KONSEP WAHYU DAN NABI DALAM ISLAM BY: DIYAH WULANDARI WIRDA AZIZAH
DEFINISI WAHYU DAN NABI A. Definisi Wahyu Menurut arti lughawi (kamus bahasa Arab), wahyu memiliki arti: Al-isyarah al-sari’ah: isyarat yang tepat Al-kitabah: tulisan Al-maktub: tertulis Al-risalah: pesan Al-ilham: ilham Al-I’lam al-khafi: pemberitahuan yang bersifat tertutup dan tidak diketahui pihak lain Al-kalam al-kahfi al-sari’: pembicaraan yang bersifat tertutup dan tidak diketahui pihak lain dan cepat.
Menurut Rasyid Ridha, “Wahy” atau wahyu adalah pemberitahuan yang bersifat tertutup, tidak diketahui pihak lain, cepat, dan khusus hanya kepada yang dituju. Menurut para ulama dari arti kebahasaan, wahyu adalah pemberitahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seorang nabi tentang berita-berita gaib, syari’at, dan hukum tertentu. Wahyu harus mengandung dua unsur utama. Yaitu (1) pemberi berita (Allah Subhanahu wa Ta’ala), (2) Penerima berita (nabi), sehingga tidak dimungkinkan terjadinya wahyu tanpa keduanya atau menafikan keduanya.
B. Definisi Nabi Menurut lughawi, kata “al-nabi” berasal dari kata “al-naba” yang berarti “berita yang berarti dan penting”. Al-nabi adalah orang yang membawa berita yang penting. Secara terminologis, “al-nabi” adalah seseorang yang diberi wahyu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik diperintahkan untuk menyampaikan (tabligh) atau tidak. Jika Ia diperintahkan untuk menyampaikan kepada yang lain, maka Ia disebut “rasul”.
C. Universalitas Fenomena Wahyu dan Nabi “Tidaklah anak adam dilahirkan kecuali dalam keadaan suci (fitrah), maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR. Bukhari) Pengesaan Tuhan (tauhid) berasal dari sebuah perjanjian dari setiap individu di depan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Manusia yang dilahirkan naluri keagamaan sudah melekat secara fitrah. Allah mengutus nabi dan rasul agar manusia tidak lagi beragumentasi dan membantah Allah untuk tidak beriman kepada-Nya serta tidak menyembah- Nya. Semua manusia sebenarnya dari segi fitrah dan tabiatnya bertemu dalam satu agama yang sama yaitu “agama alami”, “agama fitrah” atau agama “Islam Universal” dimana semua manusia mendapatkan porsi wahyu yang sama dari para nabi dan rasul.
D. Substansi Wahyu Samawi atau Risalah Para Nabi dan Rasul Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Nabi-nabi adalah bersaudara, agama mereka satu meskipun ibu-ibu mereka berlainan”. (HR. Abu Dawud) Agama samawi adalah tunggal. Kesatuan wahyu berujung pada kesatuan substansi dan kesatuan agama yang diturunkan, yaitu Islam, yang oleh Ibnu Taimiyyah disebut sebagai Al- Islam al-Am (Islam Universal). Islam merupakan agama semua nabi dan rasul beserta pengikut-pengikut mereka. Islam adalah agama Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Yusuf as, Nabi Musa as, Nabi Sulaiman as, nabi-nabi Bani Isra’il dan Islam adalah agama Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Substansi wahyu samawi yang dikomunikasikan kepada manusia lewat para nabi dan rasul sepanjang sejarah, pada dasarnya menurut perspektif tauhidi adalah “agama fitrah”
E. Wahyu dan Nabi Pamungkas Substansi wahyu samawi atau al-Islam al-Amm (Islam Universal) dalam operasionalnya di panggung sejarah senantiasa disesuaikan dengan kondisi yang sesuai dengan zaman. Adanya perubahan-perubahan zaman yang terus berkembang membuat dunia ini membutuhkan aturan-aturan. Allah Subhanau wa Ta’ala kemudian mengutus serangkaian utusan (nabi dan rasul) sepanjang sejarah dengan membawa wahyu yang bersifat universal dan lebih spesifik dan relevan dengan masalah dan tuntutan ruang dan waktu masing-masing.
Wahyu pamungkas yang dibawakan oleh nabi pamungkas merupakan wahyu yang dimaksudkan sebagai pamungkas dari seluruh rangkaian “komunikasi langit verbal”. Wahyu bersifat fleksibel sehingga prinsip ijtihad yang dimiliki mampu memberikan solusi segala bentuk perubahan dan perkembangan masyarakat modern sampai akhir zaman