MATA KULIAH TAUHID AKIDAH AKHLAK Pertemuan 14
Bismillahirrahmaanirrahiim Hakekat akhlak Madzmumah Macam-macam akhlak Madzmumah
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat : Membaca al-Qur’an surat al-a’raf(7):178-179 beserta artinya Menjelaskan tentang hakekat akhlak tercela Menyebutkan ciri-ciri akhlak tercela Menguraikan ciri-ciri Ananiyah ( Egoistis) Menjelaskan maksud dari Al Buhtan ( berdusta ) Menjelaskan maksud dan ciri-ciri Al Ghadlab Menjelaskan maksud dari Al Hasad (dengki ) Menjelaskan sifat dan ciri-ciri dari Al Istikbar ( Sombong)
11. Menjelaskan sebab-sebab munculnya perbuatan Istikbar 12. Menjelaskan tentang Al Israf ( Berlebih- lebihan) 13. Menjelaskan tentang Al Liwathah ( Homo Sexual/ Lesbian) 14. Menjelaskan tentang Al Ifsad ( Berbuat kerusakan) 15. Menjelaskan tentang Al Namimah ( Mengadu domba) 16. Menjelaskan tentang Al Sikhriyah ( Mengolok- olok)
hakekat akhlak tercela Secara bahasa, Madzmumah berarti tercela. Sedangkan menurut istilah, Akhlak Madzmumah yaitu semua sifat, perkataan ataupun perbuatan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga dianggap buruk atau tercela dan bernilai negatif.
ciri-ciri akhlak tercela Akhlak madzmumah merupakan segala sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti yang seharusnya, tidak sempurna dalam dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam hati, tidak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Akhlak madzmumah merupakan sesuatu yang buruk, ia adalah kebalikan dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia. Dan daripadanya akan memberikan dampak yang negatif bagi dirinya sendiri maupun orang lain yang ada di sekitarnya
Substansi akhlak madzmumah adalah tidak sejalan dengan hati nurani dan akal sehat. Selain itu juga akhlak ini tidak dapat di terima oleh masyarakat umum. Dalam melakukanya kita akan merasa gelisah tidak tenang dan di hantui oleh dosa. Akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain.
Macam-macamnya: 1. Ananiyah ( Egoistis) Manusia hidup tidaklah menyendiri, tetapi berada di tengah-tengah masyarakat yang heterogen. Ia harus yakin jika hasil perbuatan baik, masyarakat turut mengecap hasilnya, tetapi jika akibat perbuatannya buruk masyarakatpun turut menderita. Sebaliknya orang tiada patut hanya bekerja untuk dirinya, tanpa memerhatikan tuntutan masyarakat, sebab kebutuhan-kebutuhan manusia tidak dapat dihasilkan sendiri. Ia sangat memerlukan bantuan orang lain dan pertolongan dari anggota masyarakat. sifat egoistis tidak diperdulikan orang lain, sahabatnya tidak banyak dan ini berarti mempersempit langkahnya sendiri di dunia yang luas ini.[3]
2. Al Buhtan ( berdusta ) Maksud sifat dusta ialah mengada-ada sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dengan maksud untuk merendahkan seseorang. Kadang-kadang ia sendiri yang sengaja berdusta. Dikatakannya orang lain yang menjadi pelaku, juga ada kalanya secara brutal ia bertindak, yaitu mengadakan kejelekan terhadap orang yang sebenarnya tidak bersalah. Orang yang seperti ini perkataannya tidak dipercayai orang lain. Di dunia ia akan memperoleh derita dan di akhirat ia akan menerima siksa. Menghadapi orang yang bersifat demikian, apabila ia membawa berita hendaklah berhati-hati, jangan mudah diperdayakan, sebab berdusta sudah memang hobinya, celakalah setiap pendusta, pengumpat, pencela, dan pemfitnah.[4]
3. Al Ghadlab Marah atau disebut juga sifat pemarah terjadi karena darah mendidih di dalam hati untuk menuntut pembalasan. Pembalasan ini merupakan bentuk kekuatan untuk memberikan kelezatan dan tidak akan reda kecuali dengan pembalasan. Amarah merupakan bagian dari karakter yang selalu ada pada diri manusia. Barang siapa marah dan selalu mengikuti kemarahannya hingga mengikuti perbuatan yang jelek, maka hal tersebut merupakan kemarahan yang tercela sesuai perbuatan yang dulakukannya.
4. Al Hasad (dengki ) Dengki ialah suatu keadaan pikiran, yang membuat dirinya merasa sakit jika orang lain mendapat suatu kesenangan dan ia ingin agar kesenangan itu diambil dari orang itu meskipun ia sendiri tidak akan mendapat keuntungan apapun dengan hilangnya kesenangan itu. Ini mengarah kepada kekejian, merasa gembira jika orang lain bernasib buruk. Semua yang baik yang dimiliki manusia adalah karunia Allah dan setiap keinginan orang lain agar ini dihapuskan menunjukkan bahwa: ketidak senangannya dengan putusan Allah, dan keserakahan yang keterlampauan. Karena seorang bakhil itu kikir dengan harta miliknya sendiri, tetapi seorang pendengki, kikir berkenaan dengan anugerah yang datang dari khazanah Allah.[6]
5. Al Istikbar ( Sombong) Sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, labih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih beruntung dari yang lain. Maka biasanya orang seperti itu memandang orang lain lebih buruk , lebih rendah dan tidak mau mengakui kelebihan orang tersebut, sebab tindakan itu menurutnya sama dengan merendahkan dan menghinakan dirinya sendiri.
Al-Ghazali menyebutkan kesombongan itu banyak macamnya Al-Ghazali menyebutkan kesombongan itu banyak macamnya. Berdasarkan terhadap apa kesombongan itu ditujukan, maka terdapat tiga macam, yakni sombong terhadap Allah, sombong terhadap para Nabi dan sombong terhadap orang lain.
7. Al Israf ( Berlebih-lebihan) Al- Ishraf ialah menyianyiakan sesuatu tanpa manfaat, melebihi batas disetiap perbuatan, misalnya menyianyiakan harta, ini dilarang oleh agama dan merupakan penyakit hati, mengeluarkan harta tanpa faidah, umpama makan dan minum dikala belum lapar dan belum haus atau makan minum yang berlebih- lebihan, berpakaian yang terlalu menyolok secara keterlaluan. Karena itu, makan, minum, berpakaian hendaklah sekadar cukup saja, jangan berlabih- lebihan, sifat ini timbul pada mereka yang bodoh karena tidak pandai mengatur, padahal masih banyak keperluan-keperluan urgent yang lebih patut.
8. Al Liwathah ( Homo Sexual/ Lesbian) Homo seksual (Liwath) adalah hubungan antara sesama jenis (laki-laki dengan laki-laki), Perbuatan ini merupakan salah satu penyelewengan seksual, karena menyalahi sunnah Allah, dan menyalahi fitrah makhluk ciptaanNya. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim dan atau hubungan sexual diantara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi mengidentifikasi diri merek sebagai gay.
9. Al Ifsad ( Berbuat kerusakan) Orang yang berbuat kerusakan jiwanya seperti jiwa serigala yaitu selalu berusaha bagaimana caranya menganiaya orang lain, dan yang ada difikirannya hanya bagaimana cara merusak orang lain. Dapat juga dikatakan seperti jiwa tikus yaitu tidak dengan moncong mulutnya, dengan ekornya dia mencuri, selain itu kerjanya hanya merusak saja. Ia senang menagdu dombakan orang, menghasut dan melancarkan fitnah untuk merusakkan orang lain, membuat bencana, maka orang seperti itu tidak dapt dipercaya dan harus dijauhi
10. Al Namimah ( Mengadu domba) Menyampaikan perkataan seseorang atau menceritakan keadaan seseorang atau mengabarkan pekerjaan seseorang kepada orang lain dengan maksud mengadu domba antara keduanya atau merusakkan hubungan baik antara mereka. Keadaan ini mengakibatkan timbulnya kejahatan antara orang dengan orang atau memutuskan silaturrahmi anttara keluarga dan sahabat, menceraikan hubungan orang dan sebenarnya hal ini berarti memperbanyak jumlah lawan
11. Al Sikhriyah ( Mengolok-olok) Al- Sikhriyyah adalah menghina ke’aiban atau kekurangan orang dengan menertawakannya, dengan memperkatakannya, atau dengan meniru perbuatannya dengan isyarat. Janganlah menghina atau memperolok-olokkan orang, boleh jadi orang tersebut lebih baik dari engkau sendiri. Orang yang selalu berolok-olok adalah orang yang berjiwa kera, senangnya hanya mengejek perbuatan orang lain.
Alhamdulillah