Athletes Speak For Themselves Dhindayanti Putri Indah Praditasari Natalia Onggo
Atlet adalah atlet Winning coach V.S Coaches of the winning team. Mental game hal yang penting. Pelatih memiliki peran untuk melatih dan membentuk, namun atlet memiliki persepsi tersediri yang juga harus dimengerti. the athlete is a powerful, but often untapped, source of information to the coach for the team's benefit. Powerful : karena informasi yang didapat valid. Kaya akan informasi terhadap pertandingan namun tidak terdokumentasi karena hanya berupa pengalaman/persepsi/ pandangan. atlet adalah sumber yang kuat, tetapi sering dimanfaatkan, informasi kepada pelatih untuk keuntungan tim 2
The Practices Pandangan atlet terhadap pelatih ketika latihan : Takut terhadap pelatih, bosan, tidak diperhatikan pelatih, kesal, tersinggung. Athlete’s needs: Be Discreetly honest with the player Make practice exciting Provide player roles Realize that athles cant go all out all the limit Separate anger from instruction
Pregame Issues Beberapa strategi dibuat pelatih untuk memotivasi atlet. Pregames strategies berdasarkan : Beberapa teknik yang dipakai ketika pelatih masih menjadi seorang atlet dulu. Disukusi dengan kolega yang dalam program yang berbeda Membaca pelatihan yang dipublikasikan Tradisi Ex : not eat meat, memakai sepatu kaki kiri terlebih dahulu, pengaruh mood pelatih.
Presedur yang perlu diperhatikan Memberikan pilihan makanan kepada atlet Memperlakukan semua atlet dengan baik dan adil Bertanya mengenai perasaan terhadap pertandingan. Menggunakan pendekatan yang tenang dibandingkan rusuh dan bernada tinggi Pregame talk. Jangan membuat atlet lelah sebelum bertanding
During the Game Keluhan pemain kemarahan dan komunikasi negatif dari pelatih selama pertandingan. Komentar dari pemain: “Don’t yell at me to motivate me. It makes me nervous and ruins my concentration” and etc (hal 434). Kebanyakan pelatih otoriter, tidak mau mendengarkan atlet. Pemain dengan perasaan yang belum terungkapkan motivasi, ketekunan, konsentrasi, dan kesetiaan pada pelatih dan tim menurun.
Postgame Behavior Beberapa pelatih membuat kesan yang lebih positif dan efektif. Komentar para pemain: “if my opponent was too easy, I don’t feel very satisfied after winning” and etc (hal 436). Respon terbaik dari pemain strategi pembinaan setelah pertandingan. Negative responses Consistency Placing the blame
Behaviors Off the Field or Court Pelatih bertanggung jawab untuk sekolah dan perguruan tinggi, pemain mereka yang dilatih selama 24 jam, 7 hari seminggu, dan selama musim panas. Para pemain memiliki masukan bagi para pelatih, yaitu (1) Pelatih dan atlet tidak dalam kelompok sebaya yg sama (2) Atlet membutuhkan dan menginginkan waktu pribadi dengan pelatih mereka (3) Pelatih sebaiknya tdk terlibat secara romantis atau seksual dgn atlet mereka. Pebedaan Persepsi anatara pelatih dan atlet Psikolog olahraga mencoba untuk memahami persepsi dan peran pelatih dan atlet. Kedua belah pihak ingin sukses, mereka tidak selalu setuju pada cara terbaik untuk mencapainya.
Differing Perceptions between Coach and Athlete’ Pelatih dan pemain → Sering terjadi kurangnya komunikasi di antara mereka, tidak harus mengajarkan keterampilan dan strategi permainan, tetapi untuk mengembangkan kepercayaan dan kesetiaan antara pelatih dan pemain. Contoh kurangnya komunikasi yang efektif anatara pelatih dan atlet: Olahragawan tdk diperbolehkan untuk mengungkapkan perasaan kepada pelatih Kurangnya pujian Pelatih membuat pernyataan yang mempermalukan atlet Kurangnya ketulusan dan kejujuran.
SUMMARY