Disfungsi dan gangguan Seksual dan Terapinya - 2

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Gloria Trotman, PhD Pdt.Jansen Trotman Divisi Inter Amerika
Advertisements

Dampak Psikologis Bencana terhadap kelompok rentan
Ruang Lingkup Psikologi
GENDER DAN KESEHATAN.
Menuju Gerbang Pernikahan oleh: Febriani Petty K, S.Psi.
PENYIMPANGAN SOSIAL.
ERICH FROMM Latar belakang dan pandangan-pandangan Fromm:
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
Gangguan Identitas Jenis Kelamin
Menghilangkan Rasa Takut pada Anak
Home Home Kelompok 3 Fitri Suci Maharsih Nurkhasanah Yoana Natalia E
Editor : Nurul Misbah, SKM
TUGAS PERKEMB REMAJA Kuswati.
Pertemuan 2 Subyek diminta untuk menceritakan setiap gambar pada tester, yang meliputi kejadian yang tampak pada gambar, apa yang menyebabkannya terjadi,
KONSEP SEKSUALITAS DALAM KEPERAWATAN Ns. Dodi Wijaya, M.Kep.
PEREMPUAN & ANAK korban kekerasan
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
BAB 04 TINDAKAN SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL
KESEHATAN MENTAL DI SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN
PRINSIP–PRINSIP Perkembangan
PERLINDUNGAN ANAK DARI KEKERASAN SEXUAL Dra
Psikoanalitik Humanistik
Motivasi & Kebutuhan Konsumen
Psikologi Perkembangan Sigmund Freud
Perkembangan Sosioemosional masa kanak-kanak akhir (Usia Sekolah)
BLOK 1.6 : SIKLUS KEHIDUPAN
Ruang Lingkup Psikologi
Adhyatman Prabowo, M.Psi
DELINQUENT (KENAKALAN) NOVENDAWATI WAHYU SITASARI
Apa? Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta.
Perkembangan Peserta Didik (Pertemuan 2)
GANGGUAN PSIKOSEKSUAL
MASALAH-MASALAH SOSIAL
TAHAPAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS MANUSIA MENURUT SIGMUND FREUD
PSYCHOSOCIAL PROBLEMS RELATED TO DISASTER AND MANAGEMENT
PERKEMBANGAN REMAJA Mencapai hubungan dengan teman lawan jenisnya secara matang Mencapai perasaan seks dewasa yang diterima secara sosial Menerima keadaan.
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN)
Apa? Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta.
Editor : Nurul Misbah, SKM
GANGGUAN ALAM PERASAAN
Oleh: SITI KHADIJA PRATIWI NIM.P
KELAINAN SEKSUAL Panji Hidayat, M.Pd.
GANGGUAN IDENTITAS GENDER, PARAFILIA, DAN DISFUNGSI SEKSUAL
PENDEKATAN PSIKOANALISIS
SKATOLOGIA DAN KOPROFILIA YULI A. ROZALI., M.PSI., PSIKOLOG
KEPRIBADIAN.
BLOK 1.6 : SIKLUS KEHIDUPAN
FETISISME Oktarizal Drianus ( ). Pada 17 Agustus 2014, di saat warga sedang terlena dengan perayaan kemerdekaan, terjadi kasus seorang guru agama.
HOSPITALISASI PADA ANAK PERTEMUAN III Ns. WIDIA SARI, S. Kep., M. Kep
Abellia Septine M Anisa Indraini Clara Triana Saragih
ANAK – REMAJA
ANAK – REMAJA
KEPRIBADIAN, KONSEP & CITRA DIRI
Sexual Behaviour Bayi dan Anak. Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi juga mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan,
Penyimpangan Seksual. TUJUAN Siswa memiliki perilaku seksual yang sehat sesuai gendernya.
Transcript presentasi:

Disfungsi dan gangguan Seksual dan Terapinya - 2 Parafilia PERTEMUAN - 5 YULI ASMI ROZALI, M.PSI FAKULTAS PSIKOLOGI

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mengenali dan menguraikan macam-macam disfungsi seksual Parafilia Mengenali dan menganalisa dampak serta terapi dalam menghadapi disfungsi dan dan gangguan seksual Parafilia

(terjadi penyimpangan  tdk menyukai lawan jenisnya) Parafilia = deviasi seksual (terjadi penyimpangan  tdk menyukai lawan jenisnya)

Parafilia. Ditandai oleh adanya kegairahan seksual terhadap benda (objek) atau situasi seksual yg tidak merupakan bagian dari pola aktifitas rangsang seksual yg lazim dan yang dalam pelbagai taraf dapat menghambat kemampuan untuk aktivitas seksual mesra secara terbalik

Parafilia… Contoh : Zoofilia (bestialitas – 302.10) Pedophilia (302.20) Transvestisme (302.30) Exhibitionism (302.40) Fetishism (302.81) Voyeurism (302.82) Masochism seksual (302.83) Sadism seksual (302.84) Parafilia tidak khas (302. 90)

Gambaran utama Perlu khayalan/perbuatan tak lazim/aneh untuk mendapatkan gairah seksual. Khayalan perbuatan itu cenderung berulang secara involunter (tidak bisa dikuasai lagi) dan bersifat mendesak dan meliputi hal – hal : Lebih menyukai/memilih benda (bukan manusia untuk menimbulkan kegairahan seksual Aktivitas seksual dengan manusia secara berulang yg mencakup penderitaan/penghinaan, baik yg dibuat-buat (simulasi) maupun yg sungguh, atau Aktivitas seksual berulang dengan pasangan yang tidak menghendaki atau menginginkannya. khayalan parafilia dapat membahayakan diri pasangannya (misalnya dalam keadaan sadisme seksual berat) atau dirinya sendiri (masokisme seksual berat)

Karena dari beberapa gangguan ini berkaitan dengan pasangannya yg tidak menghendaki/menginginkan hal itu, maka keadaan itu sering berkaitan dengan aspek hukum dan masyarakat Parafilia dapat terjadi secara berganda atau bersamaan dengan gangguan jiwa lainnya, seperti schizophrenia atau pelbagai jenis gangguan keperibadian  perlu dibuat diagnosa ganda

Parafilia… Contoh : Zoofilia (bestialitas – 302.10) Pedophilia (302.20) Transvestisme (302.30) Exhibitionism (302.40) Fetishism (302.81) Voyeurism (302.82) Masochism seksual (302.83) Sadism seksual (302.84) Parafilia tidak khas (302. 90)

Zoofilia (Bestialitas 302.10) Zoofilia ini tidak untuk orang yg di padang gurun/medan perang, terpaksa melakukan zoofilia karena tidak memungkinkan adanya wanita misalnya. Aktivitas dapat berupa persetubuhan atau binatang itu diajar untuk menjilat/menggosok alat kelamin parafiliak. Seringkali binatang itu sudah lama tinggal bersama penderita

Zoofilia … Diagnosis differensial Aktivitas seksual patologik dengan binatang Kriteria diagnosis terdapat perbuatan/fantasi mengadakan aktivitas seksual dengan hewan yg berulang kali, lebih disukai sebagai satu-satunya cara untuk menimbulkan gairah seksual

Pedofilia (Child Abuse 302.20) Paling banyak adalah seksual abuse, disamping fisical abuse. Umumnya terjadi pada orang-orang lemah, impoten, imatur dan sering pada orang dengan retardasi mental atau orang tua yang terisolasi.

Pedofilia… Diagnosis differensial Retardasi mental Sindrom kepribadian organik Intoksikasi alkohol Schizophrenia Ekshibisionisme Sadisme seksual

Kriteria diagnosis Perbuatan/fantasi untuk melakukan aktivitas seksual dengan anak prapubertas yg berulang kali, lebih disukai sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan gairah seksual. Pada individu dewasa dimana beda usia dengan anak paling sedikit 10 tahun. Pada individu akhir masa remaja tidak diperlukan dengan tepat beda usia tetapi maturitas seksual anak itu dan beda usia ditentukan berdasarkan pertimbangan klinis.

Transvestisme (302.20) Lebih sering terjadi pada pria, dan ibu penderita sebetulnya menginginkan seorang anak wanita sehingga merawat/membesarkan penderita sebagai seorang wanita Transvestisme tidak boleh disamakan dengan homoseksual oleh karena orientasinya tetap hubungan heteroseksual dan pergaulan sosialnya juga dengan jenis kelamin berlawanan. Mereka seringkali dapat menikah Biasa mulai pd usia 5-14 thn bersamaan dengan pemakaian pakaian wanita dan pemuasan seksual melalui masturbasi. Perilaku ini diperkuat bila perkembangan heteroseksual dihalangi oleh sikap keluarga yang pasif menentang atau norma-norma sosial yg tak dapat diatasinya.

Transeksualisme… Kriteria diagnosis: Transseksualisme Pemakaian pakaian lawan jenis untuk menghilangkan ketegangan/perasaan tak senang tentang identitas jenis Female impersonators Pria homoseksual Fetihisme

Diagnosis Differensial Pemakaian pakaian wanita secara berulang dan menetap oleh pria heteroseksual Tujuan pemakaian wanita yaitu untuk mendapatkan kegairahan seksual, setidak-tidaknya pada awal gangguan ini Timbul frustasi yg mendalam apabila terjadi halangan dalam upayanya memakai pakaian wanita Tidak memenuhi kriteria untuk transeksualisme

Ekshibisionisme (302.40) Salah satu jenis parafilia yg paling sering Penderita biasanya putra dari seorang ibu yg dominan, agresif, menyesalkan peranan wanitanya dan menjalankan hidupnya melalui anak-anaknya terutama putra-putrinya. Sang ayah merupakan seorang yg lemah, kurang efektif dan sedikit pengaruhnya terhadap perkembangan emosional penderita. Hal ini menyebabkan penderita mengidentifikasikan dirinya kepada ibunya  timbul keinginan incest tetapi hal ini disadari terlarang  mekanisme pertahanan tak sadar yg bersifat kompulsif dg memperlihatkan alat kelamin untuk meyakinkan dirinya terhadap bahayakastrasi. Keadaan ini sering bercampur dengan pedofilia, voyeurisme dan homoseksual

Ekshibisionisme… Diagnosis Differensial Perilaku memperlihatkan alat kelamin secara berulang tanpa menghayati rangsang seksual pada penderita ggn jiwa lain. Pada pedofilik dpt terjadi perilaku memperlihatkan alat kelamin sebagai tindakan permulaan untuk melakukan aktivitas seksual dg anak

Kriteria Diagnosis Perilaku berulang dg mempertunjukkan alat kelaminnya secara tak terduga kepada org yg tak dikenal, dg tujuan untuk mendapat kegairahan seksual tanpa upaya lanjut untuk mengadakan aktivitas seksual dg org yg tak dikenalnya itu

Fetihisme (302.81) Khusus terdapat pada pria Benda-benda fetish mempunya nilai genital dan bertujuan untuk mengakal perbedaan anatomi dari pria dan wanita Fetihisme biasanya dianggap sebagai subtitusi adanya dorongan genital terhadap rasa takut akan kastrasi Beberapa psikoanalisa menganggap fetihisme sebagai usaha untuk mendapatkan identifikasi ego melalui kontak dengan benda pengganti yg memberi kepuasan Pada anak-anak yg tdk bisa dipisahkan dari boneka, selimut, sarung bantal, dll dpt dianggap sbg usaha pemuasan pada saat tak ada ibu. Sehingga benda-benda fetis dapat dianggap pemuasan keinginan pregenital

Diagnosis Differensial Eksperimen seksual yg tidak patologik Transvestisme

Kriteria Diagnosis Penggunaan benda (fetish) yg berulangkali lebih disukai sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan kegairahan seksual. Benda fetish yg digunakan tdk terbatas pada perangkat pakaian wanita yg biasa diapakai pada transvestisme atau pada alat khusus untuk merangsang gairah seksual (seperti vibrator)

Voyuerisme (302.82) Penderita voyeurisme sering mempuyai perasaan takut utuk melihat langsung dan tak dapat menerima pandangan/tatapan orang lain. Pada masa kecil penderita sering melihat ibunya telanjang. Ia tak berani mengadakan hubungan seks oleh karena bayangan ketakutan akan persatuan dengan ibunya Penderita biasanya melakukan masturbasi pada waktu mengintip dan sering menikmati fantasi agresif dan tindakan pembun uhan terhadap wanita.

Diagnosis Differensial Perilaku yg berulang dg cara melihat/mengintip orang lain telanjang, membuka pakaian atau melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuan mereka, dan tidak ada usaha lanjut untuk melakukan aktivitas seksual dg orang yg dilihat/diintipnya itu. Perilaku melihat/mengintip itu adalah cara yang berulang kali lebig disukai atau satu-saunya cara untuk mendapatkan kegairahan seksual.

Masochism Sexual (302.83) Berasal dari nama org yaitu Sacher Masoch yg juga merupakan seorang masokhis Masokisme mungkin berasal dari proses identifikasi seorang anak pada seseorang yg sedang dihukum dan pada saat bersamaan mengalami kenikmatan / kegairahan seksual ketika rasa nyeri diberikan oleh seorang yg dicintai. Misalnya seorang anak menyenangi pukulan seorang saudara saingannya. Dengan menderita, seorang melatih kepuasan (power) dg menyebabkan rasa bersalah pada objek yg cinta yg diingini, yg memberikan kepuasan seksual Fantasi yg bersifat masokistik Ciri kepribadian masokistik

Kriteria Diagnostik Salah satu dari kedua hal berikut Bahwa cara yg lebih disukai atau satu-satunya untuk mendapatkan kegairahan seksual yaitu dengan cara dihina, diikat, dipukul atau penderitaan lainnya. Individu itu dengan sengaja turut dalam aktivitas dimana ia mendapat penderitaan atau rudapaksa jasmani atau kehidupannya terancam demi tercapainya kegairahan seks.

Sadism Sexual (302.84) Tulisan otobiografi Marquis De Sade  pertamakali menggambarkan hubungan antara seksualitas dengan kekeasan Mula-mula penderita sering berfantasi + masturbasi  melakukan tindak kekerasan + penghinaan terhadap objek tertentu  timbul kegairahan seksual Kraff – Ebing (1882): memandang sadisme sebagai suatu keinginan untuk menaklukan orang lain, dengan kekuasaan sebagai tenaga motivasinya Para psikoanalisa memandang sadisme sebagai pelampiasan (acting out) keinginan-keinginan terhadap korban yg telah ditransfernya dg perasaan-perasaan ambivalen tentang seksualitas

Terhadap pasangan yg tidak menginginkan hal itu, individu telah secara berulang kali dan dengan sengaja menimbulkan penderitaan psikologi/fisik agar timbul kegairahan seksual. Dengan pasangan yg memang menginginkan hal itu, cara yg berulang kali telah disukai atau satu-satunya cara untuk mendapat kegairahan seksual adalah dengan melakukan kombinasi penghinaan dengan penderitaan yg dibuat-buat, atau penderitaan fisik dengan cedera ringan. Terhadap pasangan yg menginginkan hal itu menimbulkan cedera fisik berat, luas, permanen, atau bahkan dapat berakhir dengan kematian agar tercapainya kegairahan seksual.

Parafillia tidak Khas (302.20) Koprofilia (feces) Fronturisme (menggosok) Klismafilia (enema) Misofilia (kotoran) Nekrofilia (mayat) Urofilia (urin) Skatologia (bicara kotor melalui telepon)

TERIMA KASIH