APLIKASI STANDARISASI MUTU TELUR DALAM PEMASARAN
Secara umum standarisasi mutu memiliki tujuan sebagai berikut : Mencapai kepastian mutu. Mencapai keseragaman/konsistensi mutu. Memperlancar transaksi dalam perdagangan. Memberi pedoman mutu kepada semua pihak yang terlibat dengan komoditi. Bahan pembinaan mutu. Melindungi konsumen.
PARAMETER KUALITAS TELUR Kualitas telur diartikan sangat beragam dan berdasarkan survey konsumen di Eropa, seperti yang dimuat dalam “Food Quality Parameters” tahun 2001, konsumen Eropa menerjemahkan kualitas telur dalam beberapa parameter dan skor (0 – 10) yaitu kesegaran (9.24), keamanan (8.76), dan nilai nutrisi (8.35). Parameter tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan harga (6.09) dan merek (4.31).
Gugus Kendali Mutu Telur OVN (Optimum Vitamin Nutrition) OVN adalah konsep gugus kendali yang diterapkan di beberapa negara antara lain Jepang, Spayol, Belanda, Swiss, Amerika, Brazil, China, India, Thailand dan Indonesia. Konsep dasar OVN : Produk ternak yang sehat dihasilkan oleh ternak yang sehat. Kualitas adalah parameter yang dikehendaki oleh konsumen.
Penanganan Pasca Panen Telur Konsumsi Utuh Tiga tujuan pokok : siap untuk dipasarkan, terjaga kesegaran dan keawetannya, serta aman dan utuh selama menunggu angkutan dan selama pemasaran. Sortasi memisahkan telur cacat dan rusak memisahkan telur menurut kelas mutunya Pencucian telur hanya dilakukan pada telur yang kotor permukaannya, terutama pada telur itik yang selalu kotor karena kandangnya yang basah. Penyimpanan dilakukan selama menunggu angkutan atau selama pemasaran. Penyimpanan telur konsumsi yang utuh dan segar biasanya dilakukan pada suhu rendah dengan kelembaban tinggi Pengemasan baik secara kemasan eceran dengan nampan telur (egg tray), maupun secara kemasan partai dengan kotak kayu atau keranjang.
Mutu Telur Konsumsi Keadaan mutu telur konsumsi ditentukan oleh banyak faktor yaitu: Cara beternak, termasuk kondisi kandang Kondisi fisiologik dan patologik organ reproduksi induk Faktor sebelum dan selama pemanenan, serta Kondisi pascapanennya.
Analisis Mutu Telur Dilakukan Berdasarkan Kriteria Dan Spesifikasi Mutu Dari Telur Utuh Dan Telur Dipecah. Telur komersial banyak dilakukan ialah pengamatan mutu telur utuh. Analisis mutu telur dipecah umumnya masih untuk tujuan penelitian. Analisis mutu telur utuh dilakukan secara visual langsung atau dengan peneropongan telur (candling). Analisisnya didasarkan pada sifat-sifat morfologi telur, kondisi cangkang, kotoran di permukaan telur, kesegaran dan kerusakan telur. Analisis mutu telur dipecah dilakukan untuk mengetahui ukuran kantong udara, indeks albumen, indeks kuning telur, dan parameter mutu lainnya seperti nilai satuan Haugh .
Menurut data statistik Ditjen Bina Produksi Peternakan, di Indonesia kerusakan telur setelah panen mencapai 25 persen. Hal ini, antara lain, disebabkan Terbatasnya perlakuan teknologi, Rantai pemasaran yang terlalu panjang Serta keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan.
Telur akan mengalami penurunan kualitas sejak 5-7 hari dari saat peneluran, yang ditandai dengan isi telur yang kocak. Atau bila dipecah isinya sudah tidak menggumpal lagi, seperti telur segar, alias busuk. Penurunan kualitas telur tersebut disebabkan kontaminasi mikroba dari luar yang masuk melalui pori-pori kulit telur dan kemudian merusak isi telur. Selain itu, disebabkan menguapnya air dan gas-gas, seperti: karbondioksida (CO2), amonia (NH3), nitrogen (N2), dan nitogen sulfida (H2S) dari dalam telur.
Untuk mengantisipasi penurunan kualitas telur pascapanen diperlukan suatu teknologi pengawetan. Prinsip dari pengawetan khususnya telur konsumsi adalah mencegah masuknya mikroba ke dalam telur serta mencegah penguapan air dan gas-gas dari dalam telur melewati pori-pori kulit telur.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH