PENDIDIKAN BERORIENTASI PEKERJAAN Lembaga pendidikan menengah yang berorientasi menyiapkan lulusan memperoleh pekerjaan, kita kenal sbg SMK, harus membekali lulusan KOMPETENSI sesuai dg kebutuhan industri. Misal, sebagai Juru Gambar (Drafter) atau Juru Las (Welder), dsb.
Penetapan KOMPETENSI Lulusan Penetapan bidang dan tingkat kompetensi lulusan tidak cukup berdasarkan asumsi bahwa Kompetensi yg dihasilkan masih dibutuhkan dan murah biayanya, tetapi harus melalui survey ke Dunia Usaha/ Industri (DUDI) dengan metode yg benar. Kesalahan penetapan bidang kompetensi berakibat lulusan tidak terserap oleh DUDI sehingga Pendidikan dan Latihan (Diklat) akan sia-sia.
Dasar Penetapan Kompetensi Secara garis besar, Penetapan Kompetensi mencakup tiga aspek: Identifikasi Kebutuhan DUDI Identifikasi Minat Peserta Identifikasi Ketersediaan Sumber
Identifikasi Kebutuhan 1. Kebutuhan DUDI berdasarkan: Hasil Survey ke DUDI Data Permintaan Hasil Analisis (prediksi) pakar tenaga kerja 2. Minat (kebutuhan) siswa Potensi siswa Hasil Pembimbingan
3. Identifikasi Ketersediaan Sumber: lanjutan 3. Identifikasi Ketersediaan Sumber: Prasarana Sarana/Alat SDM Dana Dari Pemerintah Peserta/Ortu Sponsor Mitra
TAHAP PENYUSUNAN PROGRAM 1. Survey Lapangan: Jenis & Volume Pekerjaan 2. Mempelajari/Menyusun Deskripsi Pekerjaan 3. Merinci Deskripsi Kegiatan Menjadi Butir-butir Latihan 4. Menetapkan Jangka Waktu Per Butir Latihan 5. Tahap Uji Coba (Try Out) Tes Unjuk Kerja Dan Uji Kompetensi. 6. Penerapan
Rumusan Kompetensi Lulusan Rumusan Kompetensi yang harus dikuasai Lulusan SMK idealnya disusun oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) berupa Standar Kompetensi Lulusan berlaku nasional, bahkan mungkin internasional. Di negara Industri, Standar Kompetensi disusun oleh Asosiasi Profesi, maka sekolah tinggal memilih/mengacunya, tidak perlu menyusun sendiri.
Contoh, Proses Pemilihan Kompetensi di Australia (www. education. vic Contoh, Proses Pemilihan Kompetensi di Australia (www.education.vic.au/…/school-workforce-plan) current workforce (numbers FTE and headcount) by role/subject areas, classi-fication levels and employment mode. number of funded positions (you might breakdown by classification). number of funded vacancies (you might breakdown by classification).
workforce characteristics (gender, age, length of time in school and in education sector, classification levels; proportion of workforce in beginning, mid and established career stages; breakdown by staff type e.g. teaching, specialist support, allied health, other non-teaching, volunteers). workforce employment arrangements (full time, part time, job sharing, phased retirements).
mobility trends (number of staff exits in last 12 months and reasons for the exits e.g. promotion, resignation, parental absence; numbers of new entries, including return from parental absence, leave without pay and new staff); previous years trends if available. turnover (breakdown by all staff, mission critical and hard to fill job groups)
projected long term leave – more than 28 days (long service, parental absence, personal leave, leave without pay). Personal leave, work cover and attrition rates and patterns. numbers of pre-service teachers and other students undertaking training or work-placements in your school. Qualitative
level of staff interest in promotions and upgrading skills (from interviews, conversations). Professional development needs analysis, including professional development undertaken by staff in recent years as an indicator of new capability. staff working life intentions (e.g. via a survey).
Konsekuensi Sekolah Berorientasi Pekerjaan Memiliki data Kebutuhan Jenis & Jumlah (Supply And Demand) Kaji Ulang/Pembaharuan/Pergantian Program Secara Periodik (On-Off) Perlu Menjalin Kemitraan dengan Industri Proporsi Kegiatan Pelatihan Lebih Besar dibanding Pendidikan
lanjutan Rentan Terhadap Perubahan Teknologi Biaya Operasional Besar Cenderung Kurang Menarik Bagi Keluarga Ekonomi Kuat Perlu Kemauan Politik/Dukungan Pemerintah & Industri untuk menyediakan Dana Operasional
MEMBUTUHKAN GURU/ INSTRUKTUR SPESIFIK Memiliki Kompetensi Sejenis Memerlukan Pelatihan Khusus Dan Pelatihan Ulang Periodik Lebih Baik Bila Memiliki Pengalaman Kerja Di Industri (Bukan Sekedar Pernah Melihat Orang Bekerja) Membutuhkan guru lebih banyak karena Rasio Guru : Siswa Kecil
FASILITAS LEBIH MAHAL Alat Utama: Sejenis dg yg digunakan di tempat kerja Untuk Hands On Activities Satu Siswa Satu Tempat Latihan (Work Station) Memerlukan Bahan Praktek dan Alat Bantu Habis Pakai Gedung Lebih Luas
Dilema yg Dihadapi Memerlukan biaya investasi dan operasi yg lebih besar Karena akan menghasilkan “kelas pekerja” maka peminat cenderung dari golongan ekonom lemah Dana dari pemerintah relatif sama dengan sekolah umum Di Indonesia, Dana kemitraan dari DUDI hampir tidak/belum ada
TERIMAKASIH