Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

DISKUSI PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "DISKUSI PRAKTIKUM KIMIA DASAR II"— Transcript presentasi:

1 DISKUSI PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

2 I. JUDUL. : Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
I. JUDUL : Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit II.TUJUAN : Mahasiswa dapat memahami sifat koligatif larutan elektrolit dan larutan non elektrolit

3 III.DATA PENGAMATAN No Perlakuan Hasil pengamatan 1. 2. 3.
Memasukkan 5 ml akuades ke dalam tabung reaksi Memasukkan butir-butir es batu ke dalam beker plastik ⅔ tinggi beker, kemudian menambahkan 5 sendok garam dapur sambil diaduk sampai rata. Memasukkan tabung reaksi yang telah berisi akuades ke dalam campuran es dan garam dapur tersebut, membiarkan hingga akuades membeku seluruhnya.

4 4. 5. 6. Setelah akuades membeku seluruhnya, mengeluarkan segera tabung reaksi dari campuran es dan garam dapur, lalu mengukur suhunya setiap selang 30 detik hingga semua padatan melebur kembali. Mencatat hasil pengamatan pada tabel 1. Menimbang 1.2 gram urea CO(NH2)2 kemudian melarutkan dalam 20 ml akuades. Mengambil 5 ml larutan urea yang telah dibuat, memasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian memasukkan ke dalam campuran es dan garam dapur dan mengaduk larutan hingga membeku seluruhnya. Mencatat hasil pada tabel pengamatan 1.

5 7. 8. Mengeluarkan segera tabung reaksi dari campuran pendingin es dan garam dapur, lalu menggantilah batang pengaduk dengan termometer dan membaca suhunya dengan selang waktu 30 detik hingga semua padatan melebur kembali. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan 1. Mengulangi percobaan yang sama tetapi larutan urea diganti dengan larutan: a. 2.4 gram urea dalam 20 ml akuades. b gram NaCL dalam 20 ml akuades c.2.34 gram NaCL dalam 20 ml akuades

6 IV.PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapatmemahami sifat koligatif larutan elektrolit danlarutan non elektrolit. Prinsip dasar dalam praktikum ini adalah adanya partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap dalam larutan dapat mengurangi kemampuan partikel zat pelarut untuk menguap, sehingga tekanan uap larutan akan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni atau sering disebut terjadi penurunan tekanan uap larutan. Adanya partikel zat terlarut dalam larutan juga menyebabkan terjadinya kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan.

7 Hukum Roult.. Menurut hukum Roult, besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih larutan serta penurunan titik beku larutan yang mengandung partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap dan tidak mengalami disosiasi sebanding dengan banyaknya partikel zat terlarut. Makin banyak jumalah partikel zat terlarut, makin besar penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih serta penurunan titik beku larutan. Besarnya kenaikan titik didih larutan 1 molal disebut kenaikan titik didih molal, sedangkan penurunan titik beku larutan 1 molal disebut penurunan titik beku molal.

8 Sifat koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan sifat larutan non elektrolit, meski jumlah mol zat terlarut sama. Besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku larutan yang tidak tergantung pada macam zat terlarut disebut sebagai sifat koligatif larutan. Untuk larutan yang mengandung zat terlarut yang mengalami disosiasi, maka sifat koligatif juga dipengaruhi oleh derajad disosiasi larutan.

9 a. Kemolalan dan fraksi mol
Kemolalan atau molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut yang dilarutkan dalam 1kg pelarut, sehingga Molalitas= gr x 1000 Mr p Fraksi mol (X) menyatakan jumlah mol zat terlarut/pelarut terhadap jumlah mol larutan. Jika jumlah mol zat pelarut adalah n Adan jumlah mol zat terlarut adalah nB, maka fraksi mol pelarut dan zat terlarut adalah : XA= nA dan XB= nB nA+nB nA+nB XA + XB = 1

10 b. Penurunan Tekanan Uap Larutan
Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh suatu zat disebut tekanan uap. Besarnya tekanan uap tergantung pada jenis zat atau suhu. Menurut Roult, tekanan uap suatu komponen tergantung pada fraksi mol komponen itu dalam larutan, dengan hubungan sebagai berikut : PA = XP. PoA PA = tekanan uap komponen A XA = fraksi mol komponen A PoA = tekanan uap A murni Penurunan tekanan uap merupakan sifat koligatif larutan, artinya bahwa penurunan tekanan uap tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi pada konsentrasinya.

11 c. Penurunan Titik Beku Titik beku adalah suhu pada tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Pada tekanan 1 atm, air ,membeku pada 0oC. Pada suhu itu, tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. ∆Tf = m.kf ∆Tf = penurunan titik beku M = kemolalan larutan Kf = tekanan penurunan titik beku Tf larutan = Tf pelarut - ∆Tf

12 d. Tekanan Osmotik Larutan
Osmosis adalah perembesan molekul pelarut dari pelarut murni ke dalam suatu larutan ( yang lebih pekat ) melalui selaput permiabel. Tekanan osmosis adalah besarnya tekanan yang harus diberikan pada permukaan suatu larutan untuk mencegah terjadinya osmosis. Tekanan osmotic tergolong sifat kologatif karena harganya bergantung pada konsenstrasi dan bukan pada jenis partikel zat pelarut. Menurut Vant Hoff, tekanan osmotic larutan encer dapat didekati dengan rumus yang serupa dengan persamaan gas ideal, yaitu : Π V = nRT π = tekanan osmotik Π = n/V .RT V = volume larutan Π = mRT n = jumlah mol zat terlarut T = suhu absolute larutan R = tetapan gas

13 e. Sifat koligatif larutan elektrolit
Sifat koligatif tergantung pada konsentrasi partikel dalam larutan dan tidak bergantung pada jenisnya. Untuk konsentrasi yang sama, larutan elektrolit mengandung jumlah partikel lebih banyak daripada larutan non elektrolit. Oleh karena itu, larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Perbandingan Antara harga sifat koligatif yang terukur dari suatu larutan elektrolit dengan harga sifat koligatif yang diharapkan dari suatu larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama disebut factor Van’t Hoff yang dilambangkan dengan i. ∆Tb = m.kb.i ∆Tf = m.kf.i Π = mRTi I = 1 + (n-1)α α = derajat ionisasi

14 No Larutan Molalitas (molal) Percobaan Teori Tf Larutan Tf Pelarut ∆Tf
Hasil Percobaan.. No Larutan Molalitas (molal) Percobaan Teori Tf Larutan Tf Pelarut ∆Tf 1. Urea 0,6 gram 1 -1,35 C 0 C 1,35C -1,86C 1,86C 2. Urea 1,2 gram 2 -0,3 C 0,3 C -3,72 C 3,72 C 3. NaCl 0,59 gram 1.008 -6,16 C 6,16 C -3,75 C 3,75 C 4. NaCl 1,17 gram -4,42 C 4,42C -7,44 C 7,44 C

15 Analisis hasil percobaan
Pada saat percobaan, setelah semuanya membeku ternyata yang paling lama mencair adalah urea 0,6 gram. Urea 0,6 gram membutuhan waktu 21 x 30 detik. Sementara akuades membutuhkan waktu 19 x 30 detik. Urea 1,2 gram membutuhkan waktu 13 x 30 detik. NaCl 0,59 gram membutuhkan waktu 16,30 detik dan NaCl 1,17 gram membutuhkan waktu 6 x 30 detik.

16 Reaksi yang terjadi pada saat percobaan pelarutan urea dan NaCl yaitu: NaCl (s)  Na +(aq) + Cl –(aq) Co(NH2)2 (s)  Co(NH2)2 (aq) Larutan Co(NH2)2 merupakan larutan non elektrolit dan tidak mengalami ionisasi, sehingga: ∆Tf = m.kf Sedangkan NaCl dalam air terionisasi menjadi ion-ionnya. NaCl merupakan larutan elektrolit. Ion-ion akan menghambat proses pembekuan dan molekul bertambah banyak, sehingga: ∆Tf = m.kf.i

17 Dalam percobaan ini digunakan garam dapur sebagai campuran es batu untuk membekukan larutan. Tujuan penambahan garam adalah untuk membentuk cairan pendingin dengan mencapai titik beku dibawah nol. Pada percobaan ini, cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam dengan es batu dalam penangas. Pada campuran itu es batu akan mencair sementara suhu turun. Selanjutnya larutan dalam tabung reaksi dimasukkan ke dalam cairan pendingin sehingga larutan membeku. Larutan garam memiliki titik beku lebih rendah dari 0C, es batu tersebut akan turun suhunya sampai titik beku air garam tercapai. Maka larutan dikelilingi oleh larutan garam yang temperaturnya lebih rendah dari 0C sehingga dapat membeku.

18 Ketidaksesuaian Teori
Dari hasil perhitungan ∆Tf dan Tf larutan menurut teori serta dengan percobaan yang ada diperoleh hasil yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor: a. Ketidaktepatan dalam pengukuran suhu b. Kurang teliti dalam menimbang urea dan NaCl c. Larutan belum benar-benar membeku d. Kurang teliti dalam membuat skala e. Adanya pengaruh suhu llingkungan yang dapat merubah suhu larutan. Menurut teori semakin banyak massa zat terlarut maka semakin besar ∆Tfnya dan sebaliknya. Pada percobaan dengan menggunakan urea, hasil percobaan berbeda dengan teori. Tetapi ∆Tf larutan urea 0,6 gram dan ∆Tf urea 1,2 gram menunjukkan bahwa semakin banyak zat terlarut maka semakin besar pula ∆Tfnya. Dapat dikatan semakin besar massa zat terlarut maka semakin rendah titik bekunya karena pelarut dalam proses membekunya terhalang oleh zat terlarut, semakin banyak zat terlarut maka semakin besar titik bekunya. Demikian juga dengan percobaan NaCl 0,59 gram dan 1,17 gram hasilnya tidak sesuai teori. Namun ∆Tf NaCl lebih besar karena merupakan larutan elektrolit dan itu sesuai dengan teori.

19 THANKS 


Download ppt "DISKUSI PRAKTIKUM KIMIA DASAR II"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google