Tujuan Utama Penelitian Pengembangan Pariwisata Jawa Barat Tujuan Utama Penelitian Kajian ini dilakukan untuk mengetahui 2 hal utama: Memetakan kondisi sektor pariwisata Jawa Barat, dalam hal kesiapan infrastruktur baik itu fisik maupun non-fisik sehingga teridentifikasi potensi, keunggulan, dan kelemahan dari sektor pariwisata Jawa Barat. Memberikan rekomendasi kebijakan yang terkait dengan bagaimana menumbuhkembangkan sektor pariwisata di Jawa Barat sehingga dapat mencapai potensinya sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi Jawa Barat Metodologi Untuk mencapai tujuan dari penelitian tersebut, metodologi yang digunakan adalah: Mengadopsi pendekatan yang digunakan WEF, yaitu Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) untuk menjawab tujuan pertama. Hasil pemetaan pada tujuan pertama kemudian digunakan dalam analisis determinan pariwisata Jawa Barat dengan pendekatan kuantitatif regresi. PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT TAHAPAN DALAM PEMBENTUKAN “TOURISM COMPETITIVENESS INDEX” JABAR TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4 Variabel dalam Podes Agregasi ke tingkat Kabupaten/kota Penentuan Bobot masing-masing variabel terhadap pilar menggunakan PCA Penentuan Bobot untuk masing-masing pilar dengan menggunakan PCA Penyesuaian dengan Pilar-pilar dalam TTCI WEF Normalisasi Variabel Skor untuk masing-masing pilar Skor TCI untuk masing-masing Kabupaten/Kota PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT TAHAP 1 Inti dari tahap 1 adalah untuk mengidentifikasikan variabel dalam PODES yang dapat merepresentasikan pilar-pilar dalam TTCI WEF (14 Pilar) Dalam hal ini, pilar-pilar yang dapat digunakan untuk kepentingan kajian ini adalah sebagai berikut: Environmental and Sustainability Health Services Human Resources and Labour Market ICT Readiness Natural and Cultural Resources Safety and Security Tourist Service Infrastructure Transport Infrastructure Variabel dalam PODES Penyesuaian dengan pilar-pilar dalam TTCI WEF PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT No Pilar Indikator p11 Environmental and Sustainability Persentase desa di kab/kota i dengan tidak ada permukiman kumuh p12 Persentase desa di kab/kota i dengan TIDAK ADA kejadian pencemaran air p13 Persentase desa di kab/kota i dengan TIDAK ADA kejadian pencemaran tanah p14 Persentase desa di kab/kota i dengan TIDAK ADA kejadian pencemaran udara p21 Health Services Persentase desa yang memiliki rumah sakit, rs bersalin, dan/atau puskesmas rawat inap di kab/kota i p22 Persentase desa yang memiliki puskesmas, puskesmas pembantu, poliklinik, dan/atau praktek dokter di kab/kota i p23 dummy desa yang tidak memiliki semua jenis KLB di kab/kota i p31 Human Resources and labour market Persentase desa di kab/kota I dengan sumber penghasilan utama dari perdagangan, rumah makan, dan jasa p32 Persentase desa yang memiliki SMA/MA/SMK negeri di kab/kota I p33 Persentase desa yang memiliki Akademi/PT negeri di kab/kota I p34 Persentase desa yang memiliki setidaknya 1 lembaga pendidikan bahasa asing di kab/kota i p35 % Penduduk tidak menganggur p41 ICT readiness Persentase desa yang memiliki sinyal seluler kuat di kab/kota i p42 Persentase desa yang memiliki warnet di kab/kota i p43 Persentase desa yang memiliki BTS p51 Natural & Cultural Resources Persentase desa di kab/kota I yang memiliki danau untuk pariwisata p52 Jumlah destinasi wisata kab/kota i p53 Situs bangunan bersejarah p54 Desa Wisata p55 Jenis Wisata PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT Safety and security Persentase desa di kab/kota i dengan TIDAK ADA kejadian bencana (salah satu dari seluruhnya)* p62 Persentase desa di kab/kota i yang memiliki sistem peringatan dini bencana p63 Persentase desa yang TIDAK ADA perkelahian massal di kab/kota i p64 Persentase desa yang TIDAK ADA kejahatan pencurian di kab/kota i p65 Persentase desa yang TIDAK ADA kejahatan perkosaan dan pembunuhan di kab/kota i p71 Tourist Service Infrastructure Persentase desa yang memiliki RPTRA di kab/kota i p72 Persentase desa yang memiliki Pub/Diskotik/Karaoke di kab/kota i p73 Persentase desa yang memiliki sarana sepakbola di kab/kota i p74 Jumlah industri mikro kecil di kab/kota i p75 Jumlah pasar permanen di kab/kota i p76 Jumlah pasar semi permanen di kab/kota i p77 Jumlah mini market di kab/kota i p78 Jumlah toko kelontong di kab/kota i p79 Jumlah restoran di kab/kota i p710 Jumlah hotel di kab/kota i p711 Jumlah penginapan di kab/kota i p712 jumlah bank pemerintah+bank swasta p713 spbu p81 Transport Infrastructure Persentase desa di kab/kota i yang memiliki penerangan pada jalan utama p82 Persentase desa yangmemiliki akses jalan aspal/beton di kab/kota i p83 Persentase desa yang DAPAT DILALUI SEPANJANG TAHUN p84 Keberadaan Terminal PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
Agregasi ke level kabupaten/kota TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT Variabel dalam podes diagregasikan ke level Kabupaten/kota dan distandarisasi (“Persentase desa yang memiliki,,,”) Normalisasi variabel tersebut yang disesuaikan dengan rating TTCI (1-7). Dengan demikian, maka “value” dari masing-masing variabel dapat dibandingkan antar unit. TAHAP 2 Agregasi ke level kabupaten/kota Normalisasi Variabel PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
Penentuan Bobot masing-masing variabel terhadap pilar TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT TAHAP 3 Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot untuk masing-masing variabel terhadap masing-masing pilar (8), dengan teknik Principle Component Analysis (PCA). Bobot tersebut kemudian digunakan untuk menghitung skor untuk masing-masing pilar pada setiap kabupaten/kota. Penentuan Bobot masing-masing variabel terhadap pilar Skor untuk masing-masing Pilar PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
Penentuan bobot masing-masing pilar menggunakan PCA TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT TAHAP 4 Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot untuk masing-masing pilar untuk membentuk skor TCI Kab/kota, dengan teknik Principle Component Analysis (PCA). Bobot tersebut kemudian digunakan untuk menghitung skor TCI (composite) pada setiap kabupaten/kota. Penentuan bobot masing-masing pilar menggunakan PCA Skor TCI untuk masing-masing kabupaten/kota PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
TOURISM COMPETITIVENESS INDEX Link to label indicator TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT - TAHUN 2014 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Environmental and Sustainability Health Services Human Resources and labour market ICT readiness Natural & Cultural Resources Safety and security Tourist Service Infrastructure Transport Infrastructure p11 p21 p31 p41 p51 p61 p71 p81 p12 p22 p32 p42 p52 p62 p72 p82 p13 p23 p33 p43 p53 p63 p73 p83 p14 p34 p54 p64 p74 p84 p35 p55 p65 p75 p76 p77 p78 p79 p710 p711 p712 p713 Link to label indicator PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT TCI SKOR Environmental and Sustainability Health Services Human Resources and labour market ICT readiness Natural & Cultural Resources Safety and security Tourist Service Infrastructure Transport Infrastructure composite rank p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 BOGOR 4.67 1.24 2.62 4.14 3.99 2.68 4.38 5.57 3.65 1 KOTA BANDUNG 3.48 1.38 2.58 5.51 1.79 3.79 4.13 6.17 3.55 2 KOTA DEPOK 4.92 2.38 2.51 6.88 1.36 2.25 1.96 5.46 3.5 3 KOTA SUKABUMI 6.53 2.2 1.76 6.01 0.69 3.02 0.71 5.93 3.38 4 GARUT 5.61 1.75 2.71 1.88 4.37 4.5 2.59 3.21 3.37 5 CIAMIS 6.15 0.99 3.56 2.03 1.83 5.23 2.12 5.54 3.35 6 BEKASI 4.09 1.95 2.86 6.4 0.17 2.75 2.87 3.32 7 KUNINGAN 5.8 0.49 3.12 1.29 3.46 5.02 1.42 5.92 3.28 8 KOTA BOGOR 5.3 2.77 2.73 5.49 0.82 1.43 3.24 9 KOTA CIMAHI 3.47 0.11 4.74 0.59 5.88 3.15 10 BANDUNG 2.95 1.82 3.04 3.09 3.59 2.97 2.28 5.33 3.13 11 INDRAMAYU 5.72 0.79 2.16 1.56 4.23 1.49 4.81 12 SUKABUMI 0.98 2.91 3.33 3.81 13 TASIKMALAYA 6.05 2.22 1.19 2.3 4.08 1.74 4.93 14 SUBANG 0.95 2.66 2.67 3.86 4.31 15 MAJALENGKA 5.82 1.18 3.22 1.15 1.93 4.47 5.55 16 SUMEDANG 5.7 1.51 1.67 4.04 1.58 4.63 2.96 17 KARAWANG 5.03 0.68 3.87 1.61 4.62 18 CIREBON 4.65 2.34 3.41 2.11 5.32 19 KOTA TASIKMALAYA 0.58 1.87 4.77 5.94 20 4.19 3.14 3.96 0.43 2.72 3.72 2.78 21 KOTA CIREBON 3.3 0.12 6.11 1.07 2.35 1.46 22 PANGANDARAN 5.98 1.01 2.82 1.69 2.21 3.58 23 KOTA BANJAR 3.53 2.18 1.57 0.15 3.57 0.93 6.02 2.69 24 CIANJUR 5.35 3.1 0.92 2.83 2.02 2.57 25 PURWAKARTA 4.9 0.41 2.56 1.47 4.94 2.54 26 BANDUNG BARAT 0.89 4.52 1.53 2.44 27 PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
TOURISM COMPETITIVENESS INDEX JAWA BARAT Beberapa kesimpulan awal dari hasil pemetaan TCI Jawa Barat: ICT Readiness menjadi komponen paling utama dalam membentuk daya saing pariwisata. Ketersediaan Wifi dan Sinyal telefon diduga menjadi faktor penting bagi wisatawan di Jabar. Wisatawan ke Jabar mayoritas domestik, dan bahasa sederhananya, destinasi wisata tersebut bagi wisatawan harus “instagram-able” dan “path-able”. Kab. Sukabumi memiliki skor relatif tinggi pada Natural and Cultural Resources dan environmental and sustainability (cerminan inti dari pariwisata Jabar). Namun, karena ICT Readiness (dan Transport Infrastructure, secara keseluruhan posisinya hanya berada pada peringkat 16. Kab. Sukabumi memiliki potensi yang relatif tinggi, dan dapat didorong dengan memperbaiki akses dan konektivitas (fisik maupun ICT). Kota Sukabumi dapat berperan sebagai penopang Kab. Sukabumi yang memiliki skor tinggi (6.5) pada kategori Environmental & Sustainability, ICT Readiness (6.01) dan Transport Infrastructure (5.93). Pada intinya, perkembangan ICT pada daerah yang memiliki potensi pariwisata tinggi (Kabupaten) justru relatif rendah. Perbaikan pada indikator natural and cultural resources: ditambahkan indikator jumlah destinasi wisata unggulan Jawa Barat? *Rendahnya indikator Natural & Cultural untuk Pangandaran dan Bandung Barat PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
TCI Kabupaten Sukabumi PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
TCI Kota Sukabumi PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
ANALISIS DETERMINAN PARIWISATA JAWA BARAT Analisis Pilar 1: Relatif menggambarkan kekuatan dari wisata Jawa Barat, dimana kondisi udara yang bersih dan segar menarik minat wisatawan. Meskipun demikian, masih terdapat permasalahan pemukiman kumuh (terutama pada kota Cirebon) pada daerah wisata tersebut, meskipun wisatawan diduga tidak mengetahui hal tersebut dan tidak mendatangi daerah pemukiman tersebut. No Pilar Variabel Koefisien t p-value Keterangan a1 Environmental and Sustainability Persentase desa tanpa pemukiman kumuh -0.01266 -0.78 0.44 negatif insignificant a2 Persentase desa tanpa pencemaran air 0.005541 0.29 0.776 positif a3 Persentase desa tanpa pencemaran tanah 0.01635 0.22 0.824 a4 Persentase desa tanpa pencemaran udara 0.09290 3.61 0.001 significant PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
ANALISIS DETERMINAN PARIWISATA JAWA BARAT Analisis Pilar 2 dan 3: Layanan kesehatan nampaknya belum dianggap penting bagi wisatawan ke Jabar (mayoritas domestik). Sepanjang ada pelayanan kesehatan minimal (puskesmas) sudah cukup Ketersediaan tenaga kerja lokal nampaknya belum terserap oleh sektor pariwisata, dimana hubungan antara beberapa variabel labor market bersifat negatif terhadap kunjungan objek wisata b1 Health Services Persentase desa yang memiliki Rumah Sakit -0.0650316 -1.65 0.105 negatif insignificant b2 Persentase desa yang memiiki Puskesmas 0.0039245 0.35 0.725 positif c1 Human Resources and Labor Market Persentase desa dimana mayoritas penduduk memilki pendapatan dari sektor perdagangan, hotel, dan restaurant -0.0089678 -0.6 0.549 c2 Proporsi jumlah SMA/SMK 0.0046763 0.59 0.559 c3 Proporsi jumlah PT -0.0844527 -5.9 significant c4 Persentase desa yang memiliki kursus bahasa asing -0.0490381 -3.29 0.002 c5 Tingkat pengangguran terbuka 0.0241136 0.45 0.657 PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
ANALISIS DETERMINAN PARIWISATA JAWA BARAT Analisis Pilar 3 dan 4 (Komponen utama dalam TCI): Seluruh indikator pada kedua pilar ini memiliki arah yang positif. Komponen ICT dan Natural and cultural mempertegas dan sejalan dengan hasil penilaian bobot pada TCI. Meskipun demikian, perlu adanya pengelolaan tempat bersejarah yang lebih baik. Nampaknya ada kecenderungan wisatawan domestik relatif enggan untuk mendatangi tempat bersejarah, yang dapat disebabkan karena service infrastructure dan promosi yang kurang (not instagramable and pathable). d1 ICT Readiness Persentase desa yang memiliki sinyal kuat 0.0661869 1.85 0.069 positif significant d2 Persentase desa dengan layanan internet 0.044005 2.42 0.018 e1 Natural and Cultural Jumlah objek wisata 1.49347 3.84 e7 Jumlah tempat bersejarah 0.0360234 0.11 0.91 insignificant PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
ANALISIS DETERMINAN PARIWISATA JAWA BARAT Analisis Pilar 5: Pada TCI, kabupaten Bogor yang relatif unggul pada ICT readiness dan Natural and Cultural Resource memiliki permasalahan pada safety and security. Pada hasil regresi, safety and security pun relatif dianggap penting bagi wisatawan untuk berkunjung. f3 Safety and Security Persentase desa tanpa kejadian perkelahian massal 0.1573481 2.44 0.018 positif significant f4 Persentase desa tanpa peningkatan kasus pencurian 0.0005303 0.03 0.976 insignificant f5 Persentase desa tanpa peningkatan kasus pemerkosaan 5.51E-02 1.39 0.17 PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
ANALISIS POTENSI PARIWISATA JAWA BARAT Analisis Pilar 7 dan 8 : Hasil pada kedua pilar ini menunjukkan bahwa aksesibilitas dan layanan pendukung kebutuhan wisatawan pun relatif penting. Hasil ini mempertegas pula kesimpulan awal bahwa perlu adanya dukungan aksesibilitas dan layanan pendukung bagi Kabupaten Sukabumi, yang memiliki performa relatif rendah pada kedua pilar ini. g2 Tourist Service Infrastructure Persentase desa yang memiliki fasilitas Pub/Diskotik -0.0349369 -0.75 0.456 negatif insignificant g5 Persentase desa dengan kelompok pertokoan -0.0003836 -1.36 0.178 g6 Persentase desa yang memiliki pasar permanen 2.02E-02 1.91 0.061 positif significant g7 Jumlah mini market -0.0002254 -0.18 0.859 g9 Jumlah restoran dan rumah makan 0.0044145 3.49 0.001 g10 Jumlah hotel 0.0174655 2.48 0.016 g11 Jumlah losmen 0.0119786 6.52 h4 Transport Infrastructure Persentase desa yang memiliki lampu penerangan jalan -0.0221998 -2.14 0.036 h5 Persentase desa dengan jalan yang sudah diaspal 0.009307 1.76 0.038 h6 Persentase desa dimana kondisi jalan dapat dilalui sepanjang tahun 0.0166206 0.24 0.81 PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA JAWA BARAT BP2APD Bappeda Jawa Barat - CEBIS Universitas Katolik Parahyangan
JAWA BARAT (Skor Rata-rata : 3,10)
No. 1 untuk setiap PILAR
Kab. BOGOR
Kab. SUKABUMI
Kab. CIREBON
Kota BOGOR
Kota BANDUNG
Kota DEPOK