TITRASI PENGENDAPAN ARGENTOMETRI
Dasar : Reaksi pengendapan dari senyawa ionik. Jika titrant yang digunakan adalah larutan Perak Nitrat (AgNO3) maka disebut dengan Argentometri. Kurva Titrasi analog kurva titrasi reaksi asam basa. Perbedaannya hasil kelarutan endapan disubstitusikan ke dalam harga Ksp nya. Volume titrant vs pX ( X= anion atau kation) Pada bagian ini akan dibahas hanya untuk Argentometri
Ada 4 daerah perhitungan pX untuk titrasi pengendapan yaitu: pX mula mula : ditentukan dari konsentrasi analat. pX sebelum Titik Ekivalent : ditentukan dari setelah penambahan titrant tetapi belum mencapai ekivalen dgn analat. pX Titik Ekivalent : ditentukan saat titik ekivalent tercapai. pX setelah Titik Ekivalent : ditentukan setelah kelebihan titrant setelah mencapai titik ekivalent.
b. Setelah penambahan 20 mL AgNO3 0,1M NaCl + AgNO3 ↔ AgCl↓ + NaNO3 Contoh : Hitung pAg dari larutan pada titrasi 50 mL NaCl 0,1 M dengan AgNO3 0,1 M setelah penambahan volume : 0 mL; b. 20 mL; c. 50 mL; d.60 mL (Ksp AgCl = 1,83 x 10-10 ). a. Belum ada penambahan titrant AgNO3-, sehingga [Ag+]=0 dan pAg tidak dapat ditentukan. b. Setelah penambahan 20 mL AgNO3 0,1M NaCl + AgNO3 ↔ AgCl↓ + NaNO3 Mula mula 5 mmol 2 mmol 0 mmol 0 mmol Reaksi 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol Sisa 3 mmol 0 mmol 2 mmol 2 mmol Reaksi yg terjadi : NaCl + AgNO3 ↔ AgCl↓ + NaNO3 AgCl↓ ↔ Ag+ + Cl-
c. Setelah penambahan 50 mL AgNO3 0,1M. NaCl + AgNO3 ↔ AgCl↓ + NaNO3 Belum mencapai TE, [Cl- ]sisa = 3 mmol /(50+20)mL = 0,043 M Adanya Cl- dari NaCl pada pengendapan AgCl (pengaruh ion senama) Ksp AgCl↓ = [Ag+][Cl-] [Ag+] = Ksp / [Cl-] [Ag+] = 1,82x10-10 / [0,043] = 4,23x10-9 pAg = -log [4,23x10-9 ] = 8,37 c. Setelah penambahan 50 mL AgNO3 0,1M. NaCl + AgNO3 ↔ AgCl↓ + NaNO3 Mula mula 5 mmol 5 mmol 0 mmol 0 mmol Reaksi 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol Sisa 0 mmol 0 mmol 5 mmol 5 mmol
Titik ekivalen tercapai , [Ag+] = [Cl-] Harga [Ag+] dihitung dari Ksp nya. Ksp AgCl↓ = [Ag+][Cl-] [Ag+] =√ Ksp [Ag+] = √1,82x10-10 = 1,35 x 10-5 pAg = -log [1,35x10-5] = 4,87 d. Setelah penambahan 60 mL AgNO3. NaCl + AgNO3 ↔ AgCl↓ + NaNO3 Mula mula 5 mmol 6 mmol 0 mmol 0 mmol Reaksi 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol Sisa 0 mmol 1 mmol 5 mmol 5 mmol Melewati TE, [Ag+ ]sisa =1 mmol /(50+60)mL= 9,091x10-3 M pAg =-log[9,091x10-3 ]= 2,04
Faktor yang mempengaruhi titik ekivalen: Konsentrasi analat dan titrant : Makin besar konsentrasinya maka makin besar daerah perubahan pAg (pX) sekitar TE, sehingga makin mudah menentukan TE. 2. Harga Ksp: Makin kecil harga ksp, maka makin cepat terbentuk endapan, sehingga makin sempurna reaksi pengendapan dan daerah perubahan pAg sekitar TE makin besar, jadi makin mudah menentukan TE.
Pengaruh konsentrasi titrant pada kurva titrasi: 50 mL NaCl 0,05 M dengan AgNO3 0,1 M. 50 mL NaCl 0,005 M dengan AgNO3 0,1 M
Pengaruh kesempurnaan reaksi pada kurva titrasi Pengaruh kesempurnaan reaksi pada kurva titrasi. Untuk setiap kurva, 50 mL larutan anion 0,05 M yang dititrasi dengan 0,1M AgNO3
Ada tiga bentuk titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan Perak nitrat (AgNO3) yaitu : Indikator Kimia Potensiometri Amperometri Titik akhir yang dihasilkan dengan indikator kimia biasanya terjadi perubahan warna atau munculnya / hilangnya turbiditas ( kekeruhan) dari larutan yang dititrasi.
Ada 3 jenis metode pada titrasi Argentometri yang berdasarkan indikator kimia yang digunakan. Metode Mohr Metode Volhard Metode Fajans 1. Metode Mohr Indikator : Ion Kromat (K2CrO4) Titrant : AgNO3 Tujuan : Menentukan garam garam Halida (secara langsung). Reaksi : Ag+ berlebih + Cl- ↔ AgCl↓ (putih) + Ag+sisa Ag+sisa + CrO4= ↔ Ag2CrO4 ↓(merah bata)
pH < : CrO4= ↔ Cr2O7= Pengaruh pH : pH > : terbentuk endapan AgOH 2Ag+ + 2OH- ↔ 2AgOH↓ ↔ Ag2O↓ + H2O pH < : CrO4= ↔ Cr2O7= 2H+ + CrO4= ↔ Cr2O7= + H2O Dapat mengurangi konsentrasi indikator sehingga sulit timbul endapan . Selama titrasi, larutan harus di aduk supaya tidak terjadi kelebihan titrant lokal, akibatnya akan terjadi pengendapan indikator sebelum TE.
2. Metode Volhard Indikator : Ion Besi III Titrant : SCN- (titrasi langsung) AgNO3 (titrasi tidak langsung) Tujuan : Menentukan ion Ag+ (secara langsung Menentukan anion (titrasi tidak langsung) Reaksi yang terjadi pada titrasi langsung : Ag+ (analat) + SCN-berlebih ↔ AgSCN↓ (putih) + SCN-sisa SCN-sisa +Fe 3+ ↔ Fe(SCN)2+(merah) Reaksi yang terjadi pada titrasi tidak langsung : Ag+(berlebih) + X- ↔ AgX↓ + Ag+ sisa Ag+ sisa + SCN-berlebih ↔ AgSCN↓ (putih) + SCN-sisa SCN-sisa +Fe 3+ ↔ Fe(SCN)2+(merah)
Endapan AgX disaring, dicuci, filtrat nya dititrasi. Konsentrasi Fe3+ minimum 6,4x10-6M atau bisa digunakan konsentrasi 0,01 M. Untuk menghindari kesalahan pada metode Volhard, maka dapat dilakukan langkah sbb: Dihindari penentuan anion X yang kelarutannya besar. Bila kelarutannya besar maka dilakukan isolasi AgX agar tidak bereaksi dengan ion SCN dengan cara : Endapan AgX disaring, dicuci, filtrat nya dititrasi. Setelah terjadi pengendapan AgX, lalu campuran ditambah Nitrobenzena sehingga endapan terbungkus / terisolasi. Bila endapan AgX dapat larut dalam asam kuat yang encer, maka endapan disaring, lalu dilarukan dalam asam terus dititrasi.
3. Metode Fajans Indikator : indikator adsorpsi ( Fluoresen) Titrant : AgNO3 Tujuan : Menentukan anion Reaksi yang terjadi: Sebelum TE : endapan terdapat dalam lingkungan yang masih ada kelebihan ion X- endapan menyerap X-. Butiran endapan / koloid bermuatan negatif, akibatnya ion Fl- (dari indikator) tidak diserap Saat TE : Tidak ada kelebihan X- maupun Ag+ endapan / koloid bersifat netral. Ion Fl- dari indikator tidak diserap. Sesudah TE : Kelebihan Ag+, sehingga diserap endapan / koloid dan bermuatan positif. Ion Fl- dari indikator akan diserap . Terbentuk endapan warna merah muda.
Indikator fluoresen berwarna kuning dan endapan yang terbentuk kolod Indikator fluoresen berwarna kuning dan endapan yang terbentuk kolod. Untuk memudahkan melihat TA maka : Endapan putih merah muda & menggumpal Endapan keruh jernih Endapan kuning hijau tidak berwarna.