AGAMA SUKU KEJAWEN LIHAT DAN RASAKAN PASTI KAU AKAN MENGERTI Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Asal usul suku kejawen Secara antripologis –kultural,yang disebut suku jawa adalah sekelompok masyarakat yang secara turun menurun mewarisi suatu tata, nilai, adat istiadat dan tradisi kebudayaa jawa menggunakan bahasa jawa dengan berbagai dialeknya,dalam kehidupan sehari-hariserta bertempat tinggal atau berasal dari daerah jawa tengah dan jawa timur yang lazimnya disebut sebagai tanah jawa. Suku jawa asli hidup didaerah pedalamanmeliputi wilayah bayumas,kedu,yogyakarta,surakarta,madiun,malang dan kedirisecara kolektif daerah-daerahitu disebut daerah kejawen, sedangkan aerah laindisebut pesisir dan ujung timur. Sedangkan daerah jawa barat (wilayah sebelah sungai cilosari dan citaduy) didiamimi oleh suku sunda yang memiliki suku,adat sendiri.
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag SEJARAH JAWA / KEJAWEN SAMPAI DEWASA INI ADA BERBAGAI MITOS DAN PENDAPAT TENTANG SEJARAH ADA NYA SUKU JAWA ITU SENDIRI, SALAH SATU MITOS YANG SANGAT POPULER DAN DIKENAL OLEH SETIAP MURID-MURID DISEKOLAH ADALAH CERITA TENTANG “AJI SAKA” DISINI SAYA AKAN MENCERITAKAN LANGSUNG CERITA AJISAKA
dUGADAN LAHIRNYA PERADADABAN JAWA Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag dUGADAN LAHIRNYA PERADADABAN JAWA LAZIMNYA LAHIRNYA SEBUAH PERADABAN DICIRIKAN OLEH PENGENALAN AKSARA ATAU TULISAN ,DITINJAU DARI AKSARANYA YANG TELAH DAPAT DIKENALI,DAPAT DIKATAKAN BAHWA PERADABAN JAWA MASIH RELATIF MUDA JIKA DIBANDINGKAN DENGAN PERADABAN TIONGKOK ,INDIA,ATAU BABILONIAYANG SUDAH RIBUAN TAHUN, ADA LIMA PERIODE PERADABAN JAWA YAITU ZAMAN PALAWA : SEBELUM 700 ZAMAN KAWI TAHAP AWAL : TAHUN 750-925 ZAMAN KAWI TAHAN AKHIR :TAHUN 925-1250 ZAMAN MAJAPAHIT :TAHUN 1250-1450 ZAMAN BARU :1600-SEKARANG ZAMAN YANG PERADABANNYA PALING TINGGI PADA ZAMAN PALAWA TIDAK DIJELSKAN SECARA RINCI KAPAN NAMA JAWA DIPERGUNAKAN NAMUN PARA AHLI SEJARAH BERPENDAPAT NAMA JAWA SUDAH DIPERGUNAKAN SEJAK ABAD KE-2 TARIKH MASEHI.
KAPAN NAMA JAWA DIPERGUNAKAN Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag KAPAN NAMA JAWA DIPERGUNAKAN TIDAK ADA DOKUMEN YANG MENJELASKAN SECARA RINCI KAPAN NAMA JAWA DIPERGUNAKAN NAMUN BERDASARKAN AHLI PENJELAJAH NAMA JAWA ITU SUDAH DIPERGUNAKAN SEJAK ABAD KE -2 TARIKH MASEHI PADA ABAD KE 2 SEORANG AHLI GEOGRAFI DARI YUNANI YANG BERNAMA CLAUDIUS MEMBERIKAN URAIAN TENTANG PULAU JABADIU YANG DILUKISKANNYA SEBAGAI PULAU YANG AMAT SUBUR DAN BANYAK MENGANDUNG EMAS IA JUGA MENJELASKAN NAMA LAIN PULAI JABADIU ADALAH JAWA DWIPA
KENYATAAN MASYARAKAT JAWA Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag KENYATAAN MASYARAKAT JAWA SALAH SATU BENTUK MANIFESTASI DALAM MASYARAKAT JAWA ADALAH PRAKTIKNYA DALAM BERBAGAI MACAM UPACARA SELAMETAN.BAHKAN MENURUT CLIFFORD GEERTZ SELAMETAN MERUPAKAN PUSAT DARI SELURUH SISTEM KEAGAMAAN ORANG JAWA SELAMETAN BISA UNTUK MEMENUHI SEMUA HAJAT, SEHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN YANG DIALAMI MISALNYA,KELAHIRAN,PERKAWINAN,PINDAH RUMAH,MIMPI BURUK,PANEN,GANTI NAMASAKIT,KHITANAN,MEMANGKU JABATAN DAN SEBAGAINYA
KONSEPSI JAWA TENTANG MANUSIA Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag KONSEPSI JAWA TENTANG MANUSIA DARI PENYELIDIKANNYA TERDAPAT LIMA MACAM ALIRAN KEBATINAN (PAGUYUBAN SAMARAH, SAPTA DARMA, BRATA KESAWA,PANGESTU, DAN PARYANA SURYADIPURA)YANG KIRA NYA MEWAKILI CORAK SUKU JAWA. DR.HARUN HADI WIJOYO MENYIMPULKAN BAHWA PANDANGAN ORANG JAWA TENTANG MANUSIA PADA UMUMNYA BERSIFAT DUALISTIK.BADAN DAN JIWA.BENDA DAN ROH.ADALAH DUA HAL YANG SALING BERTENTANGAN YANG HANYA DAPAT DI PERSATUKAN ATAU DIHUBUNGKAN OLEH SUATU PENEGAH (MEDIATOR) PENENGAH INI TERDAPAT DIBADAN YANG HALUS ATAU JIWA PSIKOLOGIS
KONSEPSI JAWA TENTANG KOSMOS ATAU ALAM Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag KONSEPSI JAWA TENTANG KOSMOS ATAU ALAM ARTI KOSMOS DALAM JAWA TIDAK DAPAT DIARTIKAN SECARAH ILMIAH,MELAINKAN SEBAGAI KEKUASAAN YANG DIALAMI MANUSIA SERTA MENENTUKAN NASIB NYA,SUSUNAN ALAM MERUPAKAN KESATUAN TOTAL YANG BEREDAR DENGAN IRAMA HARMONIK DAN TERCERMIN DALAM DIRI MANUSIASEBAGAI JAGAD CILIK,SEHINGGA MANUSIA DAPAT MEMBACA DAN MENYERANGKAIKAN DIRI DENGAN GERAK MENURUT PANDANGAN JAWA MANUSIA SEBAGIAN DARI KOSMOS TENTU SAJA DAPAT MEMILIKIKEKUATAN KOSMIK ATAU DAYA KOSMIK
KONSEPSI JAWA TENTANG KETUHANAN Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag KONSEPSI JAWA TENTANG KETUHANAN KEPERCAYAN JAWA ADALAH KEPERCAYAAN YANG BERSIFAT NONTEISTIK (ATEISTIK)DAN BUKAN TEISME.PENGAKUAN TERHADAP KUASA YANG MENGATASI MANUSIA TERBAGI MENJADI DUA KEPERCAYAAN KEPADA KUASA YANG TIDAK MENGATUR JALAN HIDUP MANUSIA (BAIK YANG TIDAK BERPRIBADI MAUPUN YANG PRIBADI)NAMUN DAPAT MENIMBULKAN BENCANA, USAHA UNTUK MENGHINDARI BENCANA2 ITU ADALAH DENGAN SESAJI, UPACARA-TERTENTU. PENGAKUAN TERHADAP DAYA KOSMIKYANG MENENTUKAN KEHIDUPAN MANUSIA,KARENA MANUSIA MERUPAKAN BAGIAN DARI REALITAS KOSMOS KEPERCAYAAN JAWA KURANG MEMBERI PERHATIAN PADA ASAL USUL KEHIDUPAN SEKALIPUN MENGAKUI ADATANYA KUASA TRASENDEN YANG MENGATASI DIRINYA.
SANGKUT PAUT KONSEP ALAM ,MANUSIA dan tuhan Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag SANGKUT PAUT KONSEP ALAM ,MANUSIA dan tuhan Alam pikiran orang Jawa merumuskan kehidupan manusia beradaa dalam dua kosmos (alam) yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta, yang mengandung kekuatan-kekuatan supranatural (adikodrati). Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta menciptakan keselarasan atau keseimbangan antara kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos. Dalam makrokosmos pusat alam semesta adalah Tuhan. Alam semesta memiliki kirarki yang ditujukan dengan adanya jenjang alam kehidupan dan adanya tingkatan dunia yang semakin sempurna (dunia atas – dunia manusia - dunia bawah). Alam semesta terdiri dari empat arah utama ditambah satu pusat yaitu Tuhan yang mempersatukan dan memberi keseimbangan.
Puasa ala kejawen 1-7 Puasa : Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Puasa ala kejawen 1-7 Puasa : 1.Puasa Mutih Dalam ini seseorang tidak boleh makan apa-apa kecuali hanya nasi putih dan air putih saja. Nasi putihnya pun tdk boleh ditambah apa-apa lagi (seperti gula, garam dll.) jadi betul-betul hanya nasi putih dan air puih saja. Sebelum melakukan puasa mutih ini, biasanya seorang pelaku puasa harus mandi keramas dulu sebelumnya 2. Puasa Ngeruh Dalam ini seseorang hanya boleh memakan sayuran / buah-buahan saja. 3. Puasa Ngebleng adalah menghentikan segala aktifitas normal sehari-hari. Seseorang yang melakoni puasa Ngebleng tidak boleh makan, minum, keluar dari rumah/kamar, atau melakukan aktifitas seksual. Waktu tidur-pun harus dikurangi. Biasanya seseorang yang melakukan puasa Ngebleng tidak boleh keluar dari kamarnya selama sehari semalam (24 jam). Pada saat menjelang malam hari tidak boleh ada satu lampu atau cahaya-pun yang menerangi kamar tersebut. Kamarnya harus gelap gulita tanpa ada cahaya sedikitpun. Dalam melakoni puasa ini diperbolehkan keluar kamar hanya untuk buang air saja. 4. Puasa Pati geni hampir sama dengan puasa Ngebleng. Perbedaanya ialah tidak boleh keluar kamar dengan alasan apapun, tidak boleh tidur sama sekali. Biasanya puasa ini dilakukan sehari semalam, ada juga yang melakukannya 3 hari, 7 hari dst. Jika seseorang yang melakukan puasa Patigeni ingin buang air maka, harus dilakukan didalam kamar (dengan memakai pispot atau yang lainnya). 5. Puasa Ngelowong ini lebih mudah dibanding puasa-puasa diatas Seseorang yang melakoni puasa Ngelowong dilarang makan dan minum dalam kurun waktu tertentu. Hanya diperbolehkan tidur 3 jam saja (dalam 24 jam). Diperbolehkan keluar rumah. 6. Puasa Ngrowot ini adalah puasa yang lengkap dilakukan dari subuh sampai maghrib. Saat sahur seseorang yang melakukan puasa Ngrowot ini hanya boleh makan buah-buahan itu saja. Diperbolehkan untuk memakan buah lebih dari satu tetapi hanya boleh satu jenis yang sama, misalnya pisang 3 buah saja. Dalam puasa ini diperbolehkan untuk tidur. 7. Puasa Nganyep ini adalah puasa yang hanya memperbolehkan memakan yang tidak ada rasanya. Hampir sama dengan Mutih , perbedaanya makanannya lebih beragam asal dengan ketentuan tidak mempunyai rasa.
puasa ala kejawen 8-17 Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag 8. Puasa Ngidang ini puasa yang hanya memperbolehkan memakan dedaunan saja, dan air putih saja.Selain daripada itu tidak diperbolehkan. 9. Puasa Ngepel berarti puasa dengan makan satu kepal penuh. Puasa ini mengharuskan seseorang untuk memakan dalam sehari satu kepal nasi saja. Terkadang diperbolehkan sampai dua atau tiga kepal nasi sehari. 10. Puasa Ngasrep adalah puasa yang membolehkan makan dan minum yang tidak ada rasanya, minumnya hanya diperbolehkan 3 kali saja sehari. 11. Puasa Senin-kamis ini dilakukan hanya pada hari senin dan kamis saja seperti namanya. Puasa iniidentik dengan agama islam. Karena memang Rasulullah SAW menganjurkannya. 12. Puasa Wungon ini adalah puasa pamungkas, tidak boleh makan, minum dan tidur selama 24 jam. 13. Puasa Tapa Jejeg Tidak duduk selama 12 jam 14. Puasa Lelono adalah melakukan perjalanan (jalan kaki) dari jam 12 malam sampai jam 3 subuh(waktu ini dipergunakan sebagai waktu instropeksi diri). 15. Puasa Kungkum merupakan tapa yang sangat unik. yaitu berendam atau kungkum di sungai, danau ataupun laut. Banyak para pelaku spiritual merasakan sensasi yang dahsyat dalam melakukan tapa ini. Biasanya Kungkum dilakukan selama 7 malam biasanya 16. Puasa Ngalong ini juga begitu unik. Tapa ini dilakuakn dengan posisi tubuh kepala dibawah dan kaki diatas (sungsang). Pada tahap tertentu tapa ini dilakukan dengan kaki yang menggantung di dahan pohon dan posisi kepala di bawah (seperti kalong/kelelawar). Pada saat menggantung dilarang banyak bergerak. Secara fisik bagi yang melakoni tapa ini melatih keteraturan nafas. Biasanya puasa ini dibarengi dengan puasa Ngrowot. 17. Puasa Ngeluwang adalah puasa (Tapa) paling menakutkan bagi orang-orang awam dan membutuhkan keberanian yang sangat besar. Puasa (Tapa) Ngeluwang disebut-sebut sebagai cara untuk mendapatkan daya penglihatan gaib dan menghilangkan sesuatu. Tapa Ngeluwang adalah tapa dengan dikubur di suatu pekuburan atau tempat yang sangat sepi. Setelah seseorang selesai dari tapa ini, biasanya keluar dari kubur maka akan melihat hal-hal yang mengerikan (seperti arwah gentayangan, jin dlsb).
Kepercayaan animisme asli jawa Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Kepercayaan animisme asli jawa . Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lucas Triyoga di daerah Gunung Merapi, dia menggolongkan mahluk halus ke dalam tiga jenis, yaitu Roh Leluhur, Dhanhyang dan Lelembut. Peggolongan tersebut adalah seperti yang berikut; 1. Roh Leluhur : Roh Leluhur adalah roh semua orang yang sudah meninggal dunia.orang percaya bahwa waktu manusia meninggal dunia, jiwanya akan melayang-layang di atas rumahnya selama empat puluh hari. Setelah itu jiwanya akan mendiami sesuatu tempat menurut kepercayaannya Biasanya orang percaya bahwa roh leluhur bersifat baik dan akan menjaga anak cucunya 2. Dhanhyang: Dhanhyang adalah mahluk halus yang tertinggi dan biasanya mendiami tempat seperti gunung, sumber mata air, sungai, desa, mata angin atau bukit. Mahluk halus ini bersifat baik dan suka menolong manusia. 3. Lelembut: Lelembut adalah jenisnya mahluk halus terendah. Fungsi mahluk halus ini adalah menggangu, merusak, membuat sakit dan mematikan manusia. Biasanya Lelembut mendiami tempat sepi, hutan, pohon dan batu. Ada banyak jenis Lelembut, yaitu Banaspati, Jin, Wewe, Gendruwoo, Peri, Jrangkong, Wedon, Buta, Thethekan dan Gundhul Pringis
HIKAYAT MASUK DAN PENGARUH NYA AGAMA-AGAMA IMPORT Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag HIKAYAT MASUK DAN PENGARUH NYA AGAMA-AGAMA IMPORT Dalam sejarah pulau jawa ada tiga zaman pokok mengenai agama yaitu zaman prasejarah sampai abad 8, dimana zaman itu rayat jawa tinggal di dalam masyarakat kecil dan kepercayaan animisme. Kepercayan animisme termasuk kepercayan manusia mengenai mahluk halus dan roh leluhur yang mendiami bermacam-macam tempat. Zaman kedua adalah zaman kerajaan Hindu-Budha. Pertama dengan kerajaan Mataram dari abad 8 sampai abad 10 yang terletak di jawa Tengah, kerajaan Majapahit dari abad 13 sampai abad 16 yang terletak d ijawa Timur. Pada zaman itu kedua kerajaan tersebut masyarakatnya beragama Hindu serta agama Budha. Zaman yang ketiga adalah zaman Islam setelah abad 16 waktu kerajaan Majapahit turun. Kerajaan Islam yang dibentuk masih menyimpan banyak tradisi dari kerajaan Hindu-Budha tetapi memakai agama Islam. Karena tiga zaman agama tersebut, agama diajawa saat ini berlapiskan tiga, yaitu kepercayaa animisme, agama Hindu-Budha dan agama Islam.
Perkembangan keberagamaan Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Perkembangan keberagamaan Kebanyakan orang jawa sekarang beragama Islam dan minoritas beragama lain. Walaupun mayoritas orang beragama Islam, agama Islam yang dilakukan di jawa punya perbedaan dari agama Islam yang dilakukan di daerah Timur Tengah. Agama Islam di jawa dicampurkan dengan kepercayaan manusia lain yang asli di jawa, yaituakepercayaan animisme dan kepercayaan dari kerajaan Hindu-Budha. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cliford Geertz, masyarakat Islam jawa bisa dipisahkan ke dalam tiga kelompok, yaitu Santri, Priyayi dan Abangan.orang Santri digambarkan sebagai orang yang melakukan agama Isalm secara ortodoks dan adalah orang rajin dengan ritual-ritual agamanya.orang Priyayi digambarkan sebagai orang yang masih punyaakepercayaan dari kerajaan Hindu-Budha dan kepercayaan ini dicampur dengan agama islam. Orang abangan ,orang yang beragama islam namun dicampurkan dengan kepercayaan animisme
PROSESI PERNIKAHAN Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag dimulai dengan acara siraman, yang dilakukan sebagai proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari-hari sebelum ijab kobul. dilanjutkan dengan midodareni, yaitu malam kedua mempelai melepas masa lajang. Dalam acara yang dilakukan dirumah kediaman perempuan ini diadakan acara nyantrik untuk memastikan pengantin laki-laki akan hadir pada ijab kobul dan kepastian bahwa keluarga mempelai perempuan siap melaksanakan perkawinan Upacara Panggih Selesai acara akad nikah dilakukan upacara Panggih, dimana kembang mayang dibawa keluar rumah dan diletakkan dipenyimpanan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Setelah itu pengantin perempuan yang bertemua dengan pengantin laki-laki akan melanjutkan upacara dengan melakukan rangkaian kegiatan : Diantara nya : 1. Balangan Suruh, yaitu melempar daun sirih yang melambangkan cinta kasih akan kestiaannya berdua. 2. Wiji Dadi, mempelai laki-laki menginjak telor ayam hingga pecah, kemudian mempelai perempuan membasahi kaki sang suami dengan air bunga. Proses seperti ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. 3. Pupuk, Ibu mempelai perempuan mengusap mempelai mantu laki-laki sebagai pertanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarganya. 4. Sinduran, artinya disini berjalan perlahan-lahan dengan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah diterima sebagai keluarganya. 5. Timbang, kedua mempelai di pangkuan bapak mempelai perempuan sebagai tanda kasih sayang orang tua terhadap anak dan menantu sama besarnya. 6. Kacar-kucur, yang dituangkan ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah. 7. Dahar Klimah, saling menyuapi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah maun senang. 8. Mertui, orang tua mempelai perempuan menjemput orang tua mempelai laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara. 9. Sungkeman, kedua mempelai memohon doa restu dari kedua orang tua
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag kehamilan Upacara Tingkepan/MitoniYaitu upacara adat yang dilakukan saat usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama Brokohan,yaitu upacara kelahiran bayi. Sesaji yang disediakan yaitu dhawet, gula Jawa (satu tangkep), kelapa, kembang setaman. Selapanan,yaitu upacara pemberian nama pada bayi yang baru lahir. Upacara itu diadakan pada hari ke-35 setelah kelahirannya. Tedhak Siten,upacara ini diperuntukkan bagi bayi yang berusia antara 5-6 bulan pada saat pertama kali turun ke tanah. Tetesan,yaitu upacara khitanan untuk putri raja yang berusia 8 tahun. Upacara tetesan diadakan di Bangsal Pengapit sebelah selatan Dalem Prabayeksa. Dihadiri oleh garwa dalem, putra dalem, wayah, buyut, serta canggah. Selain itu juga abdi dalem bedaya, emban, amping, abdi dalem keparak berpangkat tumenggung serta Rio yang duduk di emper bangsal pengapit. Abdi dalem lainnya berada di halaman sekitarnya. Busana yang dikenakan untuk upacara tetesan terdiri dari nyamping cindhe yang dikenakan dengan model sabukwala, lonthong kamus bludiran, cathok kupu terbuat dari emas, slepe, kalung ular, subang gelang tretes, dan cincin tumenggul. Sanggulnya berbentuk konde dengan pemanis bros di tengahnya dan hiasan bulu burung bangau yang disebut lancur. Di atas sanggul diletakkan pethat berbentuk penganggalan atau bulan sabit. Supitan,yaitu upacara khitanan untuk putra bangsawan yang berusia kira-kira 14 tahun. Setelah menjalani upacara supitan para bangsawan tinggal di Ksatriyan terpisah dari ibunya dan saudara perempuannya. Tarapan,yaitu upacara inisiasi haid pertama bagi anak perempuan. Busana yang dikenakan terdiri dari nyamping cindeh, lonthong kamus bludiran, udhet cindhe, slepe, gelang kana, sangsangan sungsun, subang, dan cincin. Sanggulnya berbentuk tekuk dengan hiasan pethat gunungan. Di bagian tengah sanggul dikenakan bros, lancur, serta peniti renteng sebagai jebehan di keri kanan. Upacara diadakan di Bangsal Sekar Kedaton sebelah selatan Kedaton Kulon. Upacara ini termasuk upacara intern wanita.
mitos yang terkandung pada saat hamil Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag mitos yang terkandung pada saat hamil daerah Jawa berlaku begitu banyak mitos (larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi makanan, keseharian, tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan keseharian si ibu hamil ataupun si jabang bayi. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat / pesan dari nenek moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak / karma yang tidak menyenangkan. Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun dari segi aqidah, banyak mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari nenek-nenek moyang semuanya adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis maupun ilmiah. Kebanyakan hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada kenyataannya. Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos bermacam-macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya dapat menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang sehat. Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang berkaitan dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan kehamilan: Tradisi pra kehamilan / sebelum hamil : · Mintalah bedak (talk) sisa pakai dari yang dioleskan ke jabang bayi, dan oleskan ke perut wanita yang belum diberi keturunan, mitosnya agar cepat mendapat keturunan. Fakta: sebenarnya ini hanya sebatas sugesti saja agar wanita yang belum hamil tidak merasa terlalu cemas dan masih memiliki harapan untuk memiliki anak. · Agar segera hamil, sepasang suami istri disarankan untuk mengambil pancingan, yaitu mengambil bayi atau balita tetangga untuk diasuh seolah anaknya sendiri. Fakta: Secara psikologis, saat menunggu kehamilan adalah saat dimana komunikasi suami istri sangat intensif, konsentrasi ikhtiar sangat difokuskan dan doa dikhusyukkan. Kehadiran anak pancingan justru dapat memecah konsentrasi tersebut dan membatasi kebebasan hubungan antara suami istri. Secara Medis-Biologis, Tidak ada faktor lain yang menjadikan janin terbentuk kecuali bertemunya sel telur sang ibu dan sel sperma sang ayah. Konsepsi hanya akan terjadi jika sel telur yang matang bertemu dengan sel sperma yang sehat.
Upacara kematian (kematian mendhak) Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Upacara kematian (kematian mendhak) Tradisi Mendhak adalah salah satu ritual dalam adat istiadat kematian budaya jawa Upacara tradisional Mendhak dilaksanakan secara individu atau berkelompok untuk memperingati kematian seseorang Upacara tradisional ini dilaksanakan tiga kali dalam seribu hari setelah hari pertama disebut Mendhak Pisan, upacara untuk memperingati satu tahun kematian (365 hari); kedua disebut Mendhak Pindho sebagai upacara peringatan dua tahun kematian ketiga disebut sebagai Mendhak Telu atau Pungkasan atau Nyewu Dina, yang dilaksanakan pada hari ke seribu setelah kematian Menurut kepercayaan jawa setelah satu tahun kematian arwah dari saudara yang diperingati kematiannya tersebut telah memasuki dunia abadi untuk selamanya. Menurut kepercayaan juga, untuk memasuki dunia abadi tersebut, arwah harus melalui jalan yang sangat panjang; oleh karena itu penting sekali diadakannya beberapa upacara untuk menemani perjalanan sang arwah
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Kematian surtanah Tradisi kematian dalam adat jawa salah sataunya adalah Upacara Surtanah yang bertujuan agar arwah atau roh orang mati mendapat tempat yang layak di sisi Sang Maujud Agung. Perlengkapan upacara: – Golongan bangsawan: tumpeng asahan lengkap dengan lauk, sayur adem (tidak pedas), pecel dengan sayatan daging ayam goreng/panggang, sambal docang dengan kedelai yang dikupas, jangan menir, krupuk, rempeyek, tumpeng ukur-ukuran, nasi gurih, nasi golong, dan pisang raja. – Golongan rakyat biasa: tumpeng dengan lauknya, nasi golong, ingkung dan panggang ayam, nasi asahan, tumpeng pungkur, tumpeng langgeng, pisang sajen, kembang setaman, kinang, bako enak dan uang bedah bumi. Upacara ini diadakan setelah mengubur jenazah yang dihadiri oleh keluarga, tetangga dekat, dan pemuka agama.
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Upacara nyewu dina . Salah satu upacara tradisional dalam adat istiadat kematian adalah upacara Brobosan. Upacara Brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Upacara Brobosan diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua. Tradisi Brobosan dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut: 1) peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai, 2) anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka (mrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam, 3) urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang. Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka.
upACArA NYADRAN ATAU PEMUJAAN LELUHUR Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag upACArA NYADRAN ATAU PEMUJAAN LELUHUR Bagi masyarakat Jawa, kegiatan tahunan yang bernama nyadran atau sadranan merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan Yang Mahakuasa atas segalanya. Nyadran merupakan sebuah pola ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai Islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental islami. Prosesi ritual nyadran biasanya dimulai dengan membuat kue apem, ketan, dan kolak. Adonan tiga jenis makanan dimasukkan ke dalam takir, yaitu tempat makanan terbuat dari daun pisang, di kanan kiri ditusuki lidi (biting). Kue-kue tersebut selain dipakai munjung/ater-ater (dibagi-bagikan) kepada sanak saudara yang lebih tua, juga menjadi ubarampe (pelengkap) kenduri. Tetangga dekat juga mendapatkan bagian dari kue-kue tadi. Hal itu dilakukan sebagai ungkapan solidaritas dan ungkapan kesalehan sosial kepada sesama. Selesai melakukan pembersihan makam, masyarakat kampung menggelar kenduri yang berlokasi di sepanjang jalan menuju makam atau lahan kosong yang ada di sekitar makam leluhur (keluarga). Kenduri dimulai setelah ada bunyi kentongan yang ditabuh dengan kode dara muluk (berkepanjangan). Lalu seluruh keluarga dan anak-anak kecil serta remaja hadir dalam acara kenduri itu. Tiap keluarga biasanya akan membawa makanan sekadarnya, beragam jenis, lalu duduk bersama dalam keadaan bersila. Kemudian, kebayan desa membuka acara, isinya bermaksud untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada warga yang sudah bersedia menyediakan makanan, ambengan, dan lain-lain termasuk waktunya. Setelah itu, Mbah Kaum (ulama lokal) yang sudah dipilih menjadi rois, maju untuk memimpin doa yang isinya memohon maaf dan ampunan atau dosa para leluhur atau pribadi mereka kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag ruwatan Ruwatan bisa diartikan melebur , melebur disini adalah upaya menghilangkan marabahya pada diri seseorang, atau juga bisa dikatan membersihkan diri dari hal-hal negatif, Menurut kepustakaan “Pakem Ruwatan Murwa Kala” yang bersumber dari Serat Centhimani (Sri Paku Buwana V) orang yang harus diruwat ada 60 jenis manusia Mereka adalah jenis-jenis orang yang di dalam kisah perwayangan disarankan oleh Batara Guru agar dijadikan santapan atau makanan Batara Kala. Dalam Pustaka Raja Purwa karya Ranggawarsito bahkan disebutkan ada 136 macam Sukerta. Menurut kepercayaan Jawa, orang-orang yang tergolong di dalam kriteria tersebut dapat menghindarkan diri dari malapetaka
Macam-macam ruwetan 1. Ruwatan Sukerta Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Macam-macam ruwetan 1. Ruwatan Sukerta Adalah pangruwatan bagi anak yang terlahir sebagai anak tunggal (ontang- anting), dua bersaudara lelaki semua (uger-uger lawang), dua bersaudara perempuan semua (kembang sepasang), tiga bersaudara satu perempuan ditengah (sendang kapit pancuran) dan lain sebagainya,yang pada dasarnya ruwatan ini bersifat permohonan agar anak tersebut selanjutnya mendapat keselamatan dan kebahagian di masa depannya. 2. Ruwatan Sengkala Ruwatan bagi orang yang dalam perjalanan hidupnya mendapat hambatan dalam rejeki, karier, jodoh, serta kesehatannya.Termasuk didalamnya adalah bagi pasangan suami istri yang mendapat gangguan dalam kehidupan pernikahannya oleh kehadiran orang ketiga atau godaan-godaan lainnya. 3. Ruwatan Lembaga Adalah pangruwatan untuk kesuksesan suatu lembaga atau organisasi usaha,maupun ruwatan nagari.
Pengetahuan tentang WAYANG Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Pengetahuan tentang WAYANG Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang , dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang .Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana . Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".
Perayaan dalam kejawen Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Perayaan dalam kejawen Grebeg Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan kedua belas). Pada hari hari tersebut raja mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari gunungan kakung dan gunungan estri (lelaki dan perempuan). Gunungan kakung berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas agak membulat. Sebagian besar gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa perlengkapan makanan kering lainnya. Di sisi kanan dan kirinya dipasangi rangkaian bendera Indonesia dalam ukuran kecil. Gunungan estri berbentuk seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga. Sebagian besar disusun dari makanan kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang berbentuk lingkaran dan runcing. Gunungan ini juga dihiasi bendera Indonesia kecil di sebelah atasnya.
Perayaan malam satu suro Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Perayaan malam satu suro Malam Satu Suro jatuh mulai terbenam matahari pada hari terakhir bulan terakhir kalender Jawa (30/29 Besar) sampai terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun berikutnya (1 Suro). Di Keraton Surakarta upacara ini diperingati dengan Kirab Mubeng Beteng (Perarakan maalam satu suro merupakan perayaan tahun baru dalam kalender kejawen Upacara ini dimulai dari kompleks Kemandungan utara melalui gerbang Brojonolo kemudian mengitari seluruh kawasan keraton dengan arah berkebalikan arah putaran jarum jam dan berakhir di halaman Kemandungan utara.dalam prosesi ini pusaka keraton menjadi bagian utama dan diposisikan di barisan depan kemudian baru diikuti para pembesar keraton, para pegawai dan akhirnya masyarakat. Suatu yang unik adalah di barisan terdepan ditempatkan pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat. Malam satu suroa dalam masyarakat Jawa adalah suatu perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Malam satu suro jatuh mulai terbenam matahari pada hari terakhir bulan terakhir kalender Jawa (30/29 Besar) sampai terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun berikutnya (1 Suro).
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag sekaten Pengertian sekaten :Sekaten adalah istilah budaya jawa yang berasal dari bahasa Arab, yaitu, Syahadatain yang artinya dua kalimah syahadat. Adanya pelafalan syahdatain menjadi sekaten ini karena adanya kesulitan bagi lisan orang jawa untuk mengucapkan kalima berbahasa Arab. Selain itu, karena memang bahasa masyarakat adalah bahasa Jawa maka diucapkanlah kata syahdatain itu dengan sekaten. Sekaten berhubungan erat dengan proses Islamisasi di Jawa. Masyarakat Jawa gemar aka gamelan maka oleh Sunan Kalijaga Alat itu dipakai untuk menyiarkan agama Islam. Gamelan yang dipakai itu oleh Sunan Kalijaga diberi nama Kyai Sekati. Adapun maksudnya adalah untuk memperlambangkan agama Islam Timbul nya sekaten :Dalam serat babat menyebutkan bahwa setelah Majapahit mengalam dekadensi,kerajaan tanah jawa dipindah ke Demak. Pada waktu itu orang Jawa masih masih menganut paham Hindhu,kepercayaan Animisme, Dinamisme masih kuat, maka para ulama sepakat akan mengIslamkan masyarakat jawa. Sebelum Islammasuk masyarakat jawa sudah gemar akan gamelan. Gamelan dapat dipakainsebagai pelengkap didalam pertunjukan wayang, pengiring gendhing jawa ( tembang ), oleh para wali lebih lebih Sunan Kalijaga gamelan tersebut dimanfaatkan sebagai alat untuk da’wah. Oleh karena itu Sunan Kali jaga dengan menggunakan gamelan dan dibuyikan dihalaman Masjid Agung Demak dengan maksud agar rakyat datang mendengarkan kemudian menganut Islam
Tujuan sekaten pada islam di jawa Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Tujuan sekaten pada islam di jawa Perayaan sekaten bertepatan dengan hari raya Maulud Nabi, yang merupakan tradisi kelanjutan para wali. Gamelan ditabuh saat sekaten dengan maksud untuk menarik para masyarakat. Sekaten dilaksanakanjuga untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.a.w. Didalam sekaten karena pengunjungya sangat banyak maka diadakan kotbah-kotbah yang bernuansa Islam untuk menggugah keimanan mereka agar menghayati perintah Nabi. Agar menambah ketaqwaan bagi umat islam di jawa
Kalender kejawen Hari-hari di dalam kalendeder jawa Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Kalender kejawen Hari-hari di dalam kalendeder jawa Kalender Jawa sama seperti kalender yang lain menunjukkan tahun, bulan, tanggal, hari dalam satu periode waktu tertentu. Dalam kalender Jawa selain tujuh hari (Minggu sampai Sabtu), ada 5 hari pasaran :Kliwon, Legi, Paing, Pon dan Upah Kliwon atau Asih melambangkan (jumeneng) Legi (mungkur) Legi atau manis melambangkan mundur (mungkur) Paing Paing atau Pait melambangkan ke muka atau muncul di depan (madep) Pon, Pon atau Petak melambangkan tidur (sare) Wage (lenggah) Upah atau cemeng melambangkan duduk (lenggah)
Bulan dalam kalender kejawen Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag Bulan dalam kalender kejawen Bulan Setahun terdiri dari 12 bulan; menunjukkan sangkan pararing dumadi (dari mana asalnya dan di mana ia pergi). Ada 12 proses (nama bulan yang tingkat proses masing-masing) Warana/Sura ,Rijal Warana / Sura berarti Rijal Wadana/Sapar , wiwit Wadana / Sapar berarti wiwit Wijanga/Mulud , kanda Wijanga / Mulud berarti Kanda Wiyana/Bakda Mulud , Ambuka Wiyana / Bakda Mulud berarti Ambuka Widada/Jumadi Awal , wiwara Widada / Jumadi Awal berarti wiwara Widarpa/Jumadi Akhir, rahsa Widarpa / Jumadi Akhir berarti rahsa Wilapa/Rejeb ,Purwa Wilapa / Rejeb berarti Purwa Wahana/Ruwah, Dumadi Wahana / Ruwah berarti Dumadi Wanana/Pasa ,Madya Wanana / Pasa berarti Madya Wurana/Sawal, wujud Wurana / Sawal berarti wujud Wujana/Sela ,wusana Wujana / Sela berarti wusana Wujala/Besar ,suwung Wujala / Besar artinya suwung
TAHUN DALAM KALENDER KEJAWEN Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag TAHUN DALAM KALENDER KEJAWEN . Ada 8 nama tahun. Tahun ini internasional tahun 1999 adalah setara tahun Jawa: Ehe, 1932, dimulai dari bulan Sura, bulan pertama. Nama lengkap tahun ini adalah: Purwana/Alip :ada-ada Purwana / Alip berarti: Ada-ada (mulai keinginan / inisiatif) Karyana/Ehe : Tumandang Karyana / Ehe berarti: Tumandang (membuat) Anama/Jemawal : gawe Anama / Jemawal berarti: gawe (kerja) Lalana/Je : lelakon,Lalana / Je berarti: lelakon (proses, nasib) \ Ngawanga/Dal : Urip Ngawanga / Dal berarti: Urip (hidup) Pawaka/Be : bola-bali Pawaka / Jadilah berarti: bola-bali (selalu kembali) Wasana/Wawu: Marang Wasana / Wawu berarti: Marang (ke arah) Swasana/Jimakir : Suwung Swasana / Jimakir berarti: Suwung (void
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag perwayangan
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag RITUAL DALAM KEJAWEN
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag RITUAL SESAJEN
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag BENDA PUSAKA
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag MAKAM KERAMAT
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag AKSARA JAWA
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag PAKAIAN ADAT JAWA
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag RUMAH ADA JAWA
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag RUMAH JOGLO
Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag MAKANAN TRADISIONAL