MISKONSEPSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP Disunting oleh Pirdaus Widyaiswara LPMP Sumatera Selatan
Latar Belakang Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
Tujuan Peserta didik memiliki kemampuan: Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
Tujuan (lanjutan) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
MATEMATIKA (SMP) Objek matematika bersifat abstrak, sedangkan kemampuan abstraksi siswa belum optimal Berfikir matematika bersifat deduktif yang menuntut kemampuan berfikir abstrak siswa
FENOMENA dan TANTANGAN Bagi sebagian siswa, belajar matematika sering menyulitkan dan membosankan; hal ini memberi peluang terjadinya miskonsepsi Perlu segera diidentifikasi kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada siswa agar pembelajaran bermakna bagi siswa
TIGA JENIS MISKONSEPSI Kesalahan Dasar, siswa tidak mempunyai pengetahuan tentang prosedur yang dipergunakan untuk menjawab soal Kesalahan Sistematika, siswa memiliki pengetahuan secara parsial tentang prosedur, tetapi ia gagal karena salah memahami konsep kuncinya Kesalahan Perhitungan, siswa memiliki pengetahuan cukup tentang prosedur, tetapi ia membuat kesalahan dalam perhitungan/kurang teliti (Depdikbud, 1996)
BEERAPA CONTOH MISKONSEPSI SISWA
1. Kesalahan Dasar
2. Kesalahan Sistematika
2. Kesalahan Sistematika b. Kesalahan “Yang Besar Kurang Yang Kecil” (B-K)
c. Kesalahan “Pemisahan Koma Desimal” (PKD) 2. Kesalahan Sistematika c. Kesalahan “Pemisahan Koma Desimal” (PKD)
d. Kesalahan “Penurunan Angka Desimal” (PAD) 2. Kesalahan Sistematika d. Kesalahan “Penurunan Angka Desimal” (PAD)
e. Kesalahan Penempatan Koma Desimal pada Perkalian 2. Kesalahan Sistematika e. Kesalahan Penempatan Koma Desimal pada Perkalian
f. Kesalahan Pemisahan yang Dibagi 2. Kesalahan Sistematika f. Kesalahan Pemisahan yang Dibagi
3. Kesalahan Perhitungan
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI Berikan tes awal/diagnostik Analisis hasil tes
TINDAK LANJUT Berikan kegiatan perbaikan jika ditemukan miskonsepsi Berikan tes akhir setelah perbaikan konsep
ALTERNATIF PERBAIKAN Kesalahan Dasar pembelajaran ulang tentang konsep dan prosedur secara lengkap Kesalahan Sistematika perbaikan yang mengenai sasaran berdasarkan identifikasi sumber kesalahan Kesalahan Perhitungan penemuan sendiri kesalahan dapat dilakukan siswa bila mereka tahu jawaban yang salah
merupakan dasar membangun penalaran dan komunikasi “Penguasaan konsep merupakan dasar membangun penalaran dan komunikasi serta menggunakan matematika untuk pemecahan masalah!”
Terima Kasih