OLEH : DYAH ROSNA YUSTANTI., SE., Akt., M.Ak., CA AKUNTANSI LANJUT OLEH : DYAH ROSNA YUSTANTI., SE., Akt., M.Ak., CA
CURRICULUM VITAE AMIKOM YOGYAKARTA Nama : DYAH ROSNA YUSTANTI,SE., Akt., M.Ak Tempat Lahir : Sidoarjo, 30 November 1980 Alamat : - Perum Candi gebang, Timur Masjid No. 3 - Banjarjo Rt 03/10 Kismoyoso Boyolali No. Hp : 08122593167 E-mail : tanti.yustanti@yahoo.com Pendidikan S1 Fakultas ekonomi UII 1999 S2 Magister Akuntansi UII 2012 PPAK Pendidikan Profesi Akuntansi UII 2012 Pengalaman Kerja Dosen Tetap AMIKOM SURAKARTA
PENILAIAN IAIN SURAKARTA Dasar Penilaian Ujian Tengah Semester (UTS) 30 poin Ujian Akhir Semester (UAS) 40 poin Tugas dan partisipasi kelas 20 poin Presensi 10 poin 100 poin
BAB 1 PENGENDALIAN INTERN DAN KAS KECURANGAN DAN PENGENDALIAN INTERN - Informasi dalam laporan keu harus bisa diandalkan artinya informasi tersebut harus bebas dari kesalahan, baik kesalahan yang tidak disengaja maupun yang disengaja oleh pembuat laporan - Berbagai kemungkinan timbulnya kesalahan tak disengaja sangat mungkin terjadi pada berbagai tahapan proses akuntansi, misalnya pada saat pegawai menjurnal suatu transaksi, kesalahan bisa berupa salah dalam mencantumkan angka yang dicatat, atau salah dalam menentukan akun yang di debet dan di kredit. - Kesalahan fatal mungkin terjadi karena memang di sengaja oleh pembuat laporan keuangan. Motif kesengajaan bisa bermacam-macam tergantung kepentingan si pembuat laporan keuangan, misalnya manajemen sengaja menerapkan prinsip akuntansi secara salah agar laporan laba-rugi menghasilkan laba yang tinggi sehingga manajemen mendapat bonus dan penghargaan lain yang tinggi.
KOMPONEN PENGENDALIAN INTERN Lingkungan pengendalian Penilaian resiko Aktivitas pengendalian Informasi dan Komunikasi Monitoring
PRINSIP – PRINSIP AKTIVITAS PENGENDALIAN Penetapan tanggungjawab Pemisahan tugas Prosedur dokumentasi Pegawasan fisik Verifikasi internal secara independen Pengendalian sumberdaya manusia
MANFAAT PENGENDALIAN INTEREN BAGI PERUSAHAAN Menjamin bahwa semua transaksi di catat secara lengkap dan akurat Memastikan bahwa hanya transaksi yang telah diotorisasi yang dapat dilaksanakan Menjamin bahwa semua transaksi di dukung dengan dokumen yang memadai Menjamin bahwa aset dan kewajiban perusahaan telah ditetapkan dengan benar,sehingga dapat digunakan sebagai informasi yang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan dalam mengoperasikan perusahaan Meminimalkan resiko terjadinya kecurangan dan penyalahgunaan aset perusahaan
KELEMAHAN PENGENDALIAN INTEREN Pengendalian interen rentan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi, seperti kelelahan fisik maupun mental pegawai dan kejenuhan yang dapat mengurangi ketelitian kerja. Kolusi atau kerjasama antar pegawai yang tidak jujur untuk melakukan pelanggaran/ kejahatan seringkali tidka dapat dicegah oleh sistem. Pengendalian interen pada umumnya diterapkan pada transaksi-transaksi rutin harian, sedangkan transaksi yang tidak biasa terjadi atau yang hanya terjadi di akhir tahun tidak terawasi. Faktor biaya sering menjadi kendala, sehingga tidak semua tujuan pengendalian dapat tercapai. Pengendalian yang diterapkan perusahaan seringkali tidak diselaraskan dengan perkembangan yang terjadi dalam perusahaan.
PENGENDALIAN PENERIMAAN KAS Kas merupakan aset perusahaan yang siap digunakan untuk diubah menjadi jenis aset yang lain, misalnya digunakan untuk membeli persediaan barang, membeli aset tetap Kas mempunyai sifat mudah digelapkan dan disembunyikan Kas merupakan aset perusahaan yang sangat rentan terhadap kecurangan. Untuk mengamankan kas dan menjamin ketelitian pencatatan akuntansi untuk kas, maka prinsip pengendalian interen terhadap kas harus diterapkan dengan ketat Pengendalian interen yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk melindungi penerimaan kas maupun pengeluaran kas.
PENGENDALIAN PENGELUARAN KAS Untuk mengawasi pengeluaran kas dan agar pengendalian interen atas pengeluaran kas berjalan dengan efektif, maka semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan menggunakan check, kecuali untuk pengeluaran yang jumlahnya kecil dapat dilakukan melalui kas kecil.
REKENING GIRO BANK SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN Untuk dapat memahami bagaimana rekening giro bank berperan di dalam pengendalian interen kas, maka kita harus memahami mekanisme pengoperasian giro bank. Pertama-tama untuk menghindari kesalahpahaman, perlu diketahui bahwa simpanan di bank dapat dilakukan dalam bentuk : 1. giro 2. tabungan 3. deposito Dari ketiga bentuk simpana tsb, hanya simpanan berbentuk giro yang dapat diperlakukan sebagai kas, karena giro memenuhi persyaratan , yaitu bisa a. Digunakan sebagai alat pembayaran seperti halnya uang tunai b. Bisa digunakan setiap saat
EMPAT KEGIATAN YANG HARUS DIPAHAMI AGAR KITA MEMAHAMI BAGAIMANA REKENING GIRO DI BANK BEROPERASI Membuka rekening giro Penyetoran ke bank Pembayaran dengan menarik check Beban administrasi bank (jasa giro) dan bunga Laporan bank
REKONSILIASI REKENING GIRO BANK Bank dan pemegang giro menyelenggarakan pencatatan yang independen (terpisah satu sama lain) mengenai kejadian yang sama yang berkaitan dengan rekening giro. Secara teoritis, keduan pencatatan yang dilakukan secara terpisah tersebut seharusnya akan menghasilkan saldo giro akhir bulan yang sama. Namun dalam praktik saldo akhir yang dihasilkan oleh kedua pencatatan tersebut jarang sama. Oleh karena itu perlu dilakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab perbedaan antara saldo giro yang tercantum dalam laporan bank denga saldo giro yang tercantum dalam pembukuan perusahaan, yang disebut merekonsiliasi rekening giro bank.
Perbedaan saldo menurut laporan bank dengan saldo menurut pembukuan pemegang giro (perusahaan) disebabkan karena hal-hal berikut : Perbedaan waktu pencatatan pada bank dan pemegang giro, sehingga ada hal yang belum dicatat oleh salah satu pihak. Kesalahan pencatatan dilakukan oleh satu pihak
TAHAP-TAHAP PENYUSUNAN REKONSILIASI BANK 1. Mulailah dengan saldo yang tercantum dalam laporan bank dan saldo yang tercantum dalam rekening kas perusahaan (disebut juga saldo per buku). Kedua angka tsb mungkin tidak sama karena adanya perbedaan saat pembukuan dan karena sebab-sebab lain. 2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per bank, hal-hal yang tercantum dalam pembukuan perusahaan tetapi tidak tercantum dalam laporan bank. a. Tambahkan setoran dalam perjalanan pada saldo per bank b. Kurangkan check dalam perjalanan dari saldo per bank 3. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per buku, hal – hal yang tercantum dalam laporan bank tetapi tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan. a. Tambahkan pada saldo per buku (a) penerimaan-penerimaan kas langsung melalui bank dan (b) pendapatan bunga atau saldo giro.
b. Kurangkan dari saldo per buku (a) biaya administrasi bank, (b) biaya pencetakan check dan (c) pengurangan lain yang telah dilakukan oleh bank. 4. Hitung saldo per bank yang telah disesuaikan dan saldo per buku yang telah disesuaikan. Kedua saldo yang telah disesuaikan tersebut harus sama. 5. Buatlah jurnal penyesuaian untuk setiap hal yang terdapat pada butir 3 diatas, yaitu hal-hal yang tercantum pada sisi per buku (perusahaan) dalam rekonsiliasi bank. 6. Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan dan sampaikan pemberitahuan ke bank jika bank telah melakukan kesalahan.
CONTOH PEMBUATAN REKONSILIASI BANK Misalkan PT.NUSANTARA memiliki rekening giro di Bank ABC. Pada akhir bulan januari PT.NUSANTARA menerima laporan dari Bank ABC yang berisi informasi mengenai saldo awal bulan, penambahan dan pengurangan yang telah dilakukan Bank selama bulan januari 2011 atas rekening giro PT.ABC dan saldo per 31 januari 2011. menurut laporan Bank tersebut, saldo giro PT.NUSANTARA per 31 januari 2011 adalah Rp 5.388.480. menurut pembukuan PT.NUSANTARA, saldo rekening giro di Bank ABC adalah Rp 3.294.210. setelah dilakukan pembandingan sesuai dengan prosedur yang telah diuraikan, maka ditemukan hal-hal sebagai berikut : 1. Setoran tanggal 30 januari 2011 sebesar Rp 1.591.630 tidak tercantum dalam laporan bank 2. Bank telah melakukan kesalahan pembukuan, yaitu check yang ditarik oleh PT.ANTARA sebesar Rp 100.000 (nomor check 656) telah dikurangkan pada rekening giro PT.NUSANTARA
3. Lima lembar check yang ditarik pada akhir bulan januari 2011 dan telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas oleh PT.NUSANTARA, belum dibayar oleh bank : no. Check tanggal jumlah 337 27 jan Rp 286.000 338 28 jan Rp 319.470 339 28 jan Rp 83.000 340 29 jan Rp 203.140 341 30 jan Rp 458.530 4. Bank telah menerima pelunasan selembar wesel tagih milik PT.NUSANTARA sebesar Rp 2.114.000 (termasuk didalamnya pendapatan bunga sebesar Rp 214.000). Penerimaan pelunasan wesel ini belum dicatat dalam jurnal penerimaan kas oleh PT.NUSANTARA. 5. Laporan bank menunjukkan bahwa bank telah memberi bunga pada PT.NUSANTARA sebesar Rp 28.010.000
6. Check nomor 333 sebesar Rp 150. 000 yang dibayarkan pada PT 6. Check nomor 333 sebesar Rp 150.000 yang dibayarkan pada PT.BROMO telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas oleh PT.NUSANTARA dengan jumlah Rp 510.000 sehingga saldo per buku menjadi terlalu rendah Rp 360.000 7. Biaya administrasi bank bulan januari adalah Rp 14.250 8. Laporan bank menunjukkan adanya pengembalian check yang tidak cukup dananya (check kosong) sebesar Rp 52.000. check tsb berasal dari PT.ROSALINA
LAPORAN KONSILIASI BANK CONTOH LAPORAN REKONSILIASI BANK PT.NUSANTARA LAPORAN KONSILIASI BANK 31 JANUARI 2011 PER BANK : Saldo, 31 januari .....................................................................Rp 5.388.480 Ditambah : Setoran dalam perjalanan, 30 januari ...............................Rp 1.591.630 Koreksi kesalahan bank, check PT.ANTARA telah di debit ke rekening PT.NUSANTARA ....................Rp 100.000 Rp 7.080.110 Dikurangi : 3) Check dalam perjalanan : No 337 Rp 286.000 No 338 Rp 319.470 No 339 Rp 83.000 No 340 Rp 203.140 No 341 Rp 458.530 ( 1.350.140 ) Saldo per bank setelah disesuaikan Rp 5.729.970 PER BUKU : Saldo , 31 januari 2011 ............................................................Rp 3.294.210 4) Penerimaan wesel melalui bank, tertmasuk bunga wesel Rp 214.000 ....................................................Rp 2.114.000 5) Pendapatan bunga bank ......................................................Rp 28.010 6) Kesalahan pencatatan check no. 333 dibukukan terlalu tinggi .........................................................Rp 360.000 Rp 5.796.220 7) Biaya administrasi bank Rp 14.250 8) Check kosong PT.ROSALINA Rp 52.000 (Rp 66.250) Saldo per buku setelah disesuaikan Rp 5.729.970
JURNAL PENYESUAIAN DARI REKONSILIASI BANK 1. Penerimaan /penagihan wesel melalui bank jurnal penyesuaian ini mencakup tiga akun. Nilai nominal wesel Rp 1.900.000 dan bunga wesel Rp 214.000, sehingga jumlah penerimaan kas Rp 2.114.000 31 jan Kas Rp 2.114.000 piutang wesel Rp 1.900.000 pendapatan bunga Rp 214.000 (untuk mencatat penerimaan wesel melalui bank) 2. Pendapatan bunga bank PT.NUSANTARA mencatat penerimaan bunga bank untuk bulan januari dengan mengkredit akun pendapatan bunga 31 jan Kas Rp 28.010 pendapatan bunga Rp 28.010 (untuk mencatat pendapatan bunga bank)
3. Kesalahan pembukuan check Jurnal pengeluaran kas menunjukkan bahwa check no.333 adalah untuk pembayaran hutang kepada PT.BROMO (pemasok). Oleh karena check ini dicatat terlalu tinggi (sehingga saldo giro menjadi terlalu rendah), maka jurnal koreksi untuk memperbaiki kesalahan adalah sebagai berikut : 31 jan Kas Rp 360.000 utang usaha Rp 360.000 (untuk memperbaiki kesalahan pencatatan check no 333) 4. Pembebanan biaya administrasi bank PT.NUSANTARA mencatat beban administrasi bank bulan januari ini ke dalam akun beban macam-macam karena jumlahnya relatif kecil. 31 jan beban macam-macam Rp 14.250 Kas Rp 14.250 (untuk mencatat beban administrasi bank)
5. Check kosong Check kosong adalah check yang kurang dananya 5. Check kosong Check kosong adalah check yang kurang dananya. Check tersebut diterima PT.NUSANTARA dari PT.ROSALINA. Pada waktu check ini diterima, PT. NUSANTARA telah mendebet akun Kas dan mengkredit akun piutang usaha, berhubung check ini kosong, maka check dikembalikan ke PT.ROSALINA (tidak berlaku) dan PT.NUSANTARA membuat jurnal sebagai berikut : 31 jan Piutang usaha Rp 52.000 Kas Rp 52.000 (untuk mencatat pembatalan penerimaan check kosong dari PT.ROSALINA)
Setelah PT.NUSANTARA membukukan ayat-ayat jurnal penyesuaian di atas, maka akun Kas (atau Kas di Bank) akan nampak sebagai berikut : Kas Di Bank 31 jan saldo Rp 3.294.210 31 jan Rp 14.250 31 jan 2.114.000 31 jan 52.000 31 jan 28.010 31 jan 360.000 31 jan saldo Rp 5.729.970
SOAL LATIHAN PT. MERBABU memiliki sebuah rekening giro pada Bank Sejahtera. Pada tanggal 30 April 2011, saldo rekening giro tersebut menurut pembukuan perusahaan berjumlah Rp 21.000.000. laporan bank yang diterima menunjukkan saldo giro per 30 April 2011 berjumlah Rp 14.070.000. setelah dilakukan pembandingan antara laporan bank dengan catatan perusahaan, ditemukan hal-hal berikut : a. Setoran tanggal 30 April sebesar Rp 9.000.000 tidak tercantum dalam laporan bank. b. Check No. 104 yang ditarik perusahaan pada tanggal 28 April sebesar Rp 2.000.000 tidak tercantum dalam laporan bank. c. Transfer dari PT.MERDEKA (salah satu debitur perusahaan) yang dilakukan langsung ke bank sebesar Rp 100.000 belum di catat perusahaan. d. Bunga bank bulan April Rp 30.000 e. Beban administrasi bank bulan April Rp 20.000 f. Check No. 102 untuk membayar utang kepada CV.TIRTA sebesar Rp 480.000 telah dicatat perusahaan dengan jumlah Rp 440.000 DIMINTA : Buatlah laporan rekonsiliasi bank per 30 April 2011 Buatlah jurnal penyesuaian yang dipelukan
BAB 2 AKUNTANSI UNTUK PIUTANG
PENGERTIAN PIUTANG Piutang adalah timbul apabila perusahaan melakukan penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pihak lain. Piutang adalah tagihan si penjual kepada si pembeli sebesar nilai transaksi penjualan. Piutang adalah timbul jika perusahaan memberi pinjaman sejumlah uang kepada pihak lain. Dengan demikian , piutang pada hakekatnya adalah merupakan hak untuk menerima sejumlah uang di waktu yang akan datang yang timbul dari transaksi pada saat ini. Piutang merupakan milik perusahaan dan dengan demikian merupakan aset perusahaan. Setiap transaksi piutang selalu melibatkan dua pihak, yaitu : Kreditur yaitu pihak yang mendapat piutang/tagihan (sebuah aset) Debitur yaitu pihak yang berkewajiban membayar utang (Sebuah kewajiban)
JENIS-JENIS PIUTANG Piutang bisa dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu : Piutang usaha adalah tagihan perusahaan kepada konsumen yang melakukan transaksi secara kredit. Perusahaan biasanya mengharapkan akan dapat menerima kas dari transaksi kas dari transaksi tersebut dalam waktu 30-60 hari. Piutang usaha biasanya merupakan jenis tagihan yang paling signifikan dalam perusahaan. Piutang wesel adalah tagihan perusahaan yang didukung dengan instrumen formal sebagai bukti tagihan yang disebut surat wesel. Piutang wesel biasanya memiliki jangka waktu pelunasan yang lebih panjang daripada piutang usaha yaitu 60-90 hari atau banhkan lebih panjang, dengan kewajiban bagi si debitur untuk membayar bunga. Piutang lain-lain adalah mencakup semua tagihan yang bukan piutang usaha. Termasuk dalam jenis piutang ini adalah piutang yang timbul dari pemberian pinjaman kepada pihak lain, pinjaman kpd para karyawan dll.
MASALAH AKUNTANSI YANG BERKAITAN DENGAN PIUTANG USAHA MELIPUTI TIGA HAL, YAITU : Pengakuan piutang usaha Penilaian piutang usaha Penyelesaian piutang usaha
Pengakuan piutang usaha Contoh soal : Pada tanggal 1 April 2011, PT.MERDEKA menjual barang secara kredit kepada CV.MULIA seharga Rp 1.000.000 dengan syarat 2/10,n/30. pada tanggal 5 April 2011, CV MULIA mengembalikan barang yang dibelinya seharga Rp 100.000 kepada PT.MERDEKA karena cacat. Pada tanggal 11 April 2011, PT.MERDEKA menerima pelunasan dari CV.MULIA sebesar Rp saldo tagihannya. Jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi diatas dalam pembukuan PT.MERDEKA adalah sebagai berikut : Jawab : 1 April Piutang usaha Rp 1.000.000 penjualan Rp 1.000.000 (untuk mencatat penjualan kredit ) 5 April Retur & potongan penjualan Rp 100.000 piutang usaha Rp 100.000 11 April Kas Rp 882.000 Potongan penjualan Rp 18.000 Piutang usaha Rp 900.000 (untuk mencatat penerimaan piutang )
PENILAIAN PIUTANG USAHA Apabila piutang usaha telah dicatat dalam pembukuan, persoalan berikutnya adalah bagaimana melaporkan piutang usaha dalam laporan keuangan. Sesuai dengan prinsip akuntansi, perusahaan harus melaporkan piutang usaha sebagai aset. Kesulitan sering dijumpai dalam menentukan jumlah rupiah yang akan dilaporkan, karena sebagian piutang kadang-kadang tidak tertagih. Disamping keuntungan perusahaan dalam penjualan secara kredit yaitu menaikkan vol.penjualan, tetapi disisi lain juga perusahaan mengalami kerugian yaitu apabila debitur tidak mau atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Di dalam akuntansi hal ini disebut sebagai kerugian piutang/biaya piutang tidak tertagih. Pencatatan kerugian piutang piutang dapat dilakukan dengan dua metode yaitu : (1) metode penghapusan langsung dan (2) metode cadangan.
METODA PENGHAPUSAN LANGSUNG Dalam metoda ini, kerugian piutang akan dicatat pada saat perusahaan mendapat kepastian bahwa suatu piutang kepada debitur tertentu tidak akan dapat ditagih. Contoh : CV. SERAYU mempunyai piutang kepada CV.CIMANUK sebesar Rp 2.000.000. pada tgl 12 desember, manajer kredit CV.SERAYU memutuskan untuk menghapus piutang kepada CV.CIMANUK karena sudah tidak mungkin ditagih. Apabila CV. SERAYU menggunakan metode penghapusan langsung, maka pada tgl tsb dibuat jurnal sbb : 12 des kerugian piutang Rp 2.000.000 piutang usaha Rp 2.000.000 (untuk menghapus piutang pd CV.CIMANUK)
METODA CADANGAN Dalam metoda cadangan untuk akuntansi atas piutang tak tertagih, perushaan harus menaksir besarnya piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih, pada setiap akhir tahun. Dengan cara seperti itu akan diperoleh penandingan (matching) antara pendapatan dan beban yang lebih tepat. Selain itu dalam laporan posisi keuangan (neraca), piutang dapat disajikan sebesar nilai bersih piutang yang dapat direalisasi. Prinsip akuntansi menegaskan bahwa metoda cadangan sebaiknya digunakan apabila kerugian piutang berjumlah signifikan (material). Ada tiga hal penting yang terkandung dalam metoda ini : Perusahaan menaksir jumlah piutang yang diperkirakan tak tertagih. Perusahaan mendebet taksiran kerugian ke dalam akun Kerugian Piutang dan mengkredit akun Cadangan Kerugian Piutang melalui jurnal penyesuaian yang dibuat pada setiap akhir periode. Apabila perusahaan akan menghapus piutang tertentu yang sudah tidak dapat ditagih lagi, maka jumlah yang sesungguhnya tidak dapat ditagih tersebut di debetkan ke akun Cadangan Kerugian Piutang dan jumlah yang sama dikreditkan ke akun Piutang Usaha.
Pencatatan Taksiran Kerugian Piutang Contoh : bahwa pada tahun 2011, PT.Harapan Kita melakukan penjualan secara kredit sebesar Rp 120.000.000. dari jumlah tsb piutang sebesar Rp 20.000.000 belum dapat ditagih sampai dengan tanggal 31 Desember. Manajer kredit memperkirakan bahwa dari piutang yang belum tertagih tersebut, sebesar Rp 1.200.000 diantaranya tidak mungkin dapat diterima. Jurnal penyesuaian yang harus dibuat untuk mencatat taksiran kerugian piutang adalah : 31 des Kerugian Piutang Rp 1.200.000 Cadangan Kerugian Piutang Rp 1.200.000 (untuk mencatat taksiran kerugian piutang)
Lanjutan... PT.HARAPAN KITA NERACA (sebagian) Aktiva : Kas Rp 1.480.000 Persediaan brg dag. Rp 31.000.000 Piutang usaha Rp 20.000.000 Kurangi : Cadangan kerug.piut. Rp 1.200.000 Rp 18.800.000 Asuransi di bayar dimuka Rp 2.500.000 Rp 53.780.000
Pencatatan penghapusan piutang tak tertagih Perusahaan melakukan berbagai upaya untuk menagih piutang yang sudah lewat waktu, misalnya melalui surat, telepon dan bahkan melalui tindakan hukum. Apabila segala macam cara yang ditempuh tidak membuahkan hasil dan perusahaan berpendapat bahwa piutang tertentu tidak mungkin dapat ditagih, maka perusahaan harus menghapus piutang tersebut. Contoh : pada tgl 1 Maret 2012, Direktur Keuangan PT.Harapan Kita mengotorisasi penghapusan piutang kepada CV.Mandiri sebesar Rp 50.000. jurnal untuk mencatat penghapusan piutang tsb adalah sbb : 1 Maret Cadangan Kerugian Piutang Rp 50.000 Piutang usaha Rp 50.000 (untuk mencatat penghapusan piutang kepada CV.Mandiri)
DASAR YANG DIGUNAKAN DALAM METODA CADANGAN Persentase dari penjualan Persentase dari piutang
Persentase dari penjualan Dalam dasar persentase dari penjualan, manajemen menetapkan suatu hub.persentase antara jumlah penjualan kredit dengan taksiran kerugian yang mungkin diderita karena adanya piutang tak tertagih. Persentase ini didasarkan pada pengalaman pada waktu-waktu yang lalu dan kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan. Dasar yang digunakan bisa berupa total penjualan kredit atau bisa juga penjualan kredit bersih pada tahun berjalan. Contoh : PT.MULIA memilih dasar persentase dr penjualan dan memperkirakan bahwa piutang sebesar 1% dari penjualan kredit bersih tidak akan tertagih. Apabila jumlah penjualan kredit bersih selama tahun 2012 adalah Rp 80.000.000, maka kerugian piutang ditaksir akan berjumlah Rp 800.000 (1% x Rp 80.000.000) dan jurnal untuk mencatat kerugian piutang adalah sbb : 31 des Kerugian Piutang Rp 800.000 Cadangan Kerugian Piutang Rp 800.000 (untuk mencatat taksiran kerugian piutang tahun ini)
Persentase dari piutang Dalam dasar persentase dari piutang, manajemen menetapkan suatu hubungan persentase antara jumlah piutang dengan jumlah kerugian akibat adanya piutang yang tidak tertagih. Untuk menganalisis jumlah tsb manajemen biasanya menggunakan suatu daftar yang disebut daftar umur piutang. Dalam daftar ini debitur (konsumen) dikelompokkan berdasarkan masa lewat waktu, yaitu jangka waktu sejak piutang sejak piutang tsb seharusnya diterima hingga tanggal pembuatan daftar umur piutang. Analisis ini disebut analisis umur piutang. Setelah daftar dibuat, maka taksiran kerugian piutang dapat ditentukan dengan cara menerapkan persentase yang didasarkan pada pengalaman pada masa lalu terhadap total masing-masing kelompok umur piutang. Berikut ini adalah contoh suatu daftar umur piutang.
Jumlah hari lewat waktu Berikut ini adalah contoh suatu daftar umur piutang. Nama Debitur Total Belum jatuh tempo Jumlah hari lewat waktu 1-30 31-60 61-90 > 90 Amir hamzah Rp 60.000 Rp 30.000 Rp 20.000 Rp 10.000 Budi purnomo 30.000 Cahyo kusumo Rp 45.000 20.000 25.000 Darmawan Rp 70.000 50.000 Entung wijoyo 60.000 Lain-lain Rp 3.695.000 2.620.000 520.000 245.000 160.000 150.000 Rp 3.960.000 2.700.000 570.000 300.000 200.000 190.000 Taksiran persentase tak tertagih 2% 4% 10% 20% 40% Total taksiran kerugian Rp 222.800 54.000 22.800 40.000 76.000
Lanjutan... Angka Rp 222.800 dalam tabel diatas menunjukkan jumlah tagihan kepada para debitur yang diperkirakan tidak akan dapat ditagih. Angka inilah yang merupakan saldo yang harus nampak pada akun Cadangan Kerugian pada tanggal neraca. Oleh karena itu jumlah kerugian piutang pada ayat jurnal penyesuaian adalah selisih antara jumlah saldo yang harus nampak dengan saldo yang ada dalam akun cadangan. Seandainya neraca saldo menunjukkan akun Cadangan Kerugian dengan saldo kredit sebesar Rp 52.800, jurnal penyesuaian yang dibutuhkan adalah Rp 170.000 (Rp 222.800 – Rp 52.800) jurnalnya : 31 Des Kerugian Piutang Rp 170.000 Cadangan Kerugian Piutang Rp 170.000
PIUTANG WESEL Dalam dunia bisnis dikenal dengan jenis piutang yang lain, yaitu apa yang disebut wesel dan promes. Piutang ini dapat timbul karena transaksi penjualan secara kredit atau bisa juga berasal dari pemberian pinjaman yang telah dilakukan perusahaan. Apabila ditinjau dari segi isinya wesel dan promes mempunyai perbedaan yang cukup besar. Penggunaan wesel dan promes di atur dalam kitab Undang-undang hukum dagang (KUHD) yang disebut sebagai surat berharga.
SURAT WESEL WESEL adalah surat berharga yang berisi perintah dari si penarik (pembuat surat) kepada si wajib bayar untuk membayar sejumlah uang tertentu yang disebut pada surat tersebut atau orang lain yang ditunjuk.
SURAT PROMES WESEL PROMES Wesel adalah surat perintah untuk membayar Promes adalah surat janji untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu. Ditinjau dari sudut pemegang wesel atau promes, kedua surat berharga tersebut merupakan piutang dan dicatat dalam akun Piutang Wesel, sedangkan bagi pihak yang berkewajiban untuk membayar (tertarik), wesel dan promes merupakan utang dan di catat dalam akun utang wesel. Perbedaan antara wesel dan promes adalah sbb : WESEL PROMES Wesel adalah surat perintah untuk membayar Penarik dan yang berkepentingan terdiri atas dua pihak Yang membuat adalah pihak yang mempunyai piutang Memerlukan akseptasi Promes adalah surat janji untuk membayar Penarik dan yang berkepentingan berada di suatu tangan Yang membuat adalah pihak yang berutang Tidak memerlukan akseptasi
Dari perbandingan tsb, terlihat jelas bahwa wesel tidaklah sama dengan promes. Dalam akuntansi , piutang yang didukung dengan bukti yang berupa surat wesel maupun promes disebut piutang wesel. Masalah –masalah pokok dalam akuntansi untuk piutang wesel, sama seperti halnya dalam piutang usaha, yaitu : Pengakuan piutang wesel Penilaian piutang wesel Penyelesaian piutang wesel
PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO Dalam hal ini untuk menghitung tanggal jatuh, maka tanggal penarikan wesel tidak ikut dihitung, sedangkan tanggal jatuh wesel ikut diperhitungkan. Contoh : tanggal jatuh sebuah wesel yang berjangka waktu 60 hari dengan tanggal penarikan 17 juli adalah 15 september. Perhitungannya adalah sbb : jangka waktu wesel..................................... 60 hari juli (31-17).......................................14 agustus............................................31 45 tanggal jatuh tempo, September...............15
WESEL BERBUNGA DAN WESEL TIDAK BERBUNGA Wesel dapat dibedakan menjadi wesel berbunga dan wesel tidak berbunga. Suatu wesel disebut wesel berbunga apabila dalam wesel disebutkan suatu tingkat bunga tertentu, sedangkan wesel tidak berbunga adalah wesel yang tidak menyebutkan suatu tingkat bunga tertentu. Jika wesel menyebutkan suatu tingkat bunga tertentu (biasanya dinyatakan dalam persen), maka tertarik harus membayar wesel tsb pd tanggal jatuhnya sebesar nilai nominal wesel ditambah sejumlah bunga, yang dihitung atas dasar presentase bunga sebagaimana tertulis dalam surat wesel tsb.
PERHITUNGAN BUNGA Rumus dasar untuk menghitung bunga pada wesel berbunga adalah sbb : Nilai nominal X tingkat bunga per thn X jangka waktu/th = Bunga wesel Contoh : Data dalam wesel Tingkat bunga Nominal x bunga x waktu = bunga Rp 730,18%,120 hr Rp 730 x 18% x 120/360 = Rp 43,80 Rp 1.000, 15%,6 bln Rp 1.000 x 15% x 6/12 = Rp 75,00 Rp 2.000, 12%, 1 th Rp 2.000 x 12% x 1/1 = Rp 240
PENGAKUAN PIUTANG WESEL 1) Piutang wesel dari penjualan kredit misalkan pada tanggal 1 juni 2012, PT.Melati menjual barang kepada CV.Indragiri seharga Rp 1.000.000.untuk itu PT.Melati menghendaki agar piutangnya dikuatkan dengan surat wesel yang disetujui oleh CV. Indragiri dengan nilai nominal wesel Rp 1.000.000, bunga 12%, dengan jangka waktu 3 bulan. Jurnal yang dibuat oleh PT.Melati untuk mengakui piutang wesel dan penjualan adalah sbb : 1 juni Piutang Wesel Rp 1.000.000 Penjualan Rp 1.000.000 (untuk mencatat pengakuan piutang wesel kpd CV.Indragiri)
Lanjutan... 2) Piutang wesel dari pemberian pinjaman misalnya pada tanggal 1 Mei 2012, PT.Nusa Indah memberikan pinjaman uang kepada CV. Barito sebesar Rp 5.000.000. untuk itu CV.Barito menyerahkan selembar promes, 60 hari, bunga 12%. Jurnal yang dibuat oleh PT.Nusa Indah untuk mencatat timbulnya piutang wesel dan pengeluaran kas adalah sbb : 1 mei Piutang wesel Rp 5.000.000 Kas Rp 5.000.000 (untuk mencatat pengakuan piutang wesel kepada CV.Barito)
Lanjutan ... 3) Piutang wesel dari perubahan piutang usaha Misalnya PT.Merapi mempunyai piutang usaha kepada PT.SINDORO sebesar Rp 10.000.000 yang jatuh pada tanggal 30 juni 2012. pada tanggal 1 juli 2012, PT.SINDORO minta kepada PT.MERAPI agar kewajibannya diubah dengan menyerahkan sebuah promes bernilai nominal Rp 10.000.000, bunga 18%, jangka waktu 90 hari. Apabila hal tsb disetujui oleh PT.MERAPI, maka jurnal yang dibuat dalam pembukuan PT.MERAPI adalah sbb : 1 juli Piutang wesel Rp 10.000.000 piutang usaha Rp 10.000.000 (untuk mencatat pengakuan piutang wesel kepada PT.SINDORO)
PENILAIAN PIUTANG WESEL Seperti halnya piutang usaha, piutang wesel juga harus dilaporkan menurut nilai kas (neto) yang bisa direalisasi. Akun cadangan untuk piutang wesel adalah akun Cadangan Kerugian Piutang. Perhitunga dan penaksirankerugian piutang wesel dan pencatatan kerugian piutang beserta cadangan kerugian piutang untuk wesel, persis sama seperti piutang usaha. Jumlah piutang wesel yang tidak akan dapat diterima pelunasannya dapat ditaksir dengan menggunakan metoda persentase dari penjualan maupun dengan metoda umur piutang.
BAB 3 AKUNTANSI UNTUK ASET TETAP
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberi manfaat pada perusahaan selama bertahun – tahun. Karakteristik yang membedakan aktiva tetap dari barang dagangan adalah bahwa aktiva tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan, sedang barang dagangan tidak untuk digunakan melainkan untuk dijual. Contoh : Mesin tik pada sebuah toko peralatan kantor adalah barang dagangan, karena disini perusahaan membeli peralatan kantor untuk dijual kembali sebagai barang dagangan. Akan tetapi jika perusahaan memiliki mesin tik untuk digunakan dalam operasi perusahaan, maka mesin tik tersebut digolongkan sebagai aktiva tetap.
Aktiva tetap juga berbeda dengan investasi jangka panjang. Investasi tidak digunakan dalam operasi perusahaan yang utama. Contoh : Tanah yang dibeli perusahaan untuk keperluan ekpansi dimasa yang akan datang ini digolongkan sebagai investasi jangka panjang. Akan tetapi tanah yag dimiliki perusahaan sebagai tempat operasi perusahaan adalah aktiva tetap.
KLASIFIKASI AKTIVA TETAP. Tanah. Seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung – gedung Perbaikan Tanah. Seperti jalan – jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun perusahaan, tempat parkir, dan saluran air. Gedung. Seperti gedung yang digunakan untuk kantor, pabrik, gudang. Peralatan. Seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin2 dan mebel
PENENTUAN HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva dan pengeluaran – pengeluaran lain agar aktiva siap untuk digunakan. Contoh. Harga beli mesin, biaya pengangkutan mesin yang dibayar pembeli dan biaya pemasangan mesin adalah bagian dari harga perolehan mesin yang dibeli.
TANAH. Harga perolehan tanah meliputi : Harga beli tunai tanah. Biaya balik nama. Komisi perantara. Pajak atau pungutan lain yang harus dibayar oleh pembeli. Contoh. Harga tunai tanah adalah Rp. 5.000.000. Pembeli setuju membayar Pajak Bumi dan bangunan Rp. 100.000 yang belum dibayar oleh pemilik lama. Jadi harga perolehan tanah adalah Rp.5.000.000 + Rp. 100.000 = Rp 5.100.000. Semua pegeluaran lain yang diperlukan agar tanah siap digunakan yang sifatnya permanen didebet ke rekening Tanah.
Seandainya tanah yang dibeli tidak rata, berbatu – batu atau penuh tanaman liar, maka harga perolehan tanah akan meliputi juga pengeluaran – pengeluaran untuk pembersihan dan perataan tanah. Kadang – kadang diatas tanah yang dibeli terdapat bangunan yang tidak diperlukan pembeli sehingga harus dibongkar, agar tanah dapat digunakan sesuai dengan maksud pembeli. Dalam hal ini, pengeluaran untuk membongkar bangunan dikurangi dengan hasil penjualan sisa bongkaran, harus juga dibebankan pada rekening tanah.
Contoh : Sebuah perusahaan membeli sebidang tanah dengan harga tunai Rp. 100.000.000. Diatas tanah tersebut ada sebuah gedung tua yang membutuhkan pengeluaran bersih untuk membongkarnya Rp. 7.500.000. Sisa – sisa pembongkaran dapat dijual Rp. 1.500.000. Biaya balik nama Rp. 1.000.000. Komisi perantara Rp. 8.000.000. Jadi harga perolehan tanah : Harga Tunai Tanah Rp. 100.000.000. Pembongkaran Gedung tua ( bersih )Rp. 6.000.000. Biaya Balik Nama Rp. 1.000.000. Komisi perantara Rp. 8.000.000. + Harga Perolehan Tanah Rp. 115.000.000.
PERBAIKAN TANAH. Harga Perolehan Perbaikan Tanah : meliputi semua pengeluaran yang dilakukan sampai perbaikan siap untuk digunakan sebagaimana dimaksud dengan perbaikan tersebut. Contoh : Harga Perolehan tempat parkir : semua pengeluaran untuk pengerasan dan pengaspalan, saluran air dan pembuatan fasilitas penerangan, serta pemagaran diseputar wilayah tempat parkir. Dalam hal ini, pengeluaran – pengeluaran diatas didebet ke rekening Perbaikan Tanah bukan rekening Tanah.
GEDUNG. Semua pengeluaran yang berhubungan dengan pembelian atau pembangunan sebuah gedung harus dibebankan pada rekening gedung. Apabila gedung dimiliki melalui pembelian, maka harga perolehan gedung meliputi harga tunai beli, biaya notaris, komisi perantara. Namun seandainya gedung dibangun sendiri, harga perolehannya meliputi semua pengeluaran untuk membuat gedung, termasuk pembuatan saluran air dan listrik. Contoh : PT FGH membuat bangunan untuk service dan cuci kendaraan, maka harga perolehan gedung meliputi : harga kontrak bangunan di tambah biaya perencanaan oleh arsitek. Biaya untuk memperoleh IMB. Pembuatan fasilitas pencucian Selain itu, biaya bunga selama masa pembangunan juga harus ditambahkan pada harga perolehan gedung, apabila : Masa pembangunan mencangkup periode waktu yang panjang. Beban bunga cukup besar jumlahnya.
PERALATAN. Harga perolehan peralatan terdiri dari : Harga beli tunai. Biaya pengangkutan, biaya asuransi selama dalam pengangkutan yang dibayar oleh pembeli. Biaya perakitan, pemasangan dan pengujian peralatan yang dibeli. Biaya balik nama. Biaya pajak kendaraan tahunan dan asuransi kecelakan tidak termasuk harga perolehan. Pembayaran untuk perbaikan kerusakan dalam pengangkutan dan biaya perakitan atau pemasangan yang dipandang tidak diperlukan juga tidak termasuk harga perolehan melainkan sebagai biaya atau kerugian. Contoh. PT ABC membeli truk dengan harga tunai Rp 12.000.000. Pajak pertambahan nilai Rp. 1.200.000. Pengecatan dan penulisan merek pada truk Rp. 500.000, biaya balik nama Rp. 1.200.000. Biaya pengurusan STNK Rp. 250.000 dan premi asuransi kecelakan yang dibayar dimuka untuk 3 tahun Rp. 300.000.
Harga perolehan truk : Hargai Tunai Rp. 12.000.000. PPN Rp. 1.200.000. Pengecatan dan merk Rp. 500.000. Bea Balik Nama Rp. 1.200.000. + Harga Perolehan Truk Rp. 14.900.000. Pengeluaran untuk pengurusan STNK dan pembayaran asuransi kecelakaan yang dibayar dimuka, tidak termasuk dalam harga perolehan. Jurnalnya : Untuk mencatat pembelian truk dan pengeluaran lain untuk truk. Truk 14.900.000. Pajak kendaraan 250.000. Asuransi Dibayar dimuka 600.000. Kas 15.750.000.
Contoh lain. PT DFG membeli mesin pabrik dengan harga tunai Rp. 50.000.000. PPN Rp. 3.000.000, premi asuransi kecelakan dalam pengangkutan Rp. 500.000. Pemasangan dan pengujian Rp. 1.000.000. Biaya reparasi karena terjadi kesalahan dalam pemasangan Rp. 400.000. Harga perolehan mesin : Harga Tunai beli Rp. 50.000.000. PPN Rp. 3.000.000. Asuransi Pengangkutan Rp. 500.000. Pemasangan dan pengujian Rp. 1.000.000. + Harga perolehan mesin Rp. 54.500.000.
Biaya reparasi karena terjadi kesalahan dalam pemasangan tidak termasuk dalam harga perolehan. Jadi jurnalnya. : Mesin pabrik Rp. 54.500.000. Kerugian Pemasangan mesin Rp. 400.000. Kas Rp. 54.900.000.
MASALAH KHUSUS DALAM PENENTUAN HARGA PEROLEHAN Pembelian dengan menggunakan wesel berbunga. Pembelian dalam satu paket. Perolehan dengan membangun sendiri.
PEMBELIAN DENGAN MENGGUNAKAN WESEL BERBUNGA. Dalam pembelian aktiva tetap, terutama dalam pembelian yang mencangkup jumlah rupiah yang cukup besar, kadang – kadang perusahaan membayarnya dengan menggunakan wesel berbunga. Cara ini banyak dijumpai dalam pembelian rumah, kendaraan dan mesin – mesin pabrik. Biasanya pembeli diwajibkan membayar uang muka sejumlah tertentu dan sisanya dibayar dengan wesel ditambah bunga dengan persentase terentu. Dalam hal ini harga perolehan aktiva adalah jumlah kas yang dibayarkan sebagai uang muka ditambah nilai nominal wesel. Biaya bunga wesel yang dibayar perusahaan merupakan biaya pendanaan dan dicatat dalam pembukuan dengan mendebet rekening Biaya Bunga.
Contoh : PT FGH membeli peralatan pabrik yang harga tunainya Rp 10.000.000. PT FGH memberikan uang muka Rp 2.000.000 dan sisanya dibayar dengan wesel yang nominalnya Rp. 8.000.000 jangka waktu 1 tahun, dengan bunga 10 %. Jurnal untuk mencatat uang muka dan penarikan utang wesel. Peralatan Pabrik 10.000.000. Kas 2.000.000. Utang wesel 8.000.000. Pada saat jatuh tempo wesel, dibayar sejumlah nilai nominal wesel ditambah bunga Rp 800.000 ( 10 % X Rp. 8.000.000 ) Utang wesel 8.000.000. Biaya Bunga 800.000. Kas 8.800.000.
PEMBELIAN DALAM SATU PAKET. Cara yang paling umum untuk mengalokasikan harga borongan adalah dengan mendasarkan pada harga pasar masing – masing golongan aktiva yang tercangkup dalam pembelian tersebut. Contoh : PT JKL membeli sebuah hotel dari perusahaan lain dengan harga tunai Rp. 120.000.000. Pengalokasian harga beli dengan menggunakan harga pasar masing – masing aktiva tetap :
Jurnalnya : Tanah 24.000.000. Gedung 84.000.000. Peralatan 12.000.000. Kas 120.000.000.
PEROLEHAN DENGAN MEMBAGUN SENDIRI Harga perolehan aktiva yang diperoleh dengan membangun sendiri : Harga material dan tenaga kerja. Biaya lain seperti listrik, solar, dan biaya depresiasi peralatan yang dimiliki perusahaan yang digunakan dalam pembangunan tersebut. Biaya bunga seandainya dana pembangunan berasal dari pinjaman pihak bank.
KONSEP DEPRESIASI. Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematik. Metode – metode Depresiasi : Garis Lurus. Saldo menurun. Jumlah angka – angka tahun. Satuan Kegiatan
Depresiasi periodik didasarkan pada : Harga perolehan. Nilai residu / nilai sisa adalah taksiran nilai tunai aktiva pada akhir masa manfaat aktiva tersebut. Masa manfaat / umur aktiva adalah jangka waktu pemakaian aktiva yang diharapkan oleh perusahaan. Contoh : Sebuah truk yang dibeli PT ABC pada tanggal 1 Januari 1990. Harga perolehan Rp. 13.000.000. Taksiran nilai residu Rp. 1.000.000. Taksiran masa manfaat 5 Tahun. Taksiran satuan hasil 100.000 km.
METODE GARIS LURUS Dalam metode ini, beban depresiasi periodik sepanjang masa pemakaian aktiva sama besarnya.
Harga perolehan yang didepresiasi adalah harga perolehan dikurangi dengan nilai residu. 12.000.000 : 5 = Rp. 2.400.000. Depresiasi bisa juga dinyatakan dalam bentuk tarif depresiasi pertahun. Dalam contoh diatas, tarif depresiasi per tahun adalah 20 % ( 100 % : 5 ). Perhitungan Akhir Tahun Tahun Harga Perolehan X Tarif = Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai Didepresiai Depresiasi Pertahun Depresiasi Buku 1990 1991 1992 1993 1994 12.000.000 20 % 20% 2.400.000 4.800.000 7.200.000 9.600.000 10.600.000 *) 8.200.000 5.800.000 3.400.000 1.000.000 *) 13.000.000 – 2.400.000 = 10.600.000 10.600.000 – 2.400.000 = 8.200.000 8.200.000 – 2.400.000 = 5.800.000 dst...
*) 1.685.000 X 40 % = 674.000 dibulatkan menjadi 685.000. METODE SALDO MENURUN. Pada metode ini, biaya depresiasi dari tahun ketahun semakin menurun, karena perhitungan biaya depresiasi periodik didasarkan pada nilai buku ( harga perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasi ) aktiva yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Biaya depresiasi pertahun dihitung dengan cara mengalikan nilai buku aktiva pada awal tahun dengan tarif depresiasi. Tarif depresiasinya adalah tarif metode garis lurus dikalikan dua. Perhitungan Akhir Tahun Tahun Harga Perolehan X Tarif = Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai Didepresiai Depresiasi Pertahun Depresiasi Buku 1990 1991 1992 1993 1994 13.000.000 7.800.000 4.680.000 2.808.000 1.685.000 40 % 40% 5.200.000 3.120.000 1.872.000 1.123.000 685.000*) 8.832.000 10.192.000 11.315.000 12.000.000 1.000.000 *) 1.685.000 X 40 % = 674.000 dibulatkan menjadi 685.000.
METODE JUMLAH ANGKA – ANGKA TAHUN. Dalam metode ini tarif depresiasi didasarkan pada suatu pecahan yang : Pembilangnya adalah tahun – tahun pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun. Penyebutnya adalah jumlah tahun – tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian terakhir. Untuk aktiva yang ditaksir berumur ekonomis 5 tahun, maka jumlah angka tahunnya adalah 15 ( 1 + 2 + 3 + 4 + 5 ) Perhitungan Akhir Tahun Tahun Harga Perolehan X Tarif = Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai Didepresiai Depresiasi Pertahun Depresiasi Buku 1990 1991 1992 1993 1994 12.000.000 5/15 4/15 3/15 2/15 1/15 4.000.000 3.200.000 2.400.000 1.600.000 800.000 7.200.000 9.600.000 11.200.000 9.000.000 *) 5.800.000 3.400.000 1.800.000 1.000.000 *) 13.000.000 – 4.000.000 = 9.000.000.
*) 13.000.000 – 1.800.000 = 11.200.000. METODE SATUAN HASIL. Dalam metode ini, masa pemakaian aktiva tidak dinyatakan dengan jangka waktu, melainkan dengan jumlah satuan ( unit ) yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang bersangkutan. Contoh. Truk yang dibeli PT ABC diperkirakan akan dapat digunakan sejauh 100.000 km. Pada tahun pertama truk digunakan 15.000 km, tahun kedua 30.000 km, tahun ketiga 20.000 km, tahun ke empat 25.000, tahun ke lima 10.000 km. Rumus : Harga perolehan didepresiasi : Jumlah Satuan Kegiatan = Biaya Depresiasi persatuan 12.000.000 : 100 = 120 Perhitungan Akhir Tahun Tahun Satuan X Tarif = Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai Hasil Depresiasi Pertahun Depresiasi Buku 1990 1991 1992 1993 1994 15.000 30.000 20.000 25.000 10.000 120 1.800.000 3.600.000 2.400.000 3.000.000 1.200.000 5.400.000 7.800.000 10.800.000 12.000.000 11.200.000 *) 7.600.000 5.200.000 2.200.000 1.000.000 *) 13.000.000 – 1.800.000 = 11.200.000.
Kewajiban Jangka Pendek dan Kontinjensi Materi 01
Tujuan Pembelajaran Menguraikan sifat, jenis, dan penilaian kewajiban lancar. Menjelaskan klasifikasi kewajiban lancar yang akan dilunasi dengan sumber pendanaan lain (refinanced). Mengidentifikasi kriteria yang digunakan untuk menghitung dan menyajikan gain dan loss kewajiban bersyarat (contingencies). Menjelaskan akuntansi untuk berbagai macam rugi kontinjen. . Menunjukkan bagaimana menyajikan dan menganalisis informasi kewajiban dan kontinjensi. . 1. On the topic, “Challenges Facing Financial Accounting,” what did the AICPA Special Committee on Financial Reporting suggest should be included in future financial statements? Non-financial Measurements (customer satisfaction indexes, backlog information, and reject rates on goods purchases). Forward-looking Information Soft Assets (a company’s know-how, market dominance, marketing setup, well-trained employees, and brand image). Timeliness (no real time financial information)
Kewajiban Jangka Pendek dan Kontinjensi Penyajian dan Analisis Definisi kewajiban Definisi kewajiban lancar Laba kontinjen Rugi kontinjen Penyajian kewajiban lancar Penyajian kontinjensi Analisis kewajiban lancar Service Cost - Actuaries compute service cost as the present value of the new benefits earned by employees during the year. Future salary levels considered in calculation. Interest on Liability - Interest accrues each year on the PBO just as it does on any discounted debt. Actual Return on Plan Assets - Increase in pension funds from interest, dividends, and realized and unrealized changes in the fair market value of the plan assets. Amortization of Unrecognized Prior Service Cost - The cost of providing retroactive benefits is allocated to pension expense in the future, specifically to the remaining service-years of the affected employees. Gain or Loss - Volatility in pension expense can be caused by sudden and large changes in the market value of plan assets and by changes in the projected benefit obligation. Two items comprise the gain or loss: difference between the actual return and the expected return on plan assets and, amortization of the unrecognized net gain or loss from previous periods
Apa yang dimaksud kewajiban? Menurut FASB: “probable future sacrifices of economic benefits arising from present obligations of a particular entity to transfer assets or provide services to other entities in the future as a result of past transactions or events.”
Apa yang dimaksud kewajiban? Menurut FASB: “Kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa mendatang yang timbul dari kewajiban saat ini untuk menyerahkan aktiva atau menyerahkan jasa ke perusahaan lain sebagai akibat transaksi di masa lalu.”
Apa yang dimaksud Kewajiban Lancar? Kewajiban lancar adalah “kewajiban yang yang diharapkan dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar atau menimbulkan kewajiban lancar lainnya..” Jangka waktu pelunasan kewajiban lancar -> dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi (tergantung mana yang lebih panjang)
Apa yang dimaksud Kewajiban Lancar? Jenis-jenis kewajiban lancar: Utang Dagang. Utang Wesel. Utang JP yang jatuh tempo. Kewajiban jangka pendek yang akan di-refinance. Utang dividen. Deposit dan uang muka. Pendapatan diterima dimuka. Utang PPN (PPn). Utang PPh. Utang gaji dan insentif.
Utang Dagang Utang Dagang (trade accounts payable) Saldo yang dimiliki (menjadi hak) pihak lain untuk barang, suplais, dan jasa yang dibeli secara kredit. Timbul karena adanya perbedaan waktu antara saat diterimanya barang atau jasa dan pembayarannya. Termin penjualan (mis., 2/10, n/30) menetapkan periode kredit.
Utang Dagang Utang Dagang (trade accounts payable) Contoh transaksi: Pada tanggal 10 Januari 2006, PT ABC membeli barang dagangan dengan seharga Rp10.000.000,00, dengan termin 2/10, n/30. Pada tanggal 20 Januari 2006, 75% dari utang tersebut dibayar, sedangkan sisanya dilunasi pada tanggal 10 Februari 2006.
Jawaban Jurnal tgl 10 jan 2006 Pembelian Rp 10.000.000 hutang dagang Rp 10.000.000 Jurnal tgl 20 januari 2006 hutang dagang Rp 7.500.000 potongan pembelian Rp 150.000 kas Rp 7.350.000 Jurnal tgl 10 februari 2006 hutang dagang Rp 2.500.000 kas Rp 2.500.000
Utang Wesel Utang Wesel Janji tertulis untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu di masa mendatang. Timbul dari pembelian, pendanaan, dan transaksi lain. Wesel digolongkan sebagai jangka pendek dan jangka panjang. Wesel ada yang berbunga dan tidak berbunga (interest-bearing or zero-interest-bearing).
Utang Wesel Contoh (Wesel berbunga) Pada tanggal 17 September 2005 PT BCD membeli barang seharga Rp20.000.000,00 dari PT XYZ, dengan syarat 2/10, n/30. Pada tanggal 17 Oktober 2005, PT BCD tidak dapat membayar kewajibannya sehingga PT XYZ meminta PT BCD membuat promes 120 hari dengan bunga 12%. Pada tanggal jatuh tempo PT BCD melunasi kewajibannya. Pertanyaan: Buatlah jurnal pada pembukuan PT BCD
Jawaban Jurnal tanggal 17 September 2005 pembelian Rp 20.000.000 hutang dagang Rp 20.000.000 Jurnal tanggal 17 Oktober 2005 kas Rp 20.000.000 hutang wesel Rp 20.000.000 Jurnal penyesuaian yg hrs dibuat tgl 31 desember 2005 (2/12 x12% x Rp 20.000.000) biaya bunga Rp 400.000 Hutang bunga Rp 400.000 Jurnal untuk mencatat pembayaran nilai nominal dan bunga wesel pd tgl 17 januari 2005 (tgl jatuh tempo) adl sbb : utang wesel Rp 20.000.000 utang bunga Rp 400.000 biaya bunga Rp 200.000 kas Rp 20.600.000
Utang Wesel Pada tanggal 1 Oktober 2005, PT CDE meminjam uang dari Bank Buana Indonesia sebesar Rp20.000.000,00. Atas peminjaman tersebut Bank Buana Indonesia meminta kepada PT CDE untuk menandatangani sebuah promes dengan bunga 12% dan dengan jangka waktu 4 bulan.
Utang Wesel Wesel tanpa bunga. Pada tanggal 1 Oktober 2005, PT DEF meminjam uang dari Bank Sentosa sebesar Rp20.800.000,00. Atas peminjaman tersebut, Bank Sentosa meminta kepada PT DEF untuk menandatangani sebuah promes berjangka 4 bulan, tanpa bunga. Jumlah kas yang diterima oleh PT DEF pada saat menerima pinjaman adalah sebesar Rp20.000.000,00. Pertanyaan: Buatlah jurnal untuk mencatat penerbitan wesel, penyesuaian pada akhir periode, dan pembayaran utang pada saat jatuh tempo.
Jawaban jurnal untuk mencatat penerbitan wesel kas Rp 20.000.000 diskonto utang wesel Rp 800.000 utang wesel Rp 20.800.000 Jurnal penyesuaian pada akhir periode (3/4 x Rp 800.000) untuk mencatat biaya bunga wesel selama 3 bulan) biaya bunga Rp 600.000 diskonto utang wesel Rp 600.000 Jurnal pembayaran utang pada saat jatuh tempo (1 februari) untuk mencatat pelunasan wesel beserta bunganya. utang wesel Rp 20.800.000 biaya bunga Rp 200.000 diskonto utang wesel Rp 200.000 kas Rp 20.800.000
Utang Jangka Panjang Yang Jatuh Tempo Utang Jk. Panjang yang J.T. dalam 1 tahun Pada tanggal 1 Januari 2004, PT EFG menerima pinjaman jangka panjang dari Bank Buana sebesar Rp60.000.000. Disepakati bahwa jangka waktu pinjaman adalah 3 tahun, dengan tingkat bunga 12%, dan angsuran pembayaran dilakukan sebanyak 3 kali setiap tanggal 1 Januari, mulai tanggal 1 Januari 2005. Pertanyaan: Buatlah jurnal untuk tanggal 1 Januari 2004, 31 Desember 2004. 1 Januari 2005, 31 Desember 2005. 1 Januari 2006, 31 Desember 2006
Jawaban 1 Januari 2004, 31 Desember 2004 kas Rp 60.000.000 piutang penjualan angsuran Rp 60.000.000 1 Januari 2005, 31 Desember 2005. Piutang penjualan angsuran Rp 20.000.000 biaya bunga Rp 2.400.000 kas Rp 22.400.000 1 Januari 2006, 31 Desember 2006
Utang Dividen Utang Dividen Merupakan hak pemegang saham yang harus dibayarkan. Umumnya dibayarkan dalam jangka waktu 3 bulan. Dividend SP kumulatif yang tidak diumumkan tidak diakui sebagai utang. Utang dividend dalam bentuk saham tidak diakui sebagai utang. Dilaporkan salam ekuitas.
Utang Dividen Utang Dividen PT FGH pada tanggal 25 Desember 2005 mengumumkan pembagian dividen kas sebesar Rp5,00 per lembar. Jumlah saham yang beredar pada saat itu adalah 20.000.000 lembar. Dividen tersebut akan dibayar tanggal 15 Januari 2006. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi pada tanggal 15 Januari 2006.
Jawaban jurnal untuk mencatat transaksi pada tanggal 15 Januari 2006. utang deviden Rp 10.000.000.000 kas Rp 10.000.000.000
Utang Deposit Uang Tanggungan/Jaminan (Deposit) Mencakup jaminan kas uang dapat dikembalikan yang diterima dari pihak lain. Pada tanggal 1 Desember 2006 PT GHI menjual 100 krat (@ 24 botol , harga per botol Coca Cola Rp 2500). 1 krat = 24 botol x Rp 2500 = Rp 60.000, 100 krat = 100 x Rp 60.000 = Rp 6.000.000 Untuk setiap botol yang dijual, perusahaan membebankan uang tanggungan botol kepada pembeli sebesar Rp250,00. Pada tanggal 15 Desember 2006 PT GHI menerima pengembalian botol kosong sejumlah 90 krat. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi yang diperlukan
Jawab : Jurnal tgl 1 desember kas Rp 6.000.000 penjualan Rp 6.000.000 Atau tanggungan botol Rp 600.000 penjualan Rp Rp 5.400.000 Jurnal tgl 15 desember retur /pengembalian botol Rp 600.000 kas Rp 600.000
Pendapatan Diterima Di Muka Pendapatan Diterima di Muka (Unearned Revenues) Merupakan pembayaran yang diterima sebelum diserahkannya barang atau jasa. Unearned and Earned Revenue Accounts
Pendapatan Diterima Di Muka PT HIJ pada tanggal 1 Desember 2006 mendapat kas sebesar Rp120.000.000,00 untuk aktiva tetap yang disewa PT XYZ. Aktiva tetap tersebut disewa untuk jangka waktu 12 bulan. Jawab : Jurnalnya adalah Kas Rp 120.000.000 pendapatan diterima dimuka Rp 120.000.000
Utang PPh Utang Pajak Pajak atas Penghasilan: Biaya gaji dan upah karyawan PT IJK pada bulan Desember 2006 adalah Rp150.000.000. Atas gaji dan upah tersebut, PT IJK memotong PPh karyawan sebesar Rp6.000.000. Gaji dan upah tersebut dibayar oleh PT IJK pada tanggal 25 Desember 2006, sedang pemotongan PPh karyawan disetor oleh PT IJK ke Kas Negara melalui Bank Persepsi pada tanggal 10 Januari 2007. Buatlah jurnal pada pembukuan PT IJK.
Jawab Jurnal tgl 25 des 2006 biaya gaji dan upah Rp 150.000.000 utang gaji dan upah Rp 144.000.000 utang PPh Rp 6.000.000 Jurnal tgl 10 jan 2007 utang PPh Rp 6.000.000 Kas Rp 6.000.000
Utang PPN Utang Pajak (Pajak atas Penjualan = Pajak Pertambahan Nilai) Atas pembelian kredit barang dagangan sebesar Rp100.000.000,00, PT JKL dipungut PPN 10%. Atas penjualan kredit barang dagangan sebesar Rp150.000.000,00, PT JKL memungut PPN 10%. Atas pemungutan PPN tersebut, PT JKL menyetorkannya ke Kas Negara. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi: pembelian, penjualan, dan penyetoran pajak.
Jawab : Jurnal atas pembelian kredit pembelian Rp 110.000.000 utang pajak Rp 10.000.000 utang dagang Rp 100.000.000 Jurnal atas penjualan kredit Kas Rp 150.000.000 penjualan Rp 135.000.000 utang pajak Rp 15.000.000 Jurnal pembayaran pajak Utang pajak (PPN) Rp 25.000.000 kas Rp 25.000.000
Akuntansi untukKewajiban Jangka Panjang
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Pada bab ini akan membahas dua tipe kewajiban jangka panjang yang lazim dijumpai dalam praktik, yaitu utang wesel jangka panjang dan utang obligasi. Pelunasan wesel jangka panjang dapat dilakukan dengan cara diangsur. Dalam bab ini akan dibahas tentang wesel yang diangsur dengan angsuran tidak sama besar dan angsuran sama besar. Utang obligasi merupakan sumber dana jangka panjang yang semakin populer di Indonesia. Bab ini akan memperkenalkan akuntansi untuk utang obligasi sejak obligasi diterbitkan hingga obligasi tersebut dilunasi, termasuk pembayaran dan pembebanan bunga secara periodik.
WESEL JANGKA PANJANG Apabila wesel mempunyai nilai nominal yang cukup besar, maka pelunasannya dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan melalui angsuran
Selesai