Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

ANALISIS GALAT (Error) Pertemuan 2

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "ANALISIS GALAT (Error) Pertemuan 2"— Transcript presentasi:

1

2 ANALISIS GALAT (Error) Pertemuan 2
Matakuliah : METODE NUMERIK I Tahun : 2008 ANALISIS GALAT (Error) Pertemuan 2

3 Galat mutlak em= |a - â| Galat relatif er = (em/ â) x 100 %
Galat atau ralat atau kesalahan (error) adalah selisih antara nilai sejati (sebenarnya) dengan nilai hampirannya Dalam metoda numerik, galat berarti selisih antara nilai hasil perhitungan analitik (nilai sejati = a) dengan nilai hasil Perhitungan numerik (nilai hampiran = â) Galat mutlak em= |a - â| Galat relatif er = (em/ â) x 100 % Bina Nusantara

4 Misalkan nilai sejati (a) = 10,45 dan nilai hampiran (â)
Contoh: Misalkan nilai sejati (a) = 10,45 dan nilai hampiran (â) = 10,5, maka galat mutlaknya adalah: em = |a - â| = |10,45 – 10,5|= 0,01 Dengan galat mutlak kita tidak mengetahui seberapa dekat (teliti) hasil hampiran yang kita peroleh terhadap nilai sejatinya Perhitungan -1  em1 = |100,5 – 99,8| = 0,7 Perhitungan -2  em2 = |10,5 – 9,8| = 0,7 Dari dua perhitungan tsb, perhitungan mana yang lebih teliti? Bina Nusantara

5 er1 = (0,7/99,8) x 100 % = 0, 7014 %  ketelitian 99,2986 %
Jawaban: er1 = (0,7/99,8) x 100 % = 0, 7014 %  ketelitian 99,2986 % er2 = (0,7/9,8) x 100 % = 7,14286 %  ketelitian 92,8571 % Perhitungan -1 lebih teliti. Bina Nusantara

6 Sumber Error/Galat numerik
Galat pemotongan (trancation error) Galat pembulatan (round-off error) Galat pemotongan timbul akibat penggunaan rumus hampiran sebagai pengganti rumus eksak Misalnya Deret Taylor f(x) = f(x0) + f(’)(x0) (x-x0) + ½! f(”)(x0) (x-x0)2 + 1/3! f(3)(x0) (x-x0)3 + … + 1/n! f(n)(x0) (x-x0)n + Rn(x) Rn(x) = {1/(n+1)!} f(n+1)() x(n+1),  x0 <  < x Rn(x) adalah galat pemotongan Bina Nusantara

7 Contoh Cos x = 1 – 1/2! x2 + 1/4! x4 + … 1/(2n)! X(2n) + Rn(x)
= 1 – ½! x2 +R1(x) = 1 – ½! x2 + ¼! x4 + R2(x) = 1 – ½! x2 + ¼! x4 – 1/6! x6 + R3(x) = 1 – ½! x2 + ¼! x4 – 1/6! x6 + ¼! x8 + R4(x) R1(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -1 R2 (x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -2 R3 (x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -3 R4 (x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -4 Bina Nusantara

8 1. Kalkulator/komputer dalam menyajikan bilangan 1/3 = 0.3333…
Galat pembulatan timbul akibat penggunaan alat hitung (misalnya, kalkulator, komputer) yang kemampuannya terbatas Contoh: 1. Kalkulator/komputer dalam menyajikan bilangan 1/3 = … yang tidak pernah tepat 1/3. Untuk perhitungan tiga desimal, 1/3 = 0.333 Terdapat galat pembulatan = … Untuk perhitungan 6 desimal, 1/3 = Terdapat galat pembulatan = … 2. Dalam sistim bilangan biner, (0.1)10 = ( …) 2  (0.1)10 Bina Nusantara

9 Penyajian bilangan Dalam komputasi numerik, pada umumnya bilangan riil
disajikan dalam format “floating point” atau disebut “titik kambang” yang dinormalkan. Format floating point ternormalisasi: x =  m . p  tanda; m mantisa;  bilangan pokok; p eksponen m = 0.d1d2d3…dk   -1  m <1 Untuk sistim bilangan desimal, maka  = 10 0.1  m <1; 1  d1 < 9; 0  dk < 9 Untuk sistim bilangan biner, maka  = 2 0.5  m <1; d1=1 ; 0  dk  1 Bina Nusantara

10 1. Sistim bilangan desimal
Contoh: 1. Sistim bilangan desimal sering juga ditulis E+04 (= 7392) sering juga ditulis E+02 (= ) sering juga ditulis E-03 (= ) Bina Nusantara

11 Untuk komputer 32 bit word, 1 bit untuk tanda, 7 bit untuk
2. Sistim bilangan biner Untuk komputer 32 bit word, 1 bit untuk tanda, 7 bit untuk eksponen bertanda dan 24 bit untuk mantisa 1 1 Pangkat bertanda Mantisa Tanda 0 = + 1 = - X = = Bina Nusantara

12 Contoh: 1. a = 3,141592; â = 3,142 â mendekati a teliti sampai tiga desimal Bina Nusantara

13 Batas Penghampiran Bilangan â disebut mendekati a sampai pada d digit-digit yang signifikan bila d adalah bilangan positif terbesar yang memenuhi: Bina Nusantara

14 r = relative error d = significant digits Error Measures
True value = Approximate value + Error  = Error = True value - Approximate value r = relative error d = significant digits Bina Nusantara

15 Example Pi ~ 3.1416 Better approximation x = 3.1415927.
Find the error, relative error and the number of significant digits in the approximation. Bina Nusantara

16 Error Perkiraan A is the approximate error between the current approximate value and our previous approximate value Bina Nusantara

17 Contoh Estimate exp(x) for x = 0.5 by adding more and more terms to the sequence and computing the errors after adding each new term. Add terms until the estimate is valid to three significant digits. From a calculators x = Bina Nusantara

18 Contoh Gunakan hanya termin I dari barisan
Gunakan termin I, II dan seterusnya dari barisan # Termin Hasil 1 0.393 2 1.5 0.09 3 1.625 0.014 4 0.0017 5 6 Bina Nusantara

19 Deret Taylor Deret Taylor dapat digunakan untuk memperkirakan nilai suatu fungsi pada satu titik dalam bentuk nilai fungsi dan turunannya pada titik lainnya. Setiap fungsi kontinu dapat didekati dengan suatu polinomial. Teorema: Suatu fungsi yang mempunyai turunan sampai orde (n+1) dan kontinu dalam selang [a,b] dan memuat X0, maka f dapat diperluas (diekspansikan) dalam deret Taylor, yaitu: f(x) = f(x0) + f(’)(x0) (x-x0) + ½! f(”)(x0) (x-x0)2 + 1/3! f(3)(x0) (x-x0)3 + … + 1/n! f(n)(x0) (x-x0)n + Rn Rn =truncated error Bina Nusantara

20 f(x) = x = (x)1/2, dengan x = 1,01 dan x0 = 1 dan x – x0 = 0,01
Secara geometris, deret Taylor mempunyai arti: apabila harga suatu fungsi diketahui di x = x0, maka harga fungsi tersebut dapat dihitung disekitar x0 Contoh: 1 = 1; Tentukan 1,01=? Jawban: f(x) = x = (x)1/2, dengan x = 1,01 dan x0 = 1 dan x – x0 = 0,01 f(‘)(x) = ½ x-1/2,  f(‘)(1) = ½ = 0,5 f(“)(x) = -1/4 x-3/2, f(“)(1) = - ¼ = - 0,25 f(3)(x) = 3/8 x-5/2 , f(3)(1) = 3/ = 0,375 f(4)(x) = -15/16 x-7/2 , f(4)(1) = -15/16 = - 0,9375 Bina Nusantara

21 = 1,0049875 (perhitungan tujuh desimal)
Selanjutnya n 1 2 3 4 f(n)(1) 0,5 -0,25 0,375 - 0,9375 f(x) = f(x0) + f(’)(x0) (x-x0) + ½! f(”)(x0) (x-x0)2 + 1/3! f(3)(x0) (x-x0)3 + … + 1/n! f(n)(x0) (x-x0)n + … = 1 + (0,5)(0,01) + (0,5)(-0,25)(0,01)2 + (0,16667)(0,375)(0,01)3 + (0,04167)(-0,9375)(0,01)4 + … = 1, (perhitungan tujuh desimal) Bina Nusantara

22 PerambatanGalat Misalkan dua buah bilangan a1 dan a2 dengan nilai hampirannya masing-masing â1 dan â2 Maka: a1= â1  e1  er1= e1/ â1 a2 = â2  e2  er2 = e2/ â2 Perambatan galat dari a1 dan a2 pada: Penjumlahan A = a1  a2 = (â1  e1)  (â2  e2) = (â1  â2)  (e1 + e2) = (â1  â2)  eA eA = e1 + e2 , yaitu galat absolut dari penjumlahan () Bina Nusantara

23 eB = (â1 e2 + â2 e1 + e1 e2)  erB = er1+er2
2. Perkalian B = a1 . a2 = (â1  e1).(â2  e2) = (â1. â2)  (â1 e2 + â2 e1 + e1 e2) = (â1. â2)  eB eB = (â1 e2 + â2 e1 + e1 e2)  erB = er1+er2 3. Pembagian P= (â1/ â2)  eP  eP = Bina Nusantara

24 Bila b dinyatakan dalam 4 desimal, berapakah relatif errornya?
Soal Latihan Diketahui b= , Bila b dinyatakan dalam 4 desimal, berapakah relatif errornya? 2. π=3, …, bila π dinyatakan dalam 6 desimal, hitunglah error relatif jika: a. dilakukan pemotongan tanpa pembulatan? b. dilakukan pemotongan dengan pembulatan? 3. Diketahui p=2,25 dan q=100 (nyatakan batas mutlak desimal sebagai error) a. Tentukan error mutlak dari p.q b. Tentukan error relatif dari p+q Catatan: Misalnya 10,2 adalah bilangan 1 desimal maka batas mutlaknya (0,1)/2 =0,05 Bina Nusantara


Download ppt "ANALISIS GALAT (Error) Pertemuan 2"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google