PERSIAPAN AREAL DAN PENANAMAN SAWIT Kegiatan terdiri atas : merintis dan mengukur, pembukaan areal, pemberantasan alang-alang, penanaman penutup tanah, pengajiran, pembuatan petakan, pembuatan lubang tanam. Bersamaan dengan kegiatan tersebut, biasanya dilakukan pembuatan jalan dan sarana penunjang lainnya.
A. Merintis dan mengukur Kegiatan survei di lapangan untuk mengetahui : bentuk areal, batas-batas areal, topografi tanah, jenis vegetasi dan keadaan lapangan lainnya------- ---- sebagai pedoman perencanaan kegiatan selanjutnya dalam bentuk peta yang lebih terinci daripada peta dasarnya.
b. Pembukaan areal Kegiatan pertama pembukaan areal adalah tebas- babat semak belukar dan pepohonan yang berdiameter < 5 cm, bertujuan membersihkan areal sehingga tahap kegiatan selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tahap-tahapnya antara lain: Penebangan pepohonan dilakukan dengan gergaji mesin (chain-shaw), gergaji tangan dan kapak. Pemotongan batang dan perancahan dahan dan ranting Perumpukan dahan dan ranting yang telah kering. Pembakaran, kalau perlu diulang sampai 2 atau 3 kali (tidak lagi dilakukan setelah metode TANPA Bakar) Pembongkaran tunggul pohon jika perlu dan mungkin. Metode tanpa bakar : perumpukan dan bongkar tunggul secara mekanisasi (alat-alat berat dozer dan excavator).
c. Pemberantasan Alang-alang Areal yang terbuka merangsang pertumbuhan alang-alang yang cepat--------- ---. perlu pengendalian alang-alang sedini mungkin. secara kimiawi dengan menggunakan herbisida secara mekanis dengan menggunakan bajak dan garu. Dowpon-M dan Roundup merupakan contoh herbisida yang sering digunakan. Selang antar aplikasi masing-masing tiga minggu.
d. Penanaman Penutup Tanah Untuk mencegah erosi permukaan serta pertumbuhan alang-alang. Pada keadaan demikian perlu dilakukan penanaman tanaman penutup tanah. Penanaman penutup tanah (benih dengan dosis 14 kg/ha): 4 kg Pureria javanica (PJ), 6 kg Calopogonium mucunoides (CM) 4 kg Centrosema pubescent (CP)
Penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem larikan dengan mencangkul dangkal sedalam mata garu (5 - 10cm) Benih ditabur dalam larikan tersebut, kemudian ditimbun kembali. Pemeliharaan tanaman penutup tanah: - pemupukan dan - pemurnian tanaman penutup tanah dengan cara membersihkan dari gulma yang dilakukan secara manual. Pemurnian dilakukan secara intensif terutama pada saat tanaman penutup tanah belum menutup sempurna.
e. Pengajiran Untuk mendapatkan pertanaman yang teratur, sebelum penanaman bibit di lapangan dilakukan pengajiran. Hal ini berguna dalam menentukan di mana bibit akan ditanam serta di mana jalan dan sarana lainnya akan dibuat Jarak tanam, jarak antar baris dan kerapatan tanaman per ha pada Tabel 7.
Tabel 7. Kerapatan Tanaman pada Sistem Tanam Segi Tiga Sama Sisi sy Jarak tanam (m) Jarak antar baris (m) Kerapatan tanaman/ha 8.8 x 8.8 x 8.8 7.62 150 9.0 x 9.0 x 9.0 7.79 143 9.2 x 9.2 x9.2 7.97 136 9.5 x 9.5 x 9.5 8.23 128 10.0 x 10.0 x10.0 8.67 116
f. Pembuatan Petakan Pada areal yang merupakan tebing-tebing yang cukup terjal, untuk mengurangi erosi, dibuat sistem teras : teras individu dan teras bersambung. Teras individu berbentuk tapal kuda dengan panjang 4 m dan lebar 3 m dengan ujung berbentuk setengah lingkaran (Gambar 3). Teras bersambung umunya dibuat dengan mengikuti garis kontur dengan jarak antar kontur sekitar 2 m. Teras individu merupakan petakan di mana bibit akan ditanam. Petakan dibuat dengan jalan mencangkul (menggali tanah sebelah atas ajir dan ditimbunkan ke bagian bawahnya, sehingga dapat terbentuk tanah yang datar (Gambar 4).
G. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat pada ajir-ajir Lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm pada segitiga atas 40 cm x 40 cm x 40 cm pada bagian dasarnya kedalaman 60 cm.
Penanaman Bibit Seminggu sebelum tanam dilakukan pemutusan akar-akar bibit yang keluar dari kantung plastik. Dasar kantung plastik dan salah satu pinggirnya ditoreh dengan pisau atau silet. Dimasukkan bersama-sama ke dalam lubang tanam. Setelah berada di lubang tanam, kantung plastik dilepaskan secara hati-hati dan dikeluarkan dari lubang tanam. Penimbunan secara bertahap, sub soil kemudian top soil. Tanah di sekitar bibit dipadatkan dengan cara menginjak-injak dengan hati-hati. Leher akar diusahakan tepat berada pada permukaan tanah. Pada saat penanaman dilakukan pemupukan dengan pupuk Rock Phosphate (RP) sebanyak 500 gram/lubang tanam. Setengah bagian dimasukkan ke dasar lubang dan sisanya dicampur dengan top soil.
Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, penjarangan naungan. # Penyiraman dilakukan dua kali satu hari jika tidak ada hujan. # Pemupukan dengan menggunakan urea atau pupuk majemuk dengan dosis 2 g/liter air. # Setelah bibit berumur 2,5 – 3 bulan naungan perlu dihilangkan, agar bibit dapat beradaptasi. # Demikian pula seleksi di persemaian pendahuluan dimulai saat tanaman berumur 2,5 – 3 bulan.
Pemeliharaan tanaman Penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta seleksi bibit. Penyiraman dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore) jika curah hujan kurang dari 10 mm. Penyiangan dilakukan terhadap gulma di dalam kantong plastik dan di petakan pembibitan. Pada saat penyiangan sekaligus dilakukan penggemburan tanah. Rotasi penyiangan dilakukan dua minggu sekali.
PEMUPUKAN Strategi pemupukan: Tepat jenis (memilih kombinasi jenis pupuk berdasarkan komposisi unsur hara utama & tambahan; memilh berdasarkan sifat kelarutan dan sifat tanahnya). Tepat waktu & frekuensi (ditentukan oleh iklim/ CH, sifat fisik tanah, logistik pupuk, adanya sifat sinergis & antagonis antar unsur hara Tepat cara (ditentukan berdasarkan jenis pupuk, umur tanaman, jenis tanah) Tepat dosis (pd TBM vs TM; diagnosis visual dan secara kimia, yakni analisis tanah, analisis daun ) Pemanfaatan limbah sbg penyedia hara.
Cara pemupukan : Penyebaran secara merata pada lingkar luar dan dalam batang (lihat gambar) Penempatan pupuk pd jalur lingkaran Penempatan pupuk pd larikan (lubang memanjang) mengelilingi pokok dan pupuk dibenamkan dalam larikan yg ditimbun lg dg tanah Pemupukan melalui daun Pemupukan melalui ketiak pelepah (pupuk Borate, pada daun ke-9 spi ke-17 ) Pemupukan melalui infus akar (unsur mikro).
● : pohon kelapa sawit ● : pohon kelapa sawit Jari-jari Piringan 0.50 m 1.00 m 2.75 m ● : pohon kelapa sawit ● : pohon kelapa sawit : daerah penyebaran pupuk N : daerah penyebaran N, P, K, Mg Gambar : Penyebaran pupuk N, P, K, dan Mg pada piringan KS TM
Faktor Biotik : Hama, Penyakit dan Gulma Jenis Hama, Tingkat Kepentingan dan Kemudahan Diatasi Hama yang umumnya menyerang tanaman kelapa sawit adalah serangga. Tabel 8 berikut ini merupakan jenis hama yang umum menyerang kelapa sawit dan cara menanggulanginya. Berbagai jenis hama tersebut dapat dengan cepat tersebar dari suatu areal kebun ke areal lainnya. Keadaan yang demikian menghendaki adanya upaya pengendalian hama secara berkelompok dari petani-petani sehamparan.
Tabel 8. Jenis Hama dan Cara Menanggulanginya No. Jenis Hama Cara Menanggulanginya 1 Serangga (kumbang malam, kutu daun, belalang dan ulat api) pada tahap pembibitan Menggunakan insektisida dengan sangat hati- hati karena bibit peka terhadap bahan-bahan kimia 2 Mammalia, seperti landak (Porcupine), gajah, babi dan tikus pada tanaman muda dan pohon dewasa Dengan pestisida, mekanis, biologis (burung hantu utk tikus) Sumber : Vademekum Kelapa Sawit (1993)
Jenis Penyakit, Tingkat Kepentingan Penyakit, patogen penyebab, gejala dan cara menanggulangi disajikan pada Tabel 9
Tabel 9. Jenis Penyakit dan Cara Menanggulanginya No. Jenis Penyakit Gejala Cara Menanggulangi- nya 1 Anthracnose Daun membusuk, berwarna kelabu dan sangat rapuh Fungisida 2 Helminthosporium Bercak pada daun 3 Phytopthora Daun berwarna kecoklatan 4 Rhizotonia sp. Dan Phytium sp. Warna daun berubah menjadi coklat kemerahan seperti terbakar dan akar busuk 5 Botiodiplodia sp., Glomaerella singulata, Melacoiem elaedis (Anthracnose) Menyerap daun (bercak daun hijau) 6 Culvularia sp., Helminthosporium sp. Bercak daun/black spot Sumber : Vademekum Kelapa Sawit (1993)
Jenis Gulma Dominan dan Pengendaliannya Gulma yang biasa sukar diatasi pada tanaman kelapa sawit umumnya adalah alang-alang dan pakis-pakisan. Jenis-jenis gulma dan cara menanggulanginya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jenis Gulma Dominan dan Cara Menanggulanginya No. Jenis Gulma Cara Menanggulanginya 1. Alang-alang, cynodon, cyperus dan beberapa jenis rumput-rumputan (berdaun sempit) Secara manual dengan babat tangan dan kored dan secara kimia dengan herbisida. Jenis herbisida yang digunakan disesuaikan dengan kelompok spesies pada areal yang sangat luas. 2. Mikania micrantha, Eupathorium odoratum, Boreraria alata (berdaun lebar) 3. Paku-pakuan Sumber : Vademekum Kelapa Sawit (1993)
Tabel 11. Perkembangan Bunga Betina dan Tandan Kelapa Sawit Umur Setelah Seludang Terbuka Keadaan Bunga/Tandan Daging Buah 10 hari Bunga anthesis Belum ada 1 bulan Buah kecil terbentuk pada tandan Putih kehijauan lunak berair 2 bulan Tandan muda Putih kehijauan 3 bulan Kuning kehijauan 4 bulan Tandan mentah Kuning kemerahan 5 bulan Hampir masak Sumber : PTPN VII (1993)
Kastrasi : Membuang bunga Keuntungan kastrasi pada tanaman kelapa sawit antara lain : Merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghemat penggunaan unsur hara dan air. Menyeragamkan pembungaan. Menciptakan kondisi tanaman yang bersih sehingga dapat mengurangi serangan penyakit busuk buah. Kastrasi masih dilakukan sampai sekitar 6 bln sebelum panen pertama
Tabel 12. Bobot Tandan Rata-rata Menurut Umur Tanaman Umur (tahun) Bobot Tandan (kg) 4 4 – 5 5 6 – 7 8 – 9 10 – 11 10 12 – 15 11 – 13 17 14 – 15 18 16 – 17 20 18 – 19 22 20 – 21 25 22 – 23 24 – 25 Sumber : PTPN. VII (1993)
Tabel 13. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Menurut Umur Tanaman dalam Kondisi Kebun Percobaan Balit Marihat Umur Di Lapangan (Tahun) Produksi TBS (ton/ha/ Thn) Rendemen Minyak Sawit (%) Sawit (kg/ha/Thn) Minyak Inti Sawit Rende men (%) 4 8 15 1.280 2,5 200 5 18 2.700 3,0 450 6 17 19 3.230 3,5 595 7 21 3.780 630 20 22 4.400 700 9 23 4.830 735 10 5.290 805
Umur Di Lapangan (Tahun) Produksi TBS (ton/ha/ Thn) Rendemen Minyak Sawit (%) Sawit (kg/ha/Thn) Minyak Inti Sawit Rende men (%) 11 25 23 5.750 3,5 875 12 26 5.980 910 13 30 6.900 1.050 14 15 16 17 29 6.670 1.015
Umur Di Lapangan (Tahun) Produksi TBS (ton/ha/ Thn) Rendemen Minyak Sawit (%) Sawit (kg/ha/Thn) Minyak Inti Sawit Rende men (%) 18 28 23 6.440 3,5 980 19 20 25 5.750 875 21 5.290 805 22 4.600 700 3.760 630 24 3.680 560 Sumber : PTPN. VII (1993)
Beberapa gejala visual tanaman yang tumbuh tidak normal di lapangan antara lain Pertumbuhan pelepah daun berputar (twisted frond). Tanaman memperlihatkan gejala bercak oranye (orange spotting). Helaian daun melengkung berputar ke bawah, sebagian daunnya membusuk. Susunan anak daun pada pelepah sempit memanjang (narrow leaves). Susunan anak daun sangat rapat seperti sirip ikan. Pohon kerdil atau kurus akibat terserang penyakit. Tanaman bertunas atau bercabang (Viviparous). Anak daun keriting-kusut (Wrinckled).
Tabel 15. Tingkat Kematangan Buah pada Tanaman Kelapa Sawit Fraksi Jumlah Berondolan Yang Lepas Derajat Kematangan 00 Buah yang masih berwarna hitam *) dan belum ada yang memberondol Sangat mentah Buah sudah berwarna merah/orange dan buah luar sudah memberondol 1 sampai 12,5 % Mentah 1 Buah luar sudah memberondol 12,5 sampai 25 % Hampir matang 2 Buah luar sudah memberondol 25 sampai 50 % Matang 3 Buah luar sudah memberondol 50 sampai 70 % 4 Buah luar sudah memberondol 75 sampai 100 % Lewat matang 5 Bagian dalam buah sudah ikut memberondol Sumber : Pedoman Teknis No. 40 tahun 1984, PPM Medan