupun daerah.

Metodologi MAF telah diterapkan di Indonesia dengan daerah pilot di Provinsi Jawa Tengah dalam peningkatan kesehatan ibu, khususnya dalam percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) Pada tahun 2014, metodologi ini akan diperluas untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs kategori off track, yaitu: Penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi Kepulauan Riau Akses terhadap Air Minum Layak di Provinsi Nusa Tenggara Barat Akses terhadap Sanitasi Layak di Provinsi Bengkulu

TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP Indikator Acuan Dasar Data Terb aru Target MDGs 2015 Status Sumber TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak hingga tahun 2015 7.8 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan 37,73% (1993) 67,73% (2013) 68.87% ▼ BPS, Susenas 7.8a Perkotaan 50,58% (1993) 79,34% (2013) 75.29% ● 7.8b Perdesaan 31,61% (1993) 56,17% (2013) 65.81% 7.9 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak, perkotaan dan perdesaan 24,81% (1993) 60,91% (2013) 62.41% 7.9a 53,64% (1993) 73.15% (2012) 76.82% ► 7.9b 11,10% (1993) 42.73% (2012) 55.55% Status : ● Sudah Tercapai ► Akan Tercapai ▼ Perlu Perhatian Khusus

Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak, Perkotaan dan Perdesaan Sumber: BPS, Susenas 2013

Metodologi MAF

Pengertian MAF Kerangka metodologi yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah dan stakeholders berupa pendekatan sistematis: Mengidentifikasi dan memprioritaskan bottleneck dalam upaya mencapai target MDGs dengan kategori off-track sekaligus Mempercepat solusi untuk memecahkan bottleneck tersebut

Empat Langkah MAF Penentuan prioritas negara/daerah untuk melakukan intervensi spesifik Mengidentifikasi dan menyusun prioritas bottleneck untuk dapat diimplementasi secara efektif Memilih intervensi yang dapat dilakukan bersama multistakeholders untuk mengatasi bottleneck yang dianggap prioritas Perencanaan dan pemantauan implementasi dari solusi yang ditentukan

Perlunya Pendekatan MAF Untuk membantu mempercepat pencapaian Target MDGs kategori off-track pada tingkat Nasional maupun Daerah MAF merupakan cara sistematis untuk mengatasi bottleneck dan memberikan solusi konkret serta memiliki dampak yang besar untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs dengan melibatkan semua stakeholders

Nilai Lebih dari Pendekatan MAF Mengatasi fragmentasi sumber daya dari kementerian Lembaga, mitra pembangunan dan stakeholder untuk mencapai sasaran MDGs kategori off-track; Menentukan prioritas dalam perencanaan dan strategi berdasarkan hasil penelitian, informasi data statistik mutakhir, evaluasi dan belajar dari pengalaman; Memecahkan ego sektoral dengan cara berpikir yang pragmatis, lintas sektoral, berorientasi pada hasil, kerjasama kemitraan dan memperkuat sinergi; Membantu memfokuskan upaya MDG dalam mengatasi disparitas antar kelompok penduduk atau wilayah geografis yang tertinggal.

Mitra MAF Proses MAF dipimpin oleh pemerintah melibatkan seluruh stakeholder yang terkait (CSO, akademisi, privat sector, mitra internasional) yang memberikan kontribusi dalam percepatan pencapaian sasaran MDGs

Stakeholders yang Berperan dalam Peningkatan Sanitasi dan Air Minum Kesehatan Pekerjaan Umum Sosial Kemiskinan Dalam Negeri Organisasi Profesi NGO Swasta Masyarakat Mitra Internasional Perguruan Tinggi/ Universitas

Kriteria untuk Berhasilnya MAF Tingginya komitmen politik untuk mengatasi sasaran MDGs off-track Terdapatnya rencana dan strategi pada tingkat nasional maupun daerah untuk mencapai sasaran MDGs off-track Terdapatnya fasilitasi untuk implementasi rencana yang konkret pada setiap sektor atau aktor Tersedianya Sumber Daya Manusia dan finansial pada tingkat nasional dan daerah untuk implementasi rencana kerja. Terdapatnya pengalaman penerapan MAF pada tingkat nasional atau daerah untuk dapat direplikasikan ke daerah lain atau topik lain.

Kaitan MAF dalam RAD MDGs dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah RAN MDGs MAF MAF RAD MDGs MDGS telah diarusutamakan dalam berbagai dokumen perencanaan (RPJPN/D, RPJMN/D, RKP/D), perencanaan K/L dan SKPD (RENSTRA, RENJA) dan implementasi pembiayaan dalam dokumen anggaran baik di Pusat maupun Daerah

MAF Memperkuat Kebijakan Air Minum di Pusat dan Daerah Kebijakan Nasional (Sumber: Peta Jalan Percepatan Pencapaian MDGs 2010-2015) Kebijakan Provinsi NTB (Sumber:RAD MDGs NTB 2011-2015) 1 Dalam meningkatkan cakupan pelayanan air minum, Kementerian Pekerjaan Umum, pemerintah daerah, dan PDAM bertugas dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap penyediaan air minum layak melalui pembangunan dan perbaikan sistem air baku, perbaikan dan pengembangan instalasi serta pengembangan dan perbaikan jaringan transmisi dan distribusi, terutama di kawasan perkotaan. Mendorong pemerataan pembangunan infrastruktur antara desa kota, pulau-pulau kecil dan daerah terisolir melalui pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya dan pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah 2 Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah untuk mendukung pelayanan air minum dan sanitasi yang layak, melalui penambahan, revisi, maupun deregulasi peraturan perundang-undangan. Membangun, memelihara dan mengembangkan infrastruktur jalan, sumber daya air, perumahan dan pemukiman dengan mewujudkan ketersediaan air dan pemerataan pelayanan alokasi kebutuhan air multi sektor (melalui konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air) 3 Memastikan ketersediaan air baku untuk air minum; Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air minum; Pengembangan pendanaan untuk penyelenggaraan SPAM dari berbagai sumber secara optimal; Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan; dan Peningkatan penyediaan air baku secara berkelanjutan.

Lanjutan… Kebijakan Nasional Kebijakan Provinsi NTB (Sumber: Peta Jalan Percepatan Pencapaian MDGs 2010-2015) Kebijakan Provinsi NTB (Sumber:RAD MDGs NTB 2011-2015) 4 Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum yang layak; Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum yang layak Arah Kebijakan untuk Pengelolaan Limbah Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site maupun off site di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat; Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman; Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman; Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah permukiman; Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman. 5 Meningkatkan belanja investasi daerah untuk perbaikan akses air minum; Meningkatkan iklim investasi yang mendukung pembangunan guna merangsang partisipasi aktif sektor swasta dan masyarakat 5. Arah Kebijakan untuk Drainase Pemantapan keterpaduan penanganan pengendalian banjir dan sektor/sub sektor terkait lainnya berdasarkan keseimbangan tata air; Peningkatan pelibatan seluruh stakeholder berdasarkan hirarki sistem drainase; Peningkatan kapasitas kelembagaan, peraturan dan perundangan; Pengembangan alternatif pembiayaan lewat pilot program cost recovery; Melakukan kampanye dan desiminasi drainase

Beberapa Upaya Percepatan Pencapaian Sasaran MDGs di Indonesia Integrasi MDGs pada RPJMN 2010 – 2014 Integrasi MDGs pada Renstra KL 2010 – 2014 Integrasi MDGs pada RPJMD Provinsi Integrasi MDGs pada RKPD Provinsi Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 dengan fokus MDGs Peta Jalan Percepatan Pencapaian MDGs Indonesia 2010 – 2015 Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs Provinsi Surat Edaran MenPPN dan Mendagri tentang Percepatan Pencapaian MDGs sebagai dasar RAPBD Pemberian Penghargaan MDGs bagi daerah yang berhasil.

Template Matriks Rencana Aksi MAF Prioritas MDGs Indikator MDGs Prioritas Intervensi dan sub-intervensi Prioritas Bottleneck Solusi Percepatan Indikatif Pembiayaan Mitra Penanggung jawab ……. …. 1.1. …. 1.1.1. …. 1.1.2. …. 1.1.3. …. 1.1.4. …. 1.1.5. dst

Template Perencanaan Implementasi Dan Monitoring MAF Target MDGs Kegiatan Intervensi Jadwal Waktu Implementasi (2014-2015) Indikator untuk Monitoring Tahunan Penanggung Jawab Jan -Des 2014 Jan -Des 2015 2014 2015 5A Intervensi 1 (Kegiatan 1.1)   Kegiatan 1.2 ……. 5B ……..

PENGALAMAN PENDEKATAN MAF AKI DI PROVINSI JAWA TENGAH Komitmen Pemerintah Daerah tinggi Melibatkan berbagai stakeholder (Instansi pemerintah, universitas, organisasi profesi, NGO, mitra internasional, dan tenaga ahli) Dikoordinasikan oleh Bappeda. Perumusan rencana kerja dibicarakan secara intensif dengan berbagai stakeholder. Diperlukan monitoring implementasi rencana aksi MAF Saat ini, sedang dilaksanakan di 12 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah

Tahapan Penerapan MAF Penjajakan baik di Pusat maupun di daerah untuk menyamakan persepsi tentang area MAF yang akan digarap Komunikasi dengan Kementerian Kesehatan Komunikasi dengan Kementerian PPN/Bappenas Komunikasi dengan UN Pemilihan kandidat lokasi: Komitmen Pemda tinggi Akan berdampak terhadap sasaran secara nasional Permintaan resmi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah kepada UN Mulai melakukan persiapan: Rapat koordinasi Menyusun agenda kerja Merekrut konsultan Menyusun TOR untuk pelaksanaan MAF Berkunjung ke Provinsi Jawa Tengah Bertemu dengan Bappeda dan stakeholders lain menyampaikan gagasan MAF dan menyampaikan persepsi Stakeholder: Pemerintah, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat

Proses pengumpulan data Telaah dokumen kebijakan di Pusat maupun daerah Telaah laporan di Pusat maupun daerah Diskusi Wawancara Kunjungan lapangan: Kabupaten Tegal (AKI tinggi), Kebumen (AKI rendah) dan Kendal (Puskesmas PONED) Responden: Nasional: Pertemuan dengan stakeholders terkait: Bappenas, Kemenkes, BKKBN, dl Provinsi: Bappeda, Dinkes, BKKBN, JNPK, IBI, RS, BPS, dll Kabupaten: Puskesmas PONED, Dinkes dan RS di Tegal dan Kebumen; Dinkes dan Puskesmas Kendal Proses Analisis Data Pada lokasi Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK Pada tingkat komunitas Pada tingkat rujukan Pada tingkat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi berkualitas

Penyusunan draft laporan Draft 1 – Konsultasi Draft 2 – Konsultasi Draft 3 – Konsultasi Konsultasi hasil dengan Pemda Stakeholders Konsultasi hasil dengan Pusat Tim Kecil Expert Tim Besar Expert Penyusunan dokumen final Penetapan oleh Pemda Pelaksanaan rencana aksi MAF Pemantauan dan Evaluasi

Tim Konsultan MAF Air Minum Ketua: Dr. Dewi Susanna, dra, MS Tenaga Ahli: Dr. drs. Tris Eryando, M.A Tenaga Penunjang: Dian Pratiwi, M.K.M

Kesimpulan Upaya peningkatan akses terhadap Air Minum layak merupakan salah satu prioritas tinggi dalam pencapaian sasaran MDGs di Indonesia Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mencapai sasaran MDGs tersebut Salah satu metode yang komprehensif yang diperkenalkan oleh PBB untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs off- track adalah Metode MAF. Metode ini telah dilaksanakan di berbagai negara Di Indonesia penerapan pertama metode MAF dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah dengan pertimbangan daerah tersebut memiliki komitmen yang tinggi dan akan berdampak terhadap sasaran nasional

Dalam proses penyusunan MAF memerlukan kerja sama yang kuat antara berbagai stakeholders yang berasal dari Pemerintah, universitas, organisasi profesi, lembaga kemasyarakatan, media, mitra kerja internasional, dan swasta. Proses penyusunan MAF di Jawa Tengah dapat digunakan sebagai lesson learned untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs 5 dan MDGs kategori off track lainnya dengan berbagai penyesuaian sesuai dengan kondisi daerah. Apreasiasi kepada Provinsi Banten dan Jawa Timur yang berkomitmen tinggi untuk mempercepat pencapaian sasaran Goal 5 MDGs. Metodologi MAF akan diperluas untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs off track di bidang: Penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi Kepulauan Riau Akses Air Minum Layak di Provinsi Nusa Tenggara Barat Akses Sanitasi Layak di Provinsi Bengkulu

TERIMA KASIH