DISTONIA AKUT PADA PASIEN SKIZOFRENIA dr. Tiffani Sh. Kairupan
Distonia Akut Spasme atau kontraksi involunter satu atau lebih otot skeletal. Timbul beberapa menit dan dapat pula berlangsung lama. Disebabkan oleh psikotik tipikal. Terjadi pada kira-kira 10% pasien.
Distonia Akut Menyebabkan gerakan atau postur yang abnormal. Kelompok otot yang sering otot wajah, leher, lidah atau otot ekstraokuler. Menimbulkan nyeri hingga mengancam nyawa (distonia laring/diagframatik)
LAPORAN KASUS
Anamnesis Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan bicara membanjir sejak + 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini disertai dengan gelisah, berteriak-teriak, dan kadang mengantuk. Penderita cenderung ingin keluar rumah tanpa tujuan yang jelas dan ingin menyakiti orang disekitarnya. Setelah diberikan pengobatan dari UGD, pasien terlihat kaku dan kepala kesannya seperti tertarik ke arah belakang.
Anamnesis Riwayat Penyakit Dahulu Pasien riwayat dirawat dengan keluhan yang sama + 15 tahun yang lalu Riwayat Pengobatan Pengobatan terakhir + 15 tahun yang lalu kemudian tidak pernah kontrol kembali.
Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum: Sedang Kesadaran: Compos mentis Postur Tubuh: Opistotonus (+) Vital Sign Tekanan Darah : 150/90 mmHg Nadi : 100 kali/menit Respirasi : 20 kali/menit Suhu Badan : 36,7 0C
Pemeriksaan Fisik Kepala: Simetris, mesochepal, kesan bergerak sendiri dan terputar ke arah belakang Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), refleks cahaya (+/+) Hidung: Deviasi septum (-), discharge (-) Telinga: Simetris, discharge (-/-) Mulut: mukosa mulut basah, trismus (+) Leher: JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Pemeriksaan Fisik Thorax: Simetris Abdomen Jantung: S1 > S2, reguler, gallop (-), murmur (-) Paru: Suara vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Abdomen Inspeksi: Datar, tidak tampak gambaran usus Palpasi: Hepar & lien tidak teraba Perkusi: Tympani di seluruh lapangan abdomen Auskultasi: Bising usus (+) normal.
Pemeriksaan Fisik Ekstremitas: Superior: akral hangat Inferior: akral hangat
Status Mental Deskripsi Umum Alam Perasaan Penampilan: Tampak seorang pria dengan memakai jaket berwarna biru dan celana jeans hitam dengan rawat diri cukup. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor: Pasien tampak gelisah saat di wawancarai. Tampak kaku. Alam Perasaan Mood : Hipotimik Afek : Datar Empati: Tidak dapat diraba-rasakan
Status Mental Persepsi Proses Berpikir Halusinasi : sulit dinilai Ilusi : sulit dinilai Depersonalisasi : (-) Observasi : (-) Proses Berpikir Arus Pikir : Asosiasi longgar (+)
Status Mental Fungsi Intelektual Taraf Pendidikan, Pengetahuan umum dan Kecerdasan: sesuai dengan taraf pendidikan pasien. Daya Konsentrasi: cukup baik Orientasi: Waktu: kurang baik Tempat: kurang baik Orang: baik
Status Mental Fungsi Intelektual Pengendalian Impuls: terganggu Daya Ingat Segera : Baik Jangka Pendek : Baik Jangka Panjang : Kurang Baik Pikiran Abstrak: Baik Pengendalian Impuls: terganggu Daya Nilai: terganggu Tilikan: Derajat 1
Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin Hemoglobin : 14,1 gr/dl Lekosit : 9.220/mm3 Eritrosit : 4,9 x 106/mm3 Hematokrit : 40 % Trombosit : 431.000/mm3
Pemeriksaan Laboratorium Kimia Darah GDS : 92 mg/dl Ureum : 29 mg/dl Kreatinin : 1,0 mg/dl SGOT : 17 u/l SGPT : 17 u/l
Diagnosis Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV Aksis V Skizofrenia Tak Terinci Distonia Akut Aksis II Ciri kepribadian skizoid Aksis III Tidak ditemukan kelainan organobiologik Aksis IV Masalah psikososial dan lingkungan lain Aksis V 60-51 : gejala sedang, disabilitas sedang
Tatalaksana UGD: Inj Haloperidol 5 mg IM Inj. Diazepam 10 mg IM Di Ruang Akut: Risperidone 2 x 2 mg Heximer (trihexyphenidyl) 2 x 1,5 mg CPZ 1 x 25 mg Inj. Difenhidramin 1 ampul IM Inj. Sulfas Atropin 1 ampul IM
Pembahasan
Distonia Akut Kriteria diagnostik dan riset untuk diagnosa distonia akut akibat neuroleptik menurut DSM IV: suatu posisi abnormal atau spasme otot kepala, leher, anggota gerak, atau batang tubuh yang berkembang dalam beberapa hari setelah memulai atau menaikkan dosis medikasi neuroleptik (atau setelah menurunkan medikasi yang digunakan untuk mengobati ekstrapiramidal)
Satu (atau lebih) tanda atau gejala berikut yang berkembang berhubungan dengan medikasi neuroleptik: Posisi abnormal kepala dan leher dalam hubungannya dengan tubuh (misalnya tortikolis) Spasme otot rahang (trismus, menganga, seringai) Gangguan menelan (disfagia), bicara, atau bernafas (spasme laring-faring, disfonia) Penebalan atau bicara cadel karena lidah hipe rtonik atau membesar (disartria, makroglosia) Penonjolan lidah atau disfungsi lidah Mata deviasi ke atas, ke bawah, ke arah samping (krisis okulorigik) Posisi abnormal anggota gerak distal atau batang tubuh B. Tanda atau gejala dalam kriteria A berkembang dalam tujuh hari setelah memulai atau dengan cepat menaikkan dosis medikasi neuroleptik, atau menurunkan medikasi yang digunakan untuk mengobati (atau mencegah) gejala ekstrapiramidal akut (misalnya obat antikolinergik) C. Gejala dalam kriteria A tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental (misalnya gejala katatonik pada skizofrenia). Tanda-tanda bahwa gejala lebih baik diterangkan oleh gangguan mental dapat berupa berikut : gejala mendahului pemaparan dengan medikasi neuroleptik atau tidak sesuai dengan pola intervensi farmakologis (misalnya tidak ada perbaikan setelah menurunkan neuroleptik atau pemberian antikolinergik) D. Gejala dalam kriteria A bukan karena zat nonneuroleptik atau kondisi neurologis atau medis umum. Tanda-tanda bahwa gejala adalah karena kondisi medis umum dapat berupa berikut : gejala mendahului pemaparan dengan medikasi neuroleptik, terdapat tanda neurologis fokal yang tidak dapat diterangkan, atau gejala berkembang tanpa adanya perubahan medikasi.
GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL ANTIPSKOSIS DOSIS (mg/dl) GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL Chlorpromazine 150-1600 ++ Thioridazine 100-900 + Perphenazine 8-48 +++ Trifluoperazine 5-60 Fluphenazine Haloperidol 2-100 ++++ Pimozide 2-6 Clozapine 25-100 - Zotepine 75-100 Sulpride 200-1600 Risperidone 2-9 Quetapine 50-400 Olanzapine 10-20 Aripiprazole
Tatalaksana Distonia Akut Diberikan obat antikolinergik, misalnya triheksifenidil, sulfas atropine dan difenhidramin.
TERIMA KASIH