BATIK TEKNIK IKAT CELUP DAN TEMPEL SEMPROT SMP LEMAH GEMULAY YAYASAN TITISAN DEWA
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dalam Standar Nasional Pendidikan terdapat muatan seni dan budaya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005. Pendidikan seni budaya dan keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermanaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman etetik dalam bentuk kegiatan berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan : ” belajar dengan seni”, ”belajar melalui seni”, dan ”belajar tentang seni”, yang tidak ditemukan pada mata pelajaran yang lain. Pendidikan seni budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan antara lain kecerdasan kreativitas, spiritual, moral dan emosional. Perkembangan manusia berkualitas yang siap menghadapi berbagai tantangan hidup dimulai sedini mungkin melalui pendidikan yang diberikan melalui mata pelajaran yang bermakna dan bervariasi bagi peserta didik. Mata pelajaran keterampilan diarahkan agar pserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills), melalui keterampilan personal, sosial yang diperlukan oleh peserta didik. Keterampilan akademik diperlukan oleh mereka yang akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta keterampilan pra-vokasional diperlukan oleh mereka yang akan memasuki dunia kerja.
Pembelajaran keterampilan pra-vokasional memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat berbagai pengalaman dan berkreasi dengan menggunakan potensi wilayah peserta didik untuk diubah menjadi produk/karya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu mata pelajaran keterampilan pra-vokasional yaitu aspek keterampilan kerajinan/seni kriya. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran peserta MGMP memiliki kemampuan sebagai berikut : Mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat berbagai kerajinan. Memiliki kepekaan estetik, apresiasi terhadap produk kerajinan. Mampu mengidentifikasi potensi daerah setempat yang dapat dikembangkan melalui kegiatan kerajina dan pemanfaatan teknologi sederhana.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta MGMP memiliki kemampuan sebagai berikut : Mampu menetukan alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan produk fungsional dengan teknik ikat celup dan teknik tempel semprot. mampu menggunakan alat sesuai dengan fungsinya. Mampu merencanakan proses kerja pembuatan produk fungsional dengan teknik ikat celup dan teknik tempel temprot. Mampu membuat benda kerajinan berupa benda fungsional dengan teknik ikat celup dan teknik potong semprot.
PENGERTIAN IKAT CELUP Teknik Ikat Celup (tie dye) yang banyak kita kenal sekarang ini pada awalnya berasal dari timur jauh, sekitar 3.000 tahun sebelum masehi. Selain itu para ahli berpendapat bahwa kain jenis tie dye ditemukan secara terpisah di berbagai belahan dunia, seperti India, Cina, Jepang, Amerika Selatan dan Afrika. Indonesia sebagai bangsa yang terkenal kaya akan seni budaya telah mengenal seni celup (tie dye) sebagai salah satu bentuk seni tradisional. Kain celup ikat yang lebih dikenal oleh masyarakat kita dengan sebutan jumputan. Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbeda-beda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya kain Pelangi, di Kalimantan dikenal dengan istilah Sasirangan, dan di Sulawesi dikenal dengan nama kain Roto.
Jenis kain jumputan yang ada sekarang ini pada umumnya terbuat dari bahan serat alam seperti bahan katun atau sutera yang halus, tipis dan mudah kusut. Namun sebenarnya kain jumputan dapat dibuat dari serat alam yang dicampur dengan serat sintetis, atau bahkan dengan bahan serat sintetis saja. Hal yang perlu untuk diperhatikan adalah pada penggunaan zat pewarna yang digunakan untuk mencelup, hendaknya disesuaikan dengan jenis kain atau serat yang akan dijumput. Hal ini disebabkan karena suatu zat warna hanya efektif mewarnai satu jenis serat atau kain saja. Warna-warna yang dterapkan biasanya menggunakan warna-warna ke arah warna tua seperti merah tua, hijau tua, hitam, biru tua dan sebagainya. Tetapi dengan adanya perkembangan jaman dan teknologi, kain jumputan ini menggunakan warna-warna yang disenangi oleh konsumen atau pasar.
Teknik Jumpatan (tie dye) adalah suatu proses pencelupan, yaitu sebagian kain diikat rapat menggunakan tali menurut pola tertentu, sebelum dicelup dengan zat warna. Dengan demikian bagian-bagian yang diikat tidak terkena celupan dan pada bagian tersebut terbentuklah motif hias jumputan yang sangat khas. Cara-cara lain untuk menghindari terserapnya celupan pada kain adalah dengan menggunakan balok-balok kayu, atau setikan-setikan, atau dijepit balok, dan sebagainya maka kain tersebut tidak akan terkena cairan pencelupan/warna.
Dalam membatik, bagian yang tertutup oleh malam atau lilin ketika dicelup ke dalam cat warna tidak akan dikenai warna. Namun dalam membuat jumputan, fungsi malam atau lilin diganti dengan ikatan tali pada kain sebelum dicelup, sehingga membuat jumputan menjadi lebih mudah, sederhana, murah, dan tidak membutuhkan waktu lama. Berbagai pola dapat dibentuk dengan cara melakukan berbagai variasi bentuk ikatan pada kain. Hasil dari ikatan dan celupan zat warna tidak dapat kita pastikan hasilnya namun hanya bisa kita perkirakan. Bahkan dengan beberapa bahan yang sama dan dengan cara yang sama pula, kita tidak dapat menghasilkan pola yang sama. Jadi setiap pola kain yang kita hasilkan adalah bersifat individual atau satu produk.
B. TEKNIK DASAR MEMBUAT MOTIF IKAT CELUP Untuk membuat motif efek jumputan atau ikat celup terdapat beberapa teknik khusus yang menghasilkan motif-motif tertentu, antara lain: Ikatan Motif yang terbentuk dari ikatan ini adalah bentuk lingkaran bergerigi. Cara pembuatannya adalah dengan cara menjumput kain, kemudian diikat pada bagian dasar jumputan tersebut dengan menggunakan tali/karet/rafia atau benang kasur.
Ikatan dan hasil ikatannya
Ikatan Berbelit Untuk membentuk motif berbelit ini, mulailah dari puncak jumputan. Dengan menggunakan ikatan/tali yang lebih banyak lagi dapat dibentuk pola yang lebih rumit.
Ikatan Berbelit
Ikatan Garis Untuk membuat garis, gunakan kapur tulis/jahit dan penggaris. Kemudian lipatlah kain menurut garis yang dibuat tersebut dalam bentuk akordion atau lipatan kipas.
Ikatan garis dan hasil ikatannya
Keringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian rapikan. Penyelesaian Akhir Keringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian rapikan. Pengeringan
Mengikat Benda Teknik ini dilakukan dengan cara memasukkan benda pada kain, kemudian diikat kencang pada dasaran jumputan. Perhatikan pada saat mengikat, antara benda dan kain sebaiknya diikat dengan ketat (tidak longgar) agar zat warna tidak dapat masuk atau diserap yang terikat, dan dapat menghasilkan motif hasil ikatan. Benda-benda pengisi yang diikat pada umumnya adalah benda yang bulat, seperti kelereng, kacang hijau, batu yang licin dan sebagainya.
Mengikat Benda dan hasil ikatannya
Ikatan Lingkaran Berulang Pola lingkaran berulang ini dibuat dengan cara melipat-lipat kain sehingga berbentuk segitiga runcing. Kemudian kain diikat secara berulang untuk mendapatkan motif lingkaran yang berulang sesuai keinginan.
Ikatan Lingkaran Berulang dan hasil ikatannya
PEMBUATAN SYAL DENGAN IKAT CELUP SYAL Untuk memperindah suatu penampilan, maka seseorang memerlukan suatu produk pelengkap busana. Salah satu pelengkap busana adalah Syal. Syal dapat dibuat dengan menerapkan berbagai keteknikan. Salah satunya adalah syal dengan teknik ikat celup. Teknik ini sangat mudah untuk dipelajari dan dilakukan.
Persiapan PROSES PEMBUATAN Siapkan kain santung dengan ukuran 50 x 150 cm Kain Santung
Pakailah sarung tangan, agar kulit terlindungi dari zat warna
Siapkan tali rafia sesuai kebutuhan. Pembuatan Siapkan tali rafia sesuai kebutuhan.
Ikatlah bagian-bagian tertentu, dengan variasi jarak ikatan antara ikatan satu dengan ikatan yang lainnya, sesuai dengan perencanaan. Lakukan control ikatan (kepadatan dan kerapatan tali), agar hasil ikatan tidak kemasukkan warna. Pengikatan
Hasil ikatan siap untuk diproses pewarnaan.
Larutan garam diazonium Siapkan larutan zat warna nafthol dan garam pembangkit yang digunakan sesuai dengan resepnya. Larutan garam diazonium Larutan nafthol
Sebelum proses pewarnaan, lakukan perendaman hasil ikatan pada larutan TRO + 5 menit agar kain lebih mudah meresap warna. Perendaman TRO
Selanjutnya angkat dan tiriskan. Penirisan
Siapkan larutan nafthol pada ember, kemudian celupkan kain hasil ikatan yang sudah di TRO ke dalam larutan napthol. Celupkan secara merata agar mendapatkan pewarnaan yang baik. Pencelupan Napthol
angkat dan tiriskan Penirisan
Siapkan larutan garam diazonium, lanjutkan dengan mencelupkan kain ikatan yang sudah dicelup pada larutan nafthol. Pencelupan Pada Garam Pembangkit
Pencucian setelah celupan pertama Kemudian angkat dan tiriskan Kemudian cucilah dengan air dingin. Penirisan Pencucian setelah celupan pertama
Lakukan proses pencelupan seperti di atas, dua sampai tiga kali celupan agar memperoleh warna yang kuat. Kemudian cucilah sampai bersih, tiriskan dan keringkan dengan cara diangin-anginkan. Penirisan
Lepaskan seluruh ikatan pada kain menggunakan gunting atau pendedel, dengan hati-hati dan usahakan kain tidak berlubang. Pelepasan Ikatan
Kemudian cuci kembali dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa warna yang kurang bersih pada waktu pencucian. Pencucian akhir
Keringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian rapikan. Penyelesaian Akhir Keringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian rapikan. Pengeringan
BAB III PEMELAJARAN II BATIK DENGAN TEMPELAN KERTAS DAN TEKNIK SEMPROT Batik (tekstil) dengan teknik tempelan kertas merupakan upaya pembuatan motif atau gambar dengan cara menempelkan kertas yang sudah dibentuk sebagai motif. Motif tersebut sebagai perintang pada saat proses pewarnaan berlangsung. Pewarnaan yang digunakan adalah pewarna yang biasa digunakan pada proses pembuatan batik. Bentuk motif berfungsi sebagai pengganti lilin batik atau perintang warna. Maka teknik pewarnaan pada teknik tempel dengan proses semprot atau dengan cara semprot. Hasil yang didapat dengan teknik tempelan kertas setelah melalui pencucian atau pelepasan kertas maka akan didapat motif-motif sesuai tempelan kertas atau bentuk kertas.
Contoh karya batik tempelan kertas
PEWARNAAN NAPTHOL Zat warna napthol terdiri dari komponen napthol sebagai komponen dasar dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam napthol. Zat Warna Napthol yang banyak dipakai antara lain : Napthhol AS.G Napthol AS.LB Napthol AS.BO Napthol AS.OL Napthol AS Napthol AS.GR Napthol AS.BR Napthol AS.D Napthol AS.BS
Garam Diazonium yang dipakai dalam ikat celup antara lain: Garam Kuning GC Garam Bordo GP Garam Orange GC Garam Violet B Garam Scarlet R Garam Blue BB Garam Scarlet GG Garam Blue B Garam Red 3 GL Garam Black B Garam Red B
Resep Standar pencelupan dengan zat warna napthol : Zat warna napthol 5 g Kaustik soda 3 gr. TRO 1 gr. Air panas 200 CC Air dingin 200 CC Garam Napthol Garam diazonium 10 gr Air dingin 2 Liter
Proses Pencampuran Warna : Larutkan semua resep zat warna napthol di atas dengan air panas sesuai ukuran dan kebutuhan Larutan napthol
Larutkan Garam diazonium dengan air dingin sesuai ukuran dan kebutuhan. Larutan garam diazonium
Langkah Pewarnaan : Larutan napthol dan larutan garam masing-masing dimasukkan dalam ember besar dan masing - masing larutan ditambah air dingin sampai menjadi 1 liter, untuk pencelupan 1 meter kain. Warna siap untuk digunakan. Rendam terlebih dahulu kain dengan larutan TRO menggunakan air dingin ± 15 menit.
Langkah Pewarnaan : Celup kain kedalam larutan napthol kurang lebih 5-15 menit kemudian tiriskan. Masukkan kedalam larutan garam pewarna kurang lebih 3-5 menit. Kemudian dicuci dengan air bersih. Pencelupan diulang sampai 3 kali dengan cara yang sama
TEKNIK SEMPROT DENGAN ZAT WARNA NAPTHOL Buatlah warna napthol sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan. Masukkan warna napthol dan garam pada masing-masing botol semprot/spray gun. Rentangkan kain yang sudah ditempeli tanah liat dan kertas. Semprotkan larutan napthol pada kain yang akan diwarna sampai merata. Semprotkan garam pembangkit pada kain yang sudah disemprot dengan napthol sesuai yang dikehendaki. Semprotkan warna kedua atau warna lain menggunakan garam. Setelah pewarnaan sesuai dengan yang dikehendaki tunggu 10 menit supaya warna meresap. Cucilah dengan air bersih sambil melepaskan kertas yang menempel pada kain sampai bersih dan tidak luntur. Keringkan di tempat yang teduh dengan cara diangin-anginkan. Finishing akhir dengan diseterika.
PROSES PEMBUATAN BATIK DENGAN TEMPELAN KERTAS DAN TEKNIK SEMPROT Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan kemudian buatlah motif dengan cara dilipat dan dipotong sesuai dengan rencana yang akan dijadikan motif pada kain untuk hiasan dinding yang akan dibuat. Bentuk gambar bebas dapat bentuk flora, fauna bentuk geometris atau bentuk non geometris.
Setelah selesai, lanjutkan dengan menempelkan kertas yang sudah membentuk motif pada kain. Menempelkan kertas sesuai dengan desain yang direncanakan.
Setelah selesai ditempel kemudian direntangkan untuk proses penyemprotan
Sebelum mewarna harus membuat larutan warna napthol dan garam dan menyiapkan spreigan. Warna yang sudah dilarutkan dimasukkanpada spreigan masing-masing.
Warna siap untuk disemprot sesuai dengan keinginan. Proses penyemprotan dengan warna napthol
Hasil penyemprotan Setelah selesai proses pewarnaan dimasukkan dalam air bersih.
Kemudian dicuci bersih sambil melepaskan tempelan kertas pada kain. Setelah bersih dijemur dengan cara diangin-anginkan ditempat yang teduh.
Hasil Karya Tempelan Kertas dengan Teknik Semprot
KEPUSTAKAAN Cambell, Joy (1998), Batik, Apple, London Djumena, Nian S., (1990), Batik dan Mitra, Djambatan, Jakarta Murtihadi, Mukminatun, (1979), Pengetahuan Teknologi Batik, Depdikbud, Jakarta Rich Chris, (1994), Paper Cutting, Altamont, New York Susanto, Sewan, (1973), Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Depdikbud Buchanan Celia, (1998), Tie-Dyeing, Apple Press, London Kusantati Herni, (2006), Ketrampilan, Grafindi Media Pratama, Ting Susie, (1991), The Complete BOOK OF Handcrafts, Ure Smitt Press, London