Deisme Oleh : Gabriel Pinontoan | Folin Tempoh Raymond Sigar |Amsal Yonas |Valentino Pola
Apa itu Deisme ? Kata deisme berasal dari bahasa latin deus yang berarti Tuhan. Menurut paham deisme, Tuhan berada jauh di luar alam. Tuhan menciptakan alam dan sesudah alam diciptakan, Ia tidak memperhatikan dan memelihara alam lagi. Alam berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan ketika proses penciptaan. Peraturan-peraturan tersebut tidak berubah-ubah dan sangat sempurna. Jadi deisme secara istilah, yaitu suatu aliran atau paham yang menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya dewa pencipta alam dan keberadaanya jauh di luar alam.
Gambaran Penganut Deisme Beberapa deist menanggap bahwa Tuhan tidak Mencampuri urusan manusia dan mengubah hukum-hukum alam semesta. Dengan demikian, deisme menolak kepercayaan terhadap mukjizat atau segala bentuk kegaiban lainnya. Pandangan tersebut merupakan pandangan khas tentang Tuhan pada masa Pencerahan, terutama di dalam filsafat Pencerahan Inggris. Penganut deisme percaya dengan keberadaan Tuhan, tanpa bantuan Agama, Otoritas Religius, atau Kitab Suci
Deist biasanya menolak kejadian gaib (kenabian, mukjizat) dan cenderung menegaskan bahwa Tuhan (atau "Arsitek Yang Maha Esa") memiliki rencana untuk semesta yang tidak terubahkan, baik oleh campur dalam urusan kehidupan manusia atau menangguhkan hukum alam dari semesta. deists melihat sebagai interpretasi (rasionalitas) yang dibuat oleh manusia lain, bukan berasal dari Tuhan.
Tokoh” Deisme John Toland (1670-1722) Metthew Tindal (1656-1733) Giordano Bruno (1548-1600), Lucilio Vanini (1584-1619), Barukh Spinoza (1632-1677), Hermann Samuel Reimarus (1694-1768 Gotthold Ephraim Lessing (1729-1781) Moses Mendelssohn (1729-1786). Aufklarung berkembang Francois-Marie Arouet (Voltaire; 1694-1788) Jean-Jacques Rousseau (1724-1781). Immanuel Kant (1724-1781). Thomas Paine Isaac Newton
Para penganut deisme sepakat bahwa Tuhan Esa dan jauh dari alam, serta maha sempurna. Mereka juga sepakat bahwa Tuhan tidak melakukan interbensi pada alam lewat kekuatan supernatural. Bagaimanapun, tidak semua penganut deisme setuju tentang keterlibatan Tuhan dalam alam dan kehidupan sesudah mati. Karena itu, atas dasar perbedaan tersebut deisme dapat dibadi atas empat, yaitu: Tuhan tidak terlibat dengan pengaturan alam. Dia menciptakan alam dan memprogramkan perjalanannya, tetapi dia tidak menghiraukan apa yang telah terjadi atau apa yang akan terjadi. Tuhan terlibat dengan kejadian-kejadian yang sedang terlangsung dialam, tetapi bukanmengenai perbuatan moral manusia. Manusia memiliki kebebasan utnuk berbuat baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral, dan jujur atau bohong, semuanya itu bukan urusan Tuhan Tuhan mengatur alam dan sekaligus memperhatikan perbuatan moral manusia. Sesungguhnya Tuhan ingin menegaskan bahwa manusia harus tunduk pada hukum moral yang telah dia tetapkan dijagad raya. Bagaimanapun, manusia tidak akan hidup sesudah mati. Ketika seseorang mati, maka babak terakhir kehidupannya ditutup. Tuhan mengatur alam dan mengharapkan manusia mematuhi hokum moral yang berasal dari alam. Pandanganaini berpendapat bahwa ada kehidupan setelah mati. Seseorang yang berbuat baik akan dapat pahala dan yang berbuat jahat akan dapat hukuman. Aspek positif dari deisme adalah peranan
Sejarah Deisme Pemikiran deistik ini sudah mulai berkembang sejak zaman yunani kuno dimana seorang pemikir yunani bernama Heraclitus (540-480 SM) yang beranggapan bahwa adanya akal universal yang menuntun segala sesuatu yang terjadi di alam dan ada satu entitas yang menjadi sumber dari segala sesuatu, berarti akal Deisme sebenarnya sudah ada sejak dulu. Tapi, Deisme mulai bermunculan selama abad ke-17 dan 18 pada Masa Pencerahan, terutama di Inggris, Perancis dan Amerika, kebanyakan di antara mereka yang dibesarkan sebagai Kristen yang mendapati bahwa diri mereka meragukan mukjizat, kebenaran dan keakuratan kitab suci, yang menginginkan agama menjadi lebih alamiah atau yang disebut sebagai agama alamiah.