Depresiasi dan Deplesi Aset Tetap Depresiasi dan Deplesi
Depresiasi Pengertian Depresiasi Depresiasi adalah bagian dari harga perolehan AT yang secara sistematis dialokasikan menjaadi biaya setiap periode akuntansi Menurut PSAK No. 17: “Depresiasi (penyusutan) adalah alokasi jumlah suatu AT yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi yang akan dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”.
Dari definisi di atas jelas bahwa akuntansi depresiasi bukan suatu proses penilaian AT atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti AT, tetapi suatu metode untuk mengalokasikan harga perolehan AT ke periode-periode akuntansi Alokasi harga perolehan AT yang tidak dapat diganti seperti sumber alam (wasting assets) disebut DEPLESI. Sedangkan alokasi harga perolehan AT tidak berwujud disebut AMORTISASI.
Sebab-sebab Depresiasi Faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi dapat dikelompokkan menjadi dua: Faktor Fisik Faktor yang mengurangi fungsi AT, misalnya aus karena dipakai (wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan kerusakan-kerusakan. Faktor Fungsional Faktor yang membatasi umur AT, misalnya AT untuk memenuhi kebutuhan produksi karena ada perubahan permintaan atas produk, atau AT yang sudah tidak ekonomis karena kemajuan teknologi.
Faktor-faktor yang Menentukan Biaya Depresiasi Ada tiga faktor: Harga perolehan (cost) Nilai residu Nilai sisa suatu AT yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila AT tersebut dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika AT tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya yang terjadi saat menjual/menukarkan.
Taksiran umur kegunaan (masa manfaat/umur ekonomis) Dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijakan yang dianut dalam reparasi. Dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi, atau satuan jam kerja. Dalam menaksir masa manfaat AT, harus juga dipertimbangkan keausan fisik dan fungsional. Biaya depresiasi ini merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada ketiga faktor di atas. Ketelitian biaya depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya laba rugi perusahaan.
Metode Perhitungan Depresiasi Untuk dapat menggunakan metode depresiasi, hendaknya dipertimbangkan keadaan yang mempengaruhi AT tersebut: Metode garis lurus (straight-line method) Metode jam jasa (service-hours method) Metode hasil produksi (productive-output method) Metode beban berkurang (reducing-charge method): Jumlah angka tahun (sum of year’s-digits method) Saldo menurun (declining balance method) Double declining balance method Tarif menurun (declining rate on cost method)
Metode garis lurus (straight-line method) Paling sederhana dan banyak digunakan. Beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama (kecuali kalau ada penyesuaian) Contoh: mesin dengan harga perolehan Rp600.000,00, taksiran nilai sisa (residu) Rp40.000,00 dan umur ekonomis ditaksir selama 4 tahun. Depresiasi tiap tahun diitung sebagai berikut:
Depresiasi = = = Rp140.000,00 Ket: HP = Harga perolehan NS = Nilai residu (sisa) N = Umur ekonomis HP – NS N Rp600.000,00 – Rp40.000,00 4
Total Akumulasi Depresiasi Jika disusun dalam bentuk tabel, maka akan tampak seperti berikut: Tabel Depresiasi – Metode Garis Lurus Akhir tahun ke Debet Depresiasi Kredit Akumulasi Depresiasi Total Akumulasi Depresiasi Nilai Buku Rp600.000,00 1 Rp.140.000,00 Rp460.000,00 2 140.000,00 280.000,00 320.000,00 3 420.000,00 180.000,00 4 560.000,00 40.000,00 Rp560.000,00
Perhitungan depresiasi menggunakan garis lurus ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut: Umur ekonomis AT akan menurun secara proporsional Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap periode jumlahnya relatif tetap Umur ekonomis berkurang karena lewatnya waktu Penggunaan (kapasitas) AT tiap periode realtif sama
2. Metode jam jasa (service-hourse method) Didasarkan pada anggapa bahwa AT (terutama mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dg penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time). Dengan cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Contoh: mesin dengan harga perolehan Rp600.000,00 nilai sisa Rp40.000,00 ditaksir dapat digunakan selama 8.000 jam. Depresiasi per jam dihitung sebagai berikut:
Depresiasi = = = Rp70,00 Ket: HP = Harga perolehan NS = Nilai residu (sisa) N = Taksiran jam jasa HP – NS N Rp600.000,00 – Rp40.000,00 8.000
Apabila dalam tahun pertama mesin ersebut digunakan selama 3 Apabila dalam tahun pertama mesin ersebut digunakan selama 3.000 jam, maka beban depresiasinya = 3.000 x Rp70,00 = Rp210.000,00. Apabila disusun dalam bentuk tabel, maka akan tampak sebagai berikut:
Total Akumulasi Depresiasi Tabel Depresiasi – Metode Jam Service tahun Jam Kerja Mesin Debet Depresiasi Kredit Akumulasi Depresiasi Total Akumulasi Depresiasi Nilai Buku Rp600.000,00 1 3.000 Rp.210.000,00 390.000,00 2 2.500 175.000,00 385.000,00 215.000,00 3 1.500 105.000,00 490.000,00 110.000,00 4 1.000 70.000,00 560.000,00 40.000,00 8.000 Rp560.000,00
Karena beban depresiasi dasarnya adalah jumlah jam yang digunakan, maka metode ini paling tepat digunakan untuk AT jenis kendaraan, dengan asumsi bahwa keausan kendaraan lebih karena dipakai daripada dengan tua karena waktu
3. Metode Hasil Produksi (productive-output method) Umur AT ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi sehingga depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu AT itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan.
Untuk dapat menghitung beban depresiasi periodik, pertama kali dihitung tarif depresiasi untuk tiap unit produk. Kemudian tarif ini akan dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut. Contoh : mesin dengan harga perolehan Rp600.000,00 taksiran nilai sisa Rp40.000,00. Mesin ditaksir selama umur penggunaan akan menghasilkan 56.000 unit produk. Depresiasi per unit produk dihitung sebagai berikut:
Depresiasi = = = Rp10,00 Ket: HP = Harga perolehan NS = Nilai residu (sisa) N = Taksiran hasil produksi (unit) HP – NS N Rp600.000,00 – Rp40.000,00 56.000
Apabila dalam tahun penggunaan pertama mesin menghasilkan 18 Apabila dalam tahun penggunaan pertama mesin menghasilkan 18.000 unit produk, maka beban depresiasi untuk tahun itu sebesar 18.000 x Rp10,00 =Rp180.000,00 Apabila disusun dalam bentuk tabel, maka perhitungan depresiasi dan akumulasi depresiasi selama umur mesin adalah sebagai berikut:
Total Akumulasi Depresiasi Tabel Depresiasi – Metode Hasil Produksi tahun Hasil Produksi(unit) Debet Depresiasi Kredit Akumulasi Depresiasi Total Akumulasi Depresiasi Nilai Buku mesin Rp600.000,00 1 18.000 Rp.180.000,00 420.000,00 2 16.000 160.000,00 340.000,00 260.000,00 3 12.000 120.000,00 460.000,00 140.000,00 4 10.000 100.000,00 560.000,00 40.000,00 56.000 Rp560.000,00
Metode ini, seperti juga halnya metode jam jasa, sebaiknya digunakan untuk AT yang dapat diukur hasil produksinya seperti mesin. Beban depresiasi yang dihitung dengan metode hasil produksi dan jam jasa jumlahnya tiap periodenya tergantung pada jumlah produksi dan jam kerja AT. Oleh karena itu biaya depresiasi yang dihitung dengan kedua cara ini mempunyai sifat variabel.
4. Metode Beban Berkurang (reducing-charge method) Dalam metode ini, beban depresiasi tahun-tahun pertama akan lebih besar daripada beban depresiasi tahun-tahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada teori bahwa AT yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien dibandingkan dengan AT yang lebih lama (tua). Jika dipakai metode ini, maka diharapkan jumlah beban depresiasi dan biaya reparasi & pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif stabil.
Jika beban depresiasi besar, maka beban reparasi dan pemeliharaan kecil (dalam tahun pertama), dan sebaliknya dalam tahun terakhir, beban depresiasi kecil sedangkan beban reparasi & pemeliharaannya besar. Ada 4 cara untuk menghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun ke tahun:
a. Metode jumlah angka tahun (sum of the year’s digits method) Depresiasi dihitung dengan mengalikan bagian pengurang (reducing fractions) ang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Bagian pengurang ini dihitung sebagai berikut: Pembilang = bobot (weight) untuk tahun yang bersangkutan Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis AT atau jumlah angka bobot (weight)
Contoh: Mesin dengan harga prolehan Rp100.000,00, residu Rp10.000,00 ditaksir umur ekonomisnya 3 tahun. Tahun Bobot (weight) Bagian pengurang 1 3 3/6 2 2/6 1/6 6 6/6 Ket: Penyebut dlm bagian pengurang dihitung dengan cara = 3+2+1=6 Pembilang dalam bagian pengurang adalah angka bobot tahun yang bersangkutan. Untuk tahun pertama = 3, tahun kedua = 2 dst.
Total Akumulasi Depresiasi Apabila disusun dalam bentuk tabel, akan tampak sebagai berikut: Tabel Depresiasi – Metode Jumlah Angka Tahun tahun Debet Depresiasi Kredit Akumulasi Depresiasi Total Akumulasi Depresiasi Nilai Buku mesin Rp100.000,00 1 3/6x90.000=45.000 Rp.45.000,00 Rp55.000,00 2 2/6x90.000=30.000 30.000,00 75.000,00 25.000,00 3 1/6x90.000=15.000 15.000,00 90.000,00 10.000,00
Jika AT tersebut umur ekonomisnya panjang, maka penyebut (jumlah angka tahun) bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut: Depresiasi = n ( ) untuk contoh di atas = 3 ( ) = 6 (n+1) 2 (3+1) 2
b. Saldo menurun (declining balance method) Dalam cara ini, beban depresiasi dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku AT. Karena nilai buku AT setiap tahun menurun, maka beban depresiasi tiap tahunnya juga selalu menurun. Tarif ini dihitung dengan menggunakan rumus sbb:
NS T = 1 - HP Ket: T = tarif n = umur ekonomis NS = nilai sisa HP = harga perolehan NS HP n
Depresiasi mesin dalam contoh 1 di muka dihitung sebagai berikut: = 1 - = 0,536 atau 53,6% NS HP n 10.000 100.000 3
Total Akumulasi Depresiasi Untuk menghitung depresiasi tiap tahun, tarif ini (53,6%) dikalikan nilai buku mesin, seperti tampak pada tabel berikut: Tabel Depresiasi – Metode Saldo Menurun tahun Debet Depresiasi Kredit Akumulasi Depresiasi Total Akumulasi Depresiasi Nilai Buku mesin Rp100.000,00 1 53,6%x100.000 = Rp.53.600,00 Rp.53.600,00 Rp46.400,00 2 53,6%x46.400,00 = Rp24.870,00 24.870,00 78.470,00 21.530,00 3 53,6%x21.530,00 = Rp11.530,00 11.530,00 90.000,00 10.000,00
Nilai buku AT pada akhir tahun ketiga menunjukkan jumlah Rp10 Nilai buku AT pada akhir tahun ketiga menunjukkan jumlah Rp10.000,00 yaitu taksiran nilai residu. Apabila AT yang dihitung tidak mempunyai nilai residu, maka metode ini tidak dapat digunakan. Untuk mengatasi kelemahan ini biasanya untuk AT yang tidak mempunyai nilai residu, akan dipakai jumlah residu = Rp1,00
c. Double declining balance method Beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban depesiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan metode garis lurus. Persentase ini dikalikan 2 (dua) dan setiap tahunnya dikalikan nilai buku AT
Misalnya dari contoh sebelumnya, depresiasi dengan garis lurus adalah sebesar Rp.140.000,00. Jumlah ini jika dihitung dari harga perolehan sebesar 23,33% (140.000/600.000). Jika dihitung dari jumlah yang didepresiasi adalah sebesar 25% (140.000/560.000). Tarif 25% ini dikalikan 2 menjadi 50%, shg depresiasi dg menggunakan metode ini sebagai berikut:
Total Akumulasi Depresiasi Tabel Depresiasi – Metode Double Declining Balance tahun Debet Depresiasi Kredit Akumulasi Depresiasi Total Akumulasi Depresiasi Nilai Buku mesin Rp600.000,00 1 50%x600.000 = Rp300.000,00 Rp300.000,00 2 50%x300.000,00 = Rp150.000,00 150.000,00 450.000,00 3 50%x150.000,00 = Rp75.000,00 75.000,000 525.000,00 75.000,00 4 50%x75.000,00 = Rp37.500,00 37.500,00 562.500,00
Dengan menggunakan 2 kali persentase yang didapat dari metode garis lurus, dapat dibuat perhitungan depresiasi di atas. Nilai residu dengan cara ini sebesar Rp37.500,00, jika dibandingkan dengan cara garis lurus terdapat perbedaan sebesar Rp2.500
d. Metode Tarif Menurun (declining rate on cost method) Disamping metode-metode yang telah diuraikan di muka, kadang-kadang dijumpai cara menghitung depresiasi dengan menggunakan tarif (%) yang selalu menurun. Tarif ini setiap periode dikalikan dengan harga perolehan. Penurunan tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tetapi ditentukan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan.
Metode Tarif Kelompok/Gabungan Metode ini merupakan cara perhitungan depresiasi untuk kelompok AT sekaligus. Metode ini adalah metode garis lurus yang diperhitungkan terhadap sekelompok AT. Apabila AT yang dimiliki mempunyai umur dan fungsi yang berbeda, maka AT ini dibagi menjadi beberapa kelompok untuk masing-masing fungsi, seperti tampak pada contoh sebagai berikut:
Tabel Depresiasi – Metode Tarif Kelompok AT Harga Perolehan Nilai Sisa HP yang didepresiasi Taksiran Umur Depresiasi Tahunan A Rp1.000.000 Rp250.000 Rp750.000 20 th Rp37.5000 B 600.000 100.000 180.000 10 th 50.000 C 400.000 160.000 8 th 35.500 D 110.000 10.000 120.000 4 th 25.000 Rp2.110.000 Rp1.650.000 Rp150.000
Tarif depresiasi gabungan: 150.000 : 2.110.000 = 7,11% Umur AT gabungan: 1. 650.000 : 150.000 = 11 tahun Tarif yang sudah dihitung ini akan dipakai terus, kecuali kalau ada perubahan umur atau ada penggantian AT yang mempengaruhi tarif tersebut. Metode ini tidak begitu teliti jika dibandingkan dengan dengan menghitung depresiasi untuk tiap-tiap AT
Metode-metode Khusus Metode ini dapat diterima jika terdapat kesulitan untuk menghitung depresiasi dengan cara biasa. Biasanya metode khusus ini dipakai untuk membebankan depresiasi alat-alat kerja (small tools) yang dimiliki dlaam jumlah besar dan digunakan dalam perusahaan jasa umum (public utilities). Metode-metodenya adalah sebagai berikut:
Sistem Penilaian Persediaan: Dengan cara ini rekening AT didebet dengan harga perolehan (cost) AT. Setiap periode AT tersebut dinilai dan rekening AT dikurangi sampai pada jumlah penilaian tersebut. Pengurangnya dibebankan sebagai depresiasi. Sistem Pemberhentian: Rekening AT didebet dangan harga perolehan (cost) AT. Pada akhir periode rekening AT dikredit dengan jumlah HP AT yang diberhientikan penggunaannya selama periode tersebut dan dibebankan sebagai biaya depresiasi
Sistem Penggantian: Dengan cara ini rekening AT didebet dengan harga perolehan (cost) AT. Pembebanan sebagai biaya dilakukan jika AT tersebut diganti. Jadi harga perolehan AT baru dikurangi nilai sisa AT lama dibebankans sebagai depresiasi
Depresiasi untuk Sebagian Periode Yang dimaksud adalah perhitungan beban depresiasi bila periodenya tidak selama satu periode akuntansi (tahun buku). Contoh: mesin dibeli tanggal 19 Pebruari 2005. Berapakah depresiasi yang akan dibebankan dalam tahun 2005? Begitu juga misalnya sebuah mesin dihentikan pemakaiannya pada tanggal 10 Agustus 2005, berapakah depresiasi yang akan dibebankan pada tahun 2005?
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dibuat ketentuan sebagai berikut: Bila AT tersebut dibeli sebelum tanggal 15 bulan tertentu, maka bulan itu dihitung sepenuhnya untuk penentuan besarnya depresiasi. Bila AT tersebut dibeli sesudah tanggal 15 bulan tertentu, maka bulan itu tidak diperhitungkan. Depresiasi akan dihitung penuh bulanan, sehingga bila tidak untuk seluruh tahun buku, perhitungan depresiasinya dihitung sejumlah bulannya dan dibagi dua belas.