Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

IV. PENGUKURAN BEDA TINGGI (TACIMETRI )

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "IV. PENGUKURAN BEDA TINGGI (TACIMETRI )"— Transcript presentasi:

1 IV. PENGUKURAN BEDA TINGGI (TACIMETRI )

2 Tacimetri adalah suatu metode pengukuran jarak horizontal dan jarak vertikal dengan membaca nonius horizontal dan nonius vertikal serta membaca benang – benang silang pada alat teodolit terhadap rambu. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan tacimetri antara lain : Ketelitian cukup tinggi, yaitu antara 1 : 500 sampai dengan 1 : , Tidak terpengaruh oleh keadaan permukaan tanah yang jelek, Pengukuran cepat, Tidak banyak membutuhkan banyak tenaga / pertugas lapangan dan perlengkapan ,

3 Prosedur pengukuran dapat dijelaskan sebagai :
Titik-titik A, B, C,…………. adalah station-station alat theodolit yang berurutan dan disusun berbentuk kerangka poligon terbuka, Theodolit dipasang di titik A dengan skala horizontal terbaca 0o, kemudian teleskop dibidikan ke rambu dititik B. Bacaan rambu yang diambil pertama adalah dititik B, kemudian bacaan pada setiap interval tertentu, misalkan tiap 10 meter ( rambu ab. 1, ab. 2, ab. 3….… ) sepanjang garis AB, A D C B ab2 ab1

4 Kemudian, teleskop diputar pada skala horizontal tertentu
( misalkan 30o ), dan letakan rambu (a1) dan baca, selanjutnya baca rambu yang dipasang sepangjang garis tersebut pada setiap interval tertentu misalkan setiap 10 meter ( rambu a1. 2, a1. 3 ……..) Prosedur tersebut diteruskan dengan mengambil pembacaan rambu-rambu pada skala horizontal 60o, 90o, ………. 330o ( setiap 30o) dari AB, sehingga semua titik-titk yang terdapat pada satu lingkaran dengan titik pusat A dapat dihitung ketinggiannya. A D C ab2 ab1 a1.1 a1.2 B

5 Selanjutnya, alat dipindahkan ketitik B, C, ……
Selanjutnya, alat dipindahkan ketitik B, C, ……., pada setiap posisi alat, dilakukan pekerjaan pengukuran yang sama seperti diatas. Sudur jurusan dari salah satu garis perlu diukur misalnya sudut jurusan BC. Hal ini dimaksudkan agar hasil survai mempunyai arah. A D C ab2 ab1 a1.1 a1.2 B

6 DASAR TACIMETRI Bidikan horizontal dengan posisi rambu yang tegak lurus garis kolimasi. Bacaan ketinggian rambu dengan teleskop akan menghasilkan dua bacaan benang atas dan benang bawah, panjang rambu antara indek bacaan ini disebut intercept rambu ( s ). Jarak antara benang atas dan benang bawah pada teleskop ( i ) biasanya 2mm atau 3mm. Berkas cahaya yang melalui titik pertemuan lensa P merupakan garis lurus. A B a b s i d f1 f2 Lensa obyektif

7 Apabila tacimetri dipasang dengan benar
Perhatikan segitiga sebangun abP dan ABP A B a b s i d f1 f2 Lensa obyektif P Keterangan : i dan f2 = konstanta suatu alat c = konstanta pengali biasanya (c = 100) d = konstanta tambahan s = indek bacaan benang bawah dan benang atas D = jarak antara alat sampai rambu Apabila tacimetri dipasang dengan benar (sumbu vertikal tepat diatas station alat, teleskop horizontal) dan rambu dipegang benar-benar vertikal, maka D merupakan jarak antara alat dan rambu.

8 Penggunaan tacimetri. Tacimetri dapat dipergunakan pada semua keadaan tanah, 1. Pada keadaan tanah yang datar Garis bidik mendatar sejajar dengan permukaan tanah D = f1 + d  D = c . s + d keterangan : c = konstanta pengali d = konstanta tambahan, biasanya 100 D = jarak antara alat dan rambu A s B D h theodolit

9 2. Pada keadaan tanah yang miring
Garis bidik miring terhadap rambu vertikal A, B : bacaan pada rambu vertikal, dengan selang s a, b : bacaan pada rambu tegak lurus grs. Bidik, dengan selang s’ maka jarak antara rambu dan alat ( D ) : D = c . s’ + d dengan : s’ = s cos  s = B – A H h v t s’ s D h A B a b

10 Jadi jarak horizontal antara rambu dan alat ( H ) : H = D cos 
= ( c.s’ + d ) cos  = ( c.s cos  + d ) cos  = c.s cos 2  + d cos  H = c.s cos 2  + d cos  Beda tinggi antara alat dan rambu (h) : h = v + h – t = ( D. sin ) + h - t = {( c.s’ + d ) . sin } + h - t = {(c.s . cos  + d ) . sin } + h - t = ( c.s. cos  . sin  + d . sin ) + h – t = ( ½ c.s. sin 2  + d sin  ) + h – t  V = ½ c.s. sin 2  + d sin  + h – t H h v t s’ s D h A B a b

11 b. Garis bidik miring terhadap rambu yang diletakan tegak lurus grs
b. Garis bidik miring terhadap rambu yang diletakan tegak lurus grs. bidik A, B : bacaan pada rambu vertikal, dengan selang s maka jarak antara rambu dan alat ( D ) : D = c . s + d s = B – A ( selisih bacaan rambu bawah dan bacaan rambu atas ) B A v t” h D h s t’ t H’ H

12 Jarak horizontal antara alat ke rambu ( H ) : H = H’ + t’ H = ( D cos  ) - t’ t’ = t sin , t’ = sangat kecil, maka dapat diabaikan  H = ( c.s + d ) cos a Beda tinggi antara alat ke rambu ( V ) : V = v’ + h – t” t” = t cos , cos  sangat kecil dapat diabaikan, maka t” = t V = v’ + h - t cos  V = ( D sin  ) + h – t V = {( c.s + d ) sin } + h – t  V = c.s sin a + d sin a + h - t

13 Keterangan : h = tinggi alat t = bacaan benang tengah s = selisih bacaan benang bawah dan atas c = konstanta pengali, biasanya c = 100 d = kontanta tambahan h = beda tinggi antara alat dan rambu H = jarak horizontal antara alat dan rambu D = jarak antara alat dan rambu

14 Contoh : Tacimeter dipakai untuk menentukan beda tinggi antara titik A dan B. Alat dipasang di I, dan dicatat data sebagai : Titik Sudut vertical Bacaan pada rambu vertical A - 6o 24’ B - 8o 30’ Jika diketahui Ketinggian titik A 100 m di atas BM konstanta tacimeter c = 50 dan dan konstanta tambahan d = 0.5 m Ditanyakan : Ketinggian titik B Jarak antara titik A dengan Alat

15 JAWAB : a. Jalur I - A  D = c s’ + d D = 50 ( 3. 605 – 2
JAWAB : a. Jalur I - A  D = c s’ + d D = 50 ( – ) cos 6o 24’ = 68,58 m V = D sin 6o 24’ = 7.59 m Bacaan benang Tengah = m , jadi A adalah ( – h ) = ( – h ) m dibawah I b. Jalur I - B  D = 50 ( –0.215 ) cos 8o 30’ m = m V = sin 8o 30’ = m Bacaan benang tengah = B = ( – h ) = ( – h ) m di bawah I

16 Dengan demikian diperoleh : B  ( 13. 955 – h ) - ( 10. 510 – h ) = 3
Dengan demikian diperoleh : B  ( – h ) - ( – h ) = m di bawah titik A Karena A =+ 100 m  maka B = m = m Jarak horizontal dari I sampai A : Untuk jarur I - A, D = 68,58 m dan cos 6o 24’ Jadi H = 68,58 * cos 6o 24’ = m

17 Contoh soal 2 . Sebuah Tacimetri, Konstanta pengali = 100 dan Konstanta Tambahan = 0, digunakan untuk membidik rambu yang didirikan di atas Bench Mark 120,63 m di atas datum secara Vertikal, Kemudian membidik titik P. Data dicatat sebagai berikut : Posisi Rambu Sudut Vertikal Bacaan Benang Bench Mark O 24‘ 00” Titik P O 12‘ 00” Hitunglah : Ketinggian P diatas datum Jarak Horizontal dari Alat ke titik P


Download ppt "IV. PENGUKURAN BEDA TINGGI (TACIMETRI )"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google