MANAJEMEN TELUR TETAS Keberhasilan penetasan, sangat ditentukan oleh kualitas dan manajemen telur tetas sejak dimulai dari sarang bertelur. Telur tetas dapat pecah, retak, maupun kotor karena bahan nest buruk, tidak bersih, lembab dan tidak mengabsorbsi air. Bahan pembuat nest (sarang) sebaiknya mempunyai daya absorbsi air yang baik, tahan lama, kasar, tidak berdebu, empuk dan murah, Bahan sarang yang baik dapat berupa sekam padi, kulit kacang, kertas, ampas tebu, jerami/hay dan serutan kayu. Telur harus dihindarkan, langsung bersentuhan dengan lantai nest karena akan pecah/retak dan telur terlalu cepat dingin sehingga menurunkan daya tetas.. Telur tetas yang baik harus diperoleh dari sarang bertelur, bukan dari floor egg (telur lantai), karena floor egg adalah telur yang kotor.
Floor egg (telur lantai ) dihindari dengan cara : 1 Floor egg (telur lantai ) dihindari dengan cara : 1. Nest sebaiknya dipasang sejak awal (umur 17-18 minggu) 2. Tinggi nest tidak lebih dari 70 cm dari lantai 3. Bahan nest dimasukan pada saat nest dipasang. Bahan nest harus bersih, bebas kotoran, debu dan tanah. 4. Jumlah nest harus cukup ( 1 nest untuk 4-5 ekor induk) 5. Bahan nes harus cukup, tidak mudah berhamburan, lantai tertutup rapat. 6. Sediakan ventilasi secara cukup, sehingga nest akan kering dan nyaman. 7. Tutuplah bagian sudut-sudut pen, karena biasanya ayam akan bertelur di sudut-sudut. 8. Sarang ditutp pada malam hari dan dibuka pada siang hari. Koleksi Telur : Koleksi telur sebaiknya dilakukan 4 kali sehari, dan bahkan pada temperatur yang ekstrim dapat dilakukan 5-6 kali per hari.
Pengambilan telur, di;etakan dalam egg tray yang bersih dan telur yang dikoleksi difumigasi secepat mungkin sebelum dikirim ke hatchery. Transportasi ke hatchery, secara konvensional diletakan dalam rak telur dan sebaiknya suhu dalam angkut sebesar 18 derajad C dan kelembaban 70-80%. Temperatur penyimpanan telur : Penurunan temperatur dilakukan secara bertahap agar tidak meyebabkan kematian embrio. Pada 6-8 jam pertama temperatur lingkungan sekitar 21-27 derajad C, kemudian baru disimpan diruang pendingin. Telur akan mengalami evaporasi, melalui pori-pori telur. Kelembaban penyimpanan yang redah akan menyebabkan tingkat evaporasi berjalan cepat,. Evaporasi yang cepat akan menurunkan daya tetas, menurunkan berat doc dan menunda waktu menetas.
Penanganan telur tetas yang jelek, akan menyebabkan kematian awal embrio, sebelum 4-5 hari penetasan. Seleksi telur tetas : 1. Kualitas kerabang (ketebalan, tidak retak, tidak kasar dan berbintik) 2. Bentuk normal (bulat telur), tidak terlalu elips atau bulat. 3. Berat telur normal (50-62 g), tidak terlalu besar (double yolk) 4. Telur tetas bersih, tidak kotor karena debu, ekskreta Beberapa permalahan yang sering terjadi pada telur tetas : Telur berkerabang tipis, lembek dan kasar. Biasnya disebabkan : Penyakit (EDS, ND, IB), umur ayam, strain, cuaca panas, kurang mineral Ca dan defisien vitain D. Telur mudah retak : kerabang tipis, sangkar tidak baik, pengabilan telurfrekuensinya kurang, , sistem transportasi buruk.
Hubungan antara berat doc dan berat telur 3. Kerabang telur berbintik -bintik : frekuensi pengambilan telur kurang, kelembaban diruang penyimpanan terlalu rendah. 4. Telur kotor : litter dalam sarang kotor, frekuensi pengambilan telur kurang, banyak telur lantai (floor eggs) Hubungan antara berat doc dan berat telur Berat telur (g) Berat doc (g) 52 33,8 54,3 35,3 56,7 36,9 59,1 38,4 61,4 39,9 63,8 41,5 66,2 43,0
Hubungan daya tetas dan abnormalitas telur : Kondisi Telur Fertilitas (%) Daya tetas telur fertil (%) Daya tetas total (% ) Normal 82,3 87,2 71,7 Retak 74,6 53,2 39,7 Tidak serasi 69,1 48,9 33,8 Shell jelek 72,5 47,3 34,3 Tidak ada air shell 72,3 32,4 23,4 Air shell tidak normal 81,1 68,1 Blood spot 78,7 71,5 56,3
Penanganan telur tetas sebelum inkubasi : Sebelum telur tetas dimasukan ke dalam inkubator, biasanya disimpan dulu beberapa hari dalam ruang pemyimpan. Penyimpanan biasanya sekitar 3-4 hari, tetapi penyimpanan maksimal 2 minggu sesudah peneluran. Mengingat kondisi optimum perkembangan embrio mendekati suhu 99,5 derajad F (37,5 derajad C), maka suhu penyimpanan sekitar 20 derajad C (75 derajad F). Jika lebih embrio akan tumbuh dan jika kurang pertumbuhan embrio akan terhenti. Pada hewan berdarah dingin (reptil), jika temperatur lebih atau kurang dari suhu ambang akan menyebabkan kematian embrio, embrio menjadi lemah dan daya tetasnya rendah.
Sanitasi dan Fumigasi : Ruang fumigasi digunakan untuk memfumigasi teluryang akan dsimpan daam cooling room atau yang akan langsung ditetaskan. Fumigasi dilakukan dengan menggunakan campuran fomalin dan kalium permanganat (PK) dengan perbandingan 20 g PK dan 40 ml formalin untuk 2,83 m3 ruangan. Fumigasi berlangsung 15-20 menit. Sanitasi juga bisa dilakukan dengan menggunakan desinfektan Ozone/O3 atau dioksida klorin. Ruang penyimpan (Egg holding) Digunakan untuk menyimpan telur sebelum ditetaskan. Telur tetas disimpan dalam egg holding dengan posisi bagian tumpul dibagian atas. Hal ini untuk mencgurangi terjadinya evaporasi ,, karena di bagian tumpul terdapat rongga udara.
Lama penyimpanan telur tidak lebih dari 4 hari, karena semaki n lama telur disimpan daya tetasnya akan semakin menurun. Lama Penyimpanan (hari) Daya Tetas (%) Keterlambatan menetas dari waktu normal (jam) 1 88 4 87 0,7 7 79 1,8 10 68 3,2 13 56 4,6 16 44 6,3 19 30 8,0 22 26 9,7 25
Temperatur cooling room sekitar 18 derajad C, dengan kelembaban 75% Temperatur cooling room sekitar 18 derajad C, dengan kelembaban 75%. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi evaporasi telur. Jika telur disimpan lebih dari satu minggu temperatur cooling room dianjurkan 10-16 derajad C.. Recording dalam cooling room meliputi : tanggal produksi, jumlah telur, Flock, strain. Sistem yang digunakan fisrt in first out ( yang masuk duku, keluar lebih dulu. Pre-warming ; Pemanasan pendahuluan Sebelum telur tetas dimasukan ke mesin tetas (setter), telur dikeluarkan dari cooling room 6-8 jam sebelum disetting. Kemudian dibiarkan dalam temperatur kamar, untuk menghindari kejutan terhadap perkembangan embrio.
Menentukan waktu setting : Sebelum telur disetting dalam setter, perlu direncanakan rencana waktu menetas (sore, pagi, malam), karena dihubungkan dengan waktu pull chick dan pengiriman DOC. Idealnya DOC sampai agen 12 jam setelah menetas. Waktu menetas telur rata-rata 500 jam (495-508 jam), tergantung ukuran telur, lama simpan, strain, kesehatan dan umur induk. Misalnya : Rencana pull chick pukul 16.00 sore, tanggal 25 Juni- maka setting dilakukan : 5 Juni (20 hari x 24 jam ) = 480 jam, + 20 jam, sehingga pukul 20.00 WIB.