AKUNTANSI SYARIAH Iwan Triyuwono Universitas Brawijaya iwant@ub.ac.id; itriyuwono@gmail.com
Definisi Akuntansi Syariah adalah seni dan ilmu meracik informasi yang berfungsi sebagai dzikir dan doa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, mental, dan spiritual manusia dalam rangka beribadah, bertakwa, dan kembali kepada Allah dengan jiwa yang suci dan tenang
Akuntansi Syariah adalah seni dan ilmu (Ali Imran 3: 190-191) meracik informasi (al-Baqarah 2: 282) yang berfungsi sebagai dzikir (al-Baqarah 2: 152) dan doa (al-Mukmin/Ghafir 40: 60) untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, mental, dan spiritual manusia (al-Baqarah 2: 172) dalam rangka beribadah (ad-Dzariyat 51: 56), bertakwa (al-Hujurat 49: 13), dan kembali kepada Allah (al-Baqarah 2: 156) dengan jiwa yang suci dan tenang (al-Fajr 89: 27-28).
“seni dan ilmu (Ali Imran 3: 190-191)”= Merupakan refleksi dari proses berdzikir dan berpikir yang dilakukan oleh seorang ulul-albab dalam upaya mengkonstruksi dan mengaplikasi ilmu pengetahuan
“meracik informasi (al-Baqarah 2: 282)”= Mengkomposisikan informasi yang baik dan bermanfaat sebagai konsekuensi atas transaksi yang dilakukan manusia
“yang berfungsi sebagai dzikir (al-Baqarah 2: 152)”= Merupakan upaya manusia untuk menggunakan informasi akuntansi sebagai alat untuk mengingat Allah dalam keadaan apapun
“dan doa (al-Mukmin/Ghafir 40: 60)”= Informasi akuntansi di samping dijadikan sebagai alat untuk berdzikir juga sebagai alat untuk berdoa, karena usaha manusia sangat bergantung pada kehendak Allah
“untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, mental, dan spiritual manusia (al-Baqarah 2: 172)” = Informasi akuntansi digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara utuh, yaitu bukan semata-mata untuk kebutuhan materi manusia, tetapi juga kebutuhan mental dan spiritualnya
“dalam rangka beribadah (ad-Dzariyat 51: 56)” = Untuk apa kita melakukan semua itu? Yaitu, hanya untuk beribadah kepada Allah SWT
“bertakwa (al-Hujurat 49: 13)” = Dalam rangka bertakwa, yaitu tunduk, patuh, dan pasrah pada kehendak Allah SWT yang dirasakannya secara nyata dalam hati yang terdalam
“dan kembali kepada Allah (al-Baqarah 2: 156)” = Dan dalam rangka kembali ke rahmat Allah SWT sebagai dambaan akhir perjalanan hidup manusia
“dengan jiwa yang suci dan tenang (al-Fajr 89: 27-28)” = Yaitu kembali ke rahmat Allah dengan jiwa yang tenang, suci, dan diridhai Allah SWT
Bandingkan dengan... Akuntansi [Modern] adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, menyajikan informasi atas transaksi keuangan dari entitas usaha untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Informasi materi, atas transaksi materi, untuk pengambilan keputusan materi Tujuan akhir adalah keputusan ekonomi
Konstruksi Akuntansi Syariah Konstruksi akuntansi syariah melalui: Diri Ontologi Epistemologi Metodologi (dan metode)
Diri Diri (self) yang bertakwa kepada Allah SWT Berfungsi sebagai Wakil Allah di Bumi (Khalifatullah fil Ardh) Menciptakan dan mendistribusikan rahmat (ekonomi, mental, dan spiritual) bagi semua manusia dan alam (Al-Anbiya 107)
Ontologi (teori keberadaan) Konsekuensi dari pemahaman diri sebagai diri yang bertakwa adalah pemahaman tentang ontologi tauhid Ontologi tauhid: Allah Wahyu Sunnatullah
Epistemologi (teori ilmu pengetahuan) Konsekuensi diri yang bertakwa dan ontologi tauhid adalah epistemologi tauhid. Epistemologi tauhid: Ilmu adalah cahaya ilahi Ilmu yang mencerahkan (mengantarkan kesadaran untuk kembali pada Allah) Ruh, hati, akal, dan nafsu yang suci sebagai instrumen untuk mendapatkan dan mengembangkan ilmu
Konsekuensi dari Diri yang bertakwa, ontologi tauhid, dan epistemologi tauhid adalah metodologi tauhid Metodologi tauhid: Berguru pada Allah SWT Metode tauhid: Dzikir, doa, dan tafakkur
Riyadhah untuk diri Unsur metafisik manusia terdiri dari: Nafsu Akal Hati Ruh
Riyadhah untuk nafsu Nafsu berkaitan dengan kecenderungan hewani, yaitu kecenderungan untuk memenuhi keinginan-keinginan tubuh fisik Riyadhah ini dilakukan untuk memberdayakan kecerdasan fisik
Riyadhah yang dilakukan untuk mengolah nafsu meliputi: Berpuasa dan berdiet Berolah-raga Berdzikir
Riyadhah untuk akal Riyadhah ini dilakukan untuk memberdayakan kecerdasan akal Riyadhah yang dilakukan untuk mengolah akal meliputi: Mengkonsumsi ilmu-ilmu yang positif Berpikiran positif Berbuat kebaikan Berdzikir
Riyadhah untuk hati Riyadhah ini dilakukan untuk memberdayakan kecerdasan emosi Riyadhah yang dilakukan untuk hati meliputi: Memperkuat rasa-rasa positif Menghadirkan rasa-rasa positif Berbuat baik dengan dasar rasa-rasa positif Berdzikir
Riyadhah untuk ruh Riyadhah yang dilakukan untuk ruh pada dasarnya untuk memperkuat kecerdasan spiritual Riyadhah yang dilakukan meliputi: Berguru pada Allah Berdzikir, berdoa, dan bertafakkur
Semua bentuk kecerdasan di atas adalah bertauhid dalam pengertian bahwa semua bentuk kecerdasan tersebut berada dalam satu-kesatuan (tidak pernah terpisah) dan dalam bingkai iman dan takwa
Ada apa dengan akuntansi modern? Akuntansi modern tidak pernah bebas dari nilai sebagaimana yang dipahami selama ini Akuntansi modern sarat dengan nilai-nilai berikut ini: Materialistik Egoistik Sekuler Ateis
Konsekuensi perilaku Nilai-nilai ini sekaligus menjadi kelemahan dari akuntansi modern Mengapa demikian? Karena para pengguna yang mengkonsumsi akuntansi modern akan berperilaku materialistik, egoistik, sekuler, dan ateis
Akibatnya? Terjadi kerusakan pada: Diri manusia secara individual Hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Allah Alam
Akankah akuntansi modern kita tolak? Ingatlah! Akuntansi modern mendapatkan kontribusi dari peradaban Timur/Muslim berupa: Double entry bookkeeping system Angka Arab-Hindu Al-Jabar (matematika)
Akuntansi syariah sebagai solusi Akuntansi syariah seperti yang telah didefinisikan di atas menjadi solusi atas kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan akuntansi modern saat ini
Filosofi Bentuk filosofis akuntansi syariah pada dasarnya adalah tauhid, yaitu kesatuan dari segala sesuatu yang beroposisi dengan takaran yang seimbang dan harmonis
Tauhid Iman (Faith), Ilmu (Knowledge), dan Amal (Action)
Iman (Faith), Ilmu (Knowledge), dan Amal (Action) Humanis Emansipatoris Transendental Teleologikal
Humanis Emansipatoris Transendental Teleologikal Instrumental: Socioeconomic Critical : Justice All-inclusive : Rational-intuitive Ethical : Holistic welfare
Instrumental: Socioeconomic Critical : Justice All-inclusive : Rational-intuitive Ethical : Holistic welfare Teori Akuntansi Syariah
Teori Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah Praktik Akuntansi Syariah
Khalifatullah fil ardh Akuntansi syariah berangkat dari konsep kesadaran diri manusia sebagai khalifatullah fil ardh, yaitu manusia yang: Beriman dan bertakwa yang mendapatkan tugas untuk menciptakan dan menyebarkan rahmat (kesejahteraan) bagi seluruh ummat manusia dan alam
Asumsi ini sangat berbeda dengan akuntansi modern yang menganggap manusia sebagai homo economicus (binatang ekonomi)
Shariah enterprise theory Kesatuan usaha adalah sebuah konsep yang digunakan oleh khalifatullah fil ardh sebagai alat untuk menciptakan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh ummat manusia dan alam Jadi, tujuan utama dari kesatuan usaha adalah bukan untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya, tetapi menciptakan dan menyebarkan rahmat
Rahmat yang dimaksud adalah rahmat ekonomi, mental dan spiritual Bentuk rahmat tertinggi (bagi manusia) adalah takwa, yaitu sebuah bentuk kesadaran ilahi di mana manusia merasakan kehadiran Allah dalam dirinya dan kemudian tunduk, patuh, serta pasrah secara total pada kehendakNya (islam, salam)
Takwa adalah bentuk kesadaran terdalam manusia Dengan takwa, manusia mengetahui secara konkrit hubungan dirinya dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan alam Dengan takwa manusia akan mampu memahami (pada tingkat ilmul yaqin, ainul yaqin dan haqqul yaqin) amanah yang diberikan Allah
Shariah enterprise theory (SET) atau teori kesatuan usaha syariah merupakan konsep kesatuan usaha di mana manusia telah mendapatkan amanah dari Allah SWT untuk mengelola sumber daya ilahi (yang terhampar di alam semesta) agar menjadi rahmat bagi semua manusia dan alam (stakeholders), dan yang lebih utama adalah rahmat berupa takwa kepada Allah SWT
Karena manusia telah mendapatkan amanah dari Allah untuk kepentingan manusia itu sendiri dan alam, maka manusia pengelola harus ber- Akuntabilitas pada Allah Akuntabilitas pada manusia, dan Akuntabilitas pada alam
Kesatuan usaha syariah dikelola dengan menggunakan manajemen tauhid, yaitu sebuah model manajemen di mana manajemen menggunakan rasa kesatuan dalam dirinya (tauhid) dengan Allah, dengan dirinya, dengan orang lain, dan dengan alam
Laporan akuntansi syariah Akuntansi syariah tidak menggunakan istilah Laporan Keuangan (Financial Statements) untuk melaporkan semua transaksi yang dilakukan organisasi syariah
Mengapa demikian? Karena akuntansi syariah tidak membatasi dirinya pada transaksi keuangan, tetapi juga segala sesuatu yang menyertai transaksi keuangan tersebut, seperti: “transaksi mental” dan “transaksi spiritual”
Dengan alasan tersebut, untuk nama Laporannya, akuntansi syariah menggunakan Laporan Akuntansi syariah (Shari’ah Accounting Statements)
Laporan yang disampaikan meliputi informasi-informasi kuantitatif dan kualitatif, yang semuanya merupakan bentuk akuntabilitas pada Tuhan
Tujuan akuntansi syariah Dalam konteks yang lebih luas, tujuan akuntansi syariah tentu saja tidak sebatas pada tujuan laporan akuntansi syariah
Tujuan akuntansi syariah meliputi tiga tingkat, yaitu: fisik, mental, dan spiritual
Tujuan fisik Menyediakan informasi dzikir dan doa sebagai media akuntabilitas pada Allah, manusia, dan alam (untuk kebutuhan ekonomi, mental, dan spiritual)
Tujuan mental: Menciptakan rasa kasih, sayang, damai, dan persaudaraan bagi para pengguna
Tujuan spiritual: Membangkitkan rasa kesadaran ilahi (takwa)
Ketiga tujuan tersebut tidak terpisah antara yang satu dengan yang lain. Semuanya dalam satu kesatuan sebagaimana tubuh manusia yang terdiri tubuh fisik, mental, dan spiritual
Dengan tujuan tersebut, diharapkan bahwa para pengguna tidak terperangkap pada dunia materi. Tetapi para pengguna diantarkan pada realitas untuk kembali ke Allah, innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji-uun
______________________________________________________________________ Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Laporan Komitmen Tauhid Perusahaan X Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20xx Kami menjalankan bisnis dengan etika dan akhlak syari’ah atas dasar keimanan pada Allah Kami menjalankan bisnis ini dalam rangka beribadah dan merealiasikan tugas kami sebagai wakil Allah di bumi Kami mengelola sumber daya ilahi untuk kepentingan manusia dan alam dalam rangka kembali pada Allah dengan jiwa yang suci dan tenang Alhamdulillah ___________________________________________________________________________
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Laporan Rahmat Allah Perusahaan X Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20xx ___________________________________________________________________________________________ Kami telah menggunakan sumber daya yang telah disediakan oleh Allah untuk menciptakan rahmat Kami telah menciptakan rahmat berdasarkan pada rasa kasih, sayang, damai, dan persaudaraan dengan jumlah: Rahmat Rp. Xxx Kami telah mendistribusikan rahmat tersebut berdasarkan pada rasa kasih, sayang, damai, dan persaudaraan kepada: Pemasok Rp. Xxx Pemilik xxx Kreditur xxx Manajemen xxx Pegawai xxx Pemerintah xxx Pihak Lain xxx Delapan Asnaf xxx Alam xxx Kami bertanggungjawab sepenuhnya atas saldo rahmat berjumlah Rp. Xxx untuk kinerja yang lebih baik pada masa yang akan datang. Alhamdulillah
_____________________________________________________________________ Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Laporan Amanah Allah Perusahaan X 31 Desember 20xx ______________________________________________________________________ Kami mengakui bahwa pemilik sebenarnya dari semua sumber daya ini adalah Allah Kami mengelola semua sumber daya ini dengan jujur sebagai amanah dari Allah untuk kepentingan manusia dan alam Amanah Rp. xxx Kami menerima amanah melalui beberapa pihak: Kreditur Rp. xxx Pemilik xxx Lainnya xxx Alhamdulillah
Teori akuntansi syariah lainnya
Nilai tambah syariah Nilai-tambah Syari’ah adalah nilai–tambah ekonomi, nilai-tambah mental, dan nilai-tambah spiritual yang diperoleh secara halal, diproses secara halal, dan didistribusikan secara halal
Nilai-tambah ekonomi, mental, dan spiritual Didistribusikan secara halal Diperoleh secara halal Nilai-tambah ekonomi, mental, dan spiritual Diproses secara halal
ANGELS (Kinerja Bank Syariah) Nilai Proses, Hasil, dan Stakeholders Faktor Keterangan Etika Syari’ah Proses Amanah management Shari’ah strategic management system Inovasi Akuntabilitas terhadap Tuhan Akuntabilitas terhadap stakeholders Akuntabilitas terhadap alam Hasil Non-economic wealth Kesejahteraan mental Kesejahteraan spiritual Stakeholders Give out Direct participants Indirect participants Alam Earnings, capital, and assets quality Mirip dengan yang ada pada CAMELS, tetapi perlu beberapa modifikasi yang cukup berarti Liquidity and sensitivity to market Mirip dengan yang ada pada CAMELS dengan modifikasi Socio-economic wealth Koleksi dana zakat, infaq, dan shadaqah Dana al-qardhul-hasan
Kinerja bisnis syariah (pentuple bottom line) Concept Elements Indicators Pentuple Bottom Line (PBL) Profit Sharia value-added (SVA) Planet Unity Balance Harmony Beauty People Brother/sisterhood Cooperation Duty and Right Prophet Truthfulness Trustworthiness Wisdom Advocacy God Divine will
Kinerja manajemen syariah No Realitas Perspektif Indikator Orientasi Stakeholders 1 Fisik (Materi) Kesalehan Keuangan Nilai Tambah Syari’ah Zakat Dan lain-lainnya Proses dan Hasil Manusia, Alam, dan Tuhan 2 Psikis (Mental) Kesalehan Mental dan Sosial Damai Kasih Sayang Adil Empati Peduli Proses 3 Spiritual Kesalehan Spiritual Ikhsan Cinta Taqwa
Penutup Akuntansi syariah adalah sebuah bentuk disiplin dan praktik yang holistik (tauhidik) sehingga dapat mengantarkan penggunanya pada kesadaran ilahi untuk kembali pada Allah dengan jiwa yang suci dan tenang Takwa adalah salah satu tahapan untuk kembali pada Allah Takwa adalah sebuah bentuk capaian spiritual di mana manusia mersakan kehadiran Allah dalam dirinya yang terdalam, kemudian yang bersangkutan tunduk, patuh, dan pasrah secara total pada kehendak Allah
Wallaahu a’lam