Chapter 10 Coaching Youth Sports Fhany Aprilia Indah Praditasari Jehan Jessyca
Sport Socialization Sosialisasi merupakan sebuah proses komunikasi masyarakat ke kepada seseorang yang ia diharapkan. Seseroang dapat memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada olahraga seseorang sebagai anggota dalam team juga memiliki peran tersendiri. Sebagai seseorang atlet yang masih muda, sosial emosinoal dapat terlihat jelas. Begitupun seorang atlet yang sedang berada pada masa puberitas, terkadang mengalami hambatan dalam bersosialisasi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dan bereperan dalam olahraga dan aktifitas fisik : Socialization factor Situational & environment factor Family trend Personal factors
When Children Ready to Compete ? Banyak orang tua yang tidak dapat memisahkan keinginannya dengan keinginan anak. Orang tua terlalu mendorong anak untuk berkompetisi dan juara Judge objectively Orangtua mencari bakat dan minat yang seseuai mengarahkan. Membuat anak senang bukan orang tua saja yang senang. Kesiapan > Kematangan, dan perkembangan skill > sukses.
Primary Factors of Readiness Sign of Readiness
Why Children Participate in Sport ? Youth sport popular >< Children dorp out sport Dipengaruhi oleh alasan seorang anak berpartisipasi dalam olahraga mengetahui kebutuhan, keinginan dan tujuan. What adults think Children VS What adults really Children. Sport Commitment Model
Why Children Drop Out Gould (1984) alasan utama anak berhenti olahraga adalah karena tekanan untuk menang Kurangnya keberhasilan, keterlibatan dalam kegiatan lain, dan adanya minat lain juga menjadi penyebab Penyebab anak-anak berhenti olahraga dibagi menjadi tiga hal, yaitu: comparative appraisal, perceived lack of ability, dan low intrinsic motivation
Comparative Appraisal Anak-anak mulai membandingkan diri dengan orang lain untuk menentukan status mereka pada kemampuan motorik mulai usia 4 sampai 5 tahun. Proses tersebut disebut dengan comparative appraisal Saran bagi pelatih dan orang tua untuk membantu atlet muda menangani proses tersebut: Hindari membandingkan dengan orang lain Membantu mereka menyadari bahwa ‘berbeda’ tidak berarti ‘lebih baik” Menjadi model positif bagi anak-anak Membantu mencegah stres yang berhubungan dengan olahraga
Perceived Lack of Ability Saran terbaik bagi para pemimpim program olahraga junior adalah fokus pada perbaikan dan usaha, bukan kemampuan yang rendah Roberts (1993) alasan utama anak-anak berhenti olahraga adalah mereka gagal karena kurang kemampuan Mulai usia 11 dan 12 tahun, ‘perceived ability’ menjadi sangat penting sebagai faktor pendorong untuk berolahraga Hubungan antara ‘perceived ability’ dan berhenti olahraga dapat dijelaskan melalui teori motivasi berprestasi
Lack of Achievement Motivation Penting untuk diketahui bahwa keberhasilan atau kegagalan atlet bukanlah isu yang penting Yang terpenting adalah persepsi individu dari keberhasilan atau kegagalan yang menentukan pengaruh kompetensi terhadap motivasi dan ketekunan Nicholls terdapat dua faktor yang berkontribusi dalam bertahan atau keluar dari olahraga: Persepsi individu terhadap penampilannya sebagai kesuksesan atau kegagalan Bagaimana mereka menghubungkan penyebab dan hasilnya
Anak-anak harus tahu bahwa setiap individu mampu untuk improve Dalam olahraga junior, pengembangan keterampilan harus menyenangkan, tidak pada kontes kemenangan Hasil pertandingan bukanlah sebuah tujuan, tetapi hanya hasil belajar, peningkatan kinerja, dan peningkatan kepercayaan diri Sekali atlet junior merasa bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk menjadi sukses, kemungkinan mereka meninggalkan olahraga meningkat
Orang dewasa dapat mencegah hal tersebut dengan: make within-individual comparisons membantu anak membandingkan performance saat ini dengan sebelumnya focus on strengths memperkuat keterampilan spesifik dari atlet secara kompeten, sembari improve keterampilan yang kurang set performance goals membuat tujuan sesuai dengan kemampuan encourage children after failure mengingatkan kompetensi mereka dan setiap atlet pasti mengalami kegagalan stress individual differences memberitahu bahwa setiap individu tumbuh dan dewasa dalam tingkat yang berbeda (remaja lebih pada body-image)
Low Intrinsic Motivation Intrinsic motivation keinginan untuk melakukan sesuatu karena menyenangkan Pelatih mengatakan bahwa anak-anak ingin dan perlu sistem reward untuk mempertahankan minat dan mendapatkan kesenangan dari berolahraga Namun, peneliti belum menemukan hal tersebut Ketergantungan pada reward merupakan bentuk extrensic motivation
Pengaruh award terhadap intrinsic dan extrinsic motivation berhubungan dengan bagaimana anak memandang alasan dari award tersebut Award dapat meningkatkan intrinsic motivation, tetapi hanya dalam kondisi tertentu Untuk meningkatkan intrinsic motivasi melalui penggunaan rewards, sebaiknya mempertimbangkan saran-saran berikut
Rewards should reflect ability Reward all players Teach skills Promote social support Remember the modeling effect Allow for team decisions Ensure success Awards should be unexpected Use joint goal setting Keep practices and games fun
Competitive Stress Reaksi emosional negatif ketika harga dirinya terancam Scanlan & Passer (1978) competitive stress didasarkan pada persepsi anak tidak mampu memenuhi tuntutan kinerja dan persepsi tentang konsekuensi dari kegagalan Competitive stress dapat terjadi kapan saja: sebelum kompetisi, selama kompetisi, dan setelah kompetisi
Coaching Children: Positive Approaches to Avoiding Dropout Salah satu cara pelatih dalam memberikan kepemimpinan yang efektif untuk anak-anak adalah memahami alasan anak-anak meninggalkan olahraga dan mengatasi kekhawatiran mereka secara individual Reason 1: not getting to play Reason 2: negative reinforcement Reason 3: mismatching Reason 4: psychological stress Reason 5: failure Reason 6: overorganization
Gender Differences: Implications for Coaching Females Yang membedakan dengan atlit laki2 adalah pubertas. Menarche Contraception Pregnancy
The Role of Parents Child Athletes’ Self-Perception and Motivation persepsi anak2 biasanya dipengaruhi oleh persepsi orang dewasa Child Athletes’ Emotions Persepsi anak terhadap tekanan orang tua (OT) untuk berpartisipasi dalam sport. Perilaku OT yang dipersepsikan oleh anak sebagai hal yang positive OT mungkin mempengaruhi kebutuhan anaknya dan motivasi untuk mencapai tujuan yg menantang.
The parent orientation meetingorangtua merasa butuh diberitahu mengenai perannya Guidelines: Pertemuan harus pada waktu dan tempat yang nyaman untuk semua pihak Anak tidak seharusnya dilarang untuk menghadiri meeting. Pastikan minuman gratis yang tersedia dan disebutkan pada semua iklan yang ditulis. League officials harus berpakaian dengan tepat untuk memproyeksikan citra profesional
The parent orientation meeting (cont) Developinng The meeting’s Agenda Introduction, Understanding the sport, danger and risk injury, equipment needs, coaching philosophy, emergency procedures, the child responsibilities, the parents’ responsibilities. Written input Scheduling Parent Meetings
Postseason Evaluation What Should Be Evaluated?--> skill, knowledge, fitness, and attitude Who Should Evaluated? playes (questionnaire) Evaluation Steps mengindentifikasi hasil; dari season. Mengumpulkan data evaluasi Analisis data Melaksanakan perubahan yang dibutuhkan
Bill of Rights for Young Athletes Right to practice in sport Right to participate at a level commensurate with each child’s maturity and ability. Right to have qualified adults leadership Right to play as child and not as adults Right of children to share in the leadership and decision making of their sport participation Right to participate in safe and healthy environments Right to proper presentation for participation in sport Right to have an equal opportunity to strive for success Right to be treated with dignity Right to have fun in sport
Concluding Thoughts Menjadi atlit dapat mencegah anak menjalani kehidupan yang salah
Review
THANKS!