Tuberkulosis Paru pada Usia Dewasa Novalia Khoemalasari (102010022)
ANAMNESIS Identitas Lengkap Keluhan utama Keluhan tambahan Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga Pola hidup Keadaan sosial ekonomi
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum TTV Pemeriksaan thorak
Pemeriksaan Penunjang Darah Sputum Radiologis Histopatologi Tes tuberkulin
Pembeda Gejala Klinis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang TB Paru Batuk, hemoptisis, sesak, nyeri dada, keringat malam, anoreksia, BB turun,lemas Demam subfebris, Perkusi redup, auskultasi: bronkhial napas ronkhi basah kasar dan nyaring Konsolidasi/infiltrat di daerah apeks lobus inferior, pembesaran hilus, snow storm appeareance. Ca Paru Batuk, hemoptisis, sesak, nyeri dada, suara sesak, anoreksia, BB turun,lemas Auskultasi wheezing CT-scan memakai teknik positron emission tomography ditemukan nodul.
Pembeda Ananmnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Abses Paru Batuk, hemoptisis, sesak, nyeri dada Demam tinggi, perkusi redup, auskultasi bronkhial, ronkhi basah, amforik, vokal fremitus hilang Anaerobik kavitas Bronkhiektasis Batuk, hemoptisis, sesak, nyeri dada, sputum warna hijau dan bau Auskultasi ronkhi basah, ada wheezing jika ada obstruksi paru Honey comb appearance
DIAGNOSIS KERJA Tuberkulosis paru
ETIOLOGI Mycobacterium tuberculosa
PATOFISIOLOGI Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan ber-bentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer atau sarang Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melaui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ seperti paru, otak, ginjla, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.
PATOFISIOLOGI Direabsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat. Sarang yang mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh ensim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut
EPIDEMIOLOGI Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun. Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India.
GEJALA KLINIS Batuk, hemoptisis, sesak, nyeri dada, keringat malam, anoreksia, BB turun,lemas
PENATALAKSANAAN Nama Obat Dosis yang direkomendasikan Dosis Pemberian Setiap Hari Dosis Pemberian Intermitten mg/kgBB Maksimum (mg) mg/kgBB Maksimum (mg) Isoniazid (H) 5 mg 300 mg 15 mg 750 mg (seminggu 2 kali) Rifampisin (R) 10 mg 600 mg 15 mg 600 mg (seminggu 2 kali) Pirazinamid (P) 35 mg 2500 mg 50 mg Streptomisin (S) 15-20 mg 750-1000 mg 15-20 mg 750-100mg Etambutol (E) 15-25 mg 1800 mg Tioasetazon 4 mg (anak) 150 mg
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s arthropathy. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas, SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, SOPT/fibrosis paru, cor pulmonal, amiloidosis, ca paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB
PENCEGAHAN Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect, perawatan. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan. BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
PENCEGAHAN Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan pasteurisasi air susu sapi. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru. Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti para emigrant, orang- orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit, petugas foto rontgen. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan tuberculin test
PROGNOSIS Baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika disebabkan oleh strain resisten obat atau terjadi pada pasien berusia lanjut, dengan debilita, atau mengalami gangguan kekebalan yang berisiko tinggi menderita tuberkulosis milier
KESIMPULAN Penyakit TB paru tidak selalu didahului dengan gejala tapi bisa juga hanya infeksi dan yang akhirnya dapat menimbulkan gejala lanjut yang lebih parah. Pencegahan dan penanganan penyakit ini dapat mengeradikasi kuman Mycobacterium tuberculosis.