IDENTIFIKASI STUDI KASUS DALAM SEKOLAH MENURUNNYA MOTIVASI BELAJAR (KASUS BIDANG BELAJAR ) ERLINA DWI CAHYANI 2010-31-195
IDENTITAS KLIEN Nama : RR Kelas : X-3 No. Absen: 30 Umur : 15 Tahun Sekolah : SMA N 1 JEKULO KUDUS
LATAR BELAKANG ORANG TUA: a. Nama Orang Tua - Ayah : DA - Ibu : ST b. Pendidikan terakhir - Ayah : SD - Ibu : SD c. Pekerjaan - Ayah : Sopir - Ibu : Buruh d. Tingkat Sosial Ekonomi : Kurang mampu e. Klien tinggal bersama dengan kedua orang tua
DISKRIPSI MASALAH Konseli adalah siswa kelas X-3, dalam kesehariannya RR pendiam, tidak aktif mengikuti kegiatan ekstra kulikuler dan jarang masuk sekolah. Prestasi belajarnya menurun dan banyak nilai UTS yang belum tuntas.
ANALISIS DATA Berdasarkan hasil IKMS, diketahui bahwa RR merasa lingkungan pertemannnya kurang mendukung, kesulitan menumbuhkan semangat belajar yang menurun, pesimis melanjutkan sekolah karena masa depan tidak jelas dan keadaan ekonomi keluarga yang menurun, kurang mengetahui tata karma pergaulan, kurang bisa mengendalikan diri, berfikir dan bertindak, takut saat mengikuti pelajaran dan sulit memahami pelajaran. Berdasarkan hasil sosiometri, klien merupakan anak yang kurang diperhatikan dalam kelas sebab tidak ada yang memilih maupun menolak RR. Berdasarkan informasi teman klien, klien merupakan siswa yang pendiam. Berdasarkan absensi RR sudah 2 kali tidak masuk sekolah tanpa ijin. Berdasarkan observasi kelas, RR merupakan siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran.
DIAGNOSIS Berdasarkan identifikasi masalah klien, maka perkiraan sementara penyebab klien bermasalah karena adanya faktor dari diri sendiri dan lingkungan. Klien merasa motivasi belajarnya kurang dan sulit mengendalikan diri berfikir dan bersikap positif hingga sering tidak masuk kelas tanpa ijin.
PROGNOSIS Setelah mengetahui masalah RR diatas maka diperlukan bantuan-bantuan yang dapat memberikan pemahaman serta pengentasan masalah yang sedang dialami RR. Bantuan yang akan diberikan praktikan kepada klien yang mana klien sulit mengendalikan diri berfikir dan bersikap positif hingga sering tidak masuk kelas tanpa ijin adalah konseling individu dengan pendekatan BH (Behavioristik).
TREATMENT Approach model BH (Behavioristik) yaitu suatu model konseling yang berorientasi pada perubahan tingkah laku yang nampak, spesifik dan terukur melalui proses belajar. Consept model Tingkah laku manusia merupakan hasil belajar dari lingkungan. Tingkah laku manusia cenderung untuk berbuat positif atau negative. Perubahan tingkah laku manusia ditentukan oleh situasi saat ini bukan masa lalu. Tingkah laku yang ingin diubah adalah tingkah laku yang tampak, spesifik dan terukur.
Operational model Strategi yang digunakan adalah strategi direktif yaitu konselor mengambil tindakan untuk mengarahkan klien, akan tetapi keputusan terakhir diserahkan kepada klien sepenuhnya. Communication model Pola hubungan antara konselor dan klien bersifat Education, seperti guru dengan murid, orang tua dengan anak, pelatih dan yang dilatih
Role model ~Konselor sebagai guru, orang tua, pelatih, maka harus akrab namun ada batas sesuai tahapan dalam konseling. ~Klien berperan sebagai siswa/ peserta didik atau yang sedang dilatih Performance model Konselor sebagai guru dan motivator dalam membantu klien mengentaskan masalah yang sedang dihadapi. Teknik model Tehnik model yang digunakan adalah pembentukan tingkah laku.Yaitu tehnik yang digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang terbentuk tersebut dengan cara memberikan reinforcemen dan social modeling.
EVALUASI Setelah melakukan konseling individu, klien merasa sedikit lega karena bisa mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya kepada konselor. Klien juga merasa bahwa tindakan yang dilakukannya itu salah dan perlu memperbaiki sikap dan tingkah laku yang negatif menjadi positif melalui proses belajar.
FOLLOW UP Komitmen yang telah dibuat oleh klien sendiri akan memperkuat tingkah laku yang lebih positif, peran konselor disini adalah memantau sejauh mana perubahan yang teejadi pada klien. Apabila dengan bantuan konseling pertama yang telah diberikan pada klien belum bisa menunjukkan hasil yang diharapkan maka konselor akan memberikan konseling lanjutan.