DESIGN&CREATED BY: MUHAMMAD REIHAN REYDANU
Pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaannya. Menurut asal usul penguasanya selama masa 508 tahun Daulah Abbasiyah mengalami tiga kali pergantian penguasa. Yaitu Bani Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Saljuk. Posisi Daulah Abbasiyah ketika di bawah kekuasaan Bani Buwaihi, keadaan Kekhalifahanya lebih buruk ketimbang di masa sebelumnya, lebih- lebih karena Bani Buwaihi menganut aliran Syiah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.
Bani Buwaihi mulai dikenal dalam sejarah adalah pada awal abad ke-4 Hijriah.Dinasti Buwaihi terbentuk pada tahun 320 H/932 M dan berakhir pada tahun 447 H/1055 M. Bani Buwaihi -yang kemudian memegang kekuasaan di dalam Daulah Abbasiyah- pada mulanya berasal dari tiga orang bersaudara, yaitu Ali, Al Hasan dan Ahmad. Ketiganyaadalah putra dari seorang yang bernama Buwaihi.Buwaihi ini berasal dari keluarga miskin yang tinggal di suatu negeri bernama Dailam.
Dinasti Buwaihi Berkuasa pada masa Daulah Abbasiyah berkuasa di Baghdad selama hampir satu seperempat abad, yaitu dari tahun H/ M. Meskipun dalam masa tersebut kekhalifahan dipegang oleh keluarga Bani Abbas, tetapi khalifah hanya sebagai lambang saja. Yang menguasai dan mengatur pemerintahan adalah keluarga Bani Buwaihi.Sebelum Dinasti Buwaihi berkuasa di dalam Daulah Abbasiyah, yang berkuasa adalah orang-orang keturunan Turki. Penguasa yang terakhir dari orang-orang Turki adalah Mardawij, pada masa inilah ketiga putra Buwaihi datang untuk bekerja di bawah pimpinan Mardawij. Oleh Mardawij mereka diterima dengan baik, karena mereka memiliki kecakapan yang tinggi dan ketiganya diangkat menjadi panglima untuk wilayah-wilayah yang luas, dan kepada mereka diberi gelar sultan. Ali ibn Buwaihi, putra Buwaihi yang tertua diberi kekuasaan untuk seluruh wilayah Persia, Al- Hasan –adik Ali diberi kekuasan untuk wilayah Ray, Hamadzan dan Isfahân, sedangkan Ahmad ibn Buwaihi yang paling muda diberikan kekuasaan untuk wilayah Ahwaz dan Kirman.
Pada tahun 334 H Tauzon meninggal dunia, sedangkan wakilnya yang bernama Ibn Syairazad sedang berada di luar kota Baghdad. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Ahmad ibn Buwaihi untuk memasuki Baghdad, kehadirannya diterima baik oleh Khalifah al- Mustakfiy yang ketika itu menghadapi bahaya besar dari orang- orang Turki. Dalam kondisi ini yang terbaik baginya adalah meminta perlindungan kepada Ahmad ibn Buwaihi yang terkenal gagah dan berani dengan cara mengangkatnya sebagai penguasa atas nama khalifah. Sehingga orang-orang Turki yang dianggap berbahaya tidak berpeluang merebut kedudukan khalifah.Sebagai pengahargaan terhadap keluarga Buwaihi, khalifah memberikan gelar kepada Ahmad Ibn Buwaihi dengan Mu’îz al-Daulah, kepada Ali ibn Buwaihi dengan Imâd al-Daulah dan kepada Hasan ibn Buwaihi dengan Rukn al-Daulah. Mulai saat itu resmilah keluarga Buwaihi sebagai pemegang kekuasaan dalam Daulah Abbasiyah. Selanjutnya kekuasaan dipegang secara turun temurun oleh keluarga ini hingga mereka dijatuhkan oleh Bani Saljuk pada tahun 447 H/ 1055 M.
Politik PemerintahPemerintahan Bani Buwaihi bukanlah kekhalifahan yang berdiri sendiri seperti halnya Bani Abbasiyah atau Bani Umayyah. Mereka berkuasa sebagai Amîr al- Umarâ’ di bawah kekhalifahan Bani Abbasiyah. Tercatat selama Bani Buwaihi menjadi Amîr al-Umarâ’ mereka berada di bawah pimpinan lima khalifah Abbasiyah yaitu: al-Mustakfiy ( ), al-Muti’ ( ), Al-Tâ’i ( ), Al-Qadîr ( ) dan al-Qhâ’im ( ).
Untuk menopang perekonomian masyarakat pada masa dinasti Buwaihi dikembangkan berbagai usaha yang meliputi :1) Perdagangan2) PertanianUntuk menopang pertanian pada waktu itu telah dibangun kanal-kanal dan saluran irigasi.3) IndustriDi antara bentuk industri yang dikembangkan pada waktu itu, yang paling besar adalah industri permadani. Satu hal yang mesti dicatat pada masa Adhdu al-Daulah berkuasa, kesejahteraan imam masjid diperhatikan, para penulis dan tokoh agama serta ilmuan diberi honorarium yang cukup besar. Untuk kesehatan masyarakat dibangun Rumah sakit besar di Baghdad dan di Syiraj.
Kemajuan yang dicapai pada pemerintahan dinasti Buwaihi sangat banyak. Adud al- Daulah (338 H/949 M putra Ahmad bin Buwaih) saalah seorang penguasa dinasti Buwaih dianggap paling berhasil mencapai banyak kemajuan. Ia berhasil menyatukan dinasti-dinasti kecil (di Irak, Persia Selatan, dan Oman) di bawah komando dinasti Buwaihi.
Pada bidang ilmu pengetahuan, muncullah ilmuwan- ilmuwan dan filosof-filosof kenamaan antara lain; al-Kohi seorang ilmuwan di bidang fisikan, Abdul Wafa ilmuwan di bidang matematika, al-Farabi, Abd. Rahman Sufi, Umar bin Khattab seorang filosof Islam dan tabib kenamaan. Kemajuan lain dicapai pada masa Syaraf al-Daulah (376 H/987 M) dan Baha’ al-Daulah (379 H/989 M) yaitu pembangunan gedung peneropong bintang dengan nama Dar al- Rasyid, serta kemajuan-kemajuan pada bidang lain.
Masalah keagamaan pada masa Bani Buwaihi diwarnai oleh perseteruan antara paham Syi’ah yang di bawa oleh dinasti Buwaihi dengan paham Sunniy yang dianut oleh masyarakat Abbasiyah secara umum. Bahkan pada masa Mu’îz al-Daulah, beliau berusaha merubah paham kekhalifahan dari Sunniy menjadi Syi’ah. Namun usaha itu gagal karena mendapat reaksi dari masyarakat.
Kemunduran dinasti Buwaihi berawal dari terjadinya komplik intern antara keluarga kerajaan. Akibatnya keluarga Buwaihi mulai renggang yang menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Keadaan ini mengakibatkan hilangnya kepercayaan penguasa militer sehingga mereka berani melakukan pemberontakan.Perpecahan di kalangan pembesar buwaihi terjadi karena perbedaan paham dalam soal keagamaan. Bani Buwaihi menganut paham Syi`ah dan cenderung memaksakan pahamnya, sementara masyarakat Bagdad pada umumnya menganut paham Sunni.
Bani Buwaihi merupakan bani perpaham Syi’ah yang berkuasa secara defacto selama satu seperempat Abad di dalam dinasti Abbasiyah. Namun kekuasaannya pada masa khalifah- khalifah Abbasiyah tertentu melebihi kekuasaan khalifah. Bahkan khalifah bagi mereka hanyalah seperti boneka. Dinasti Ini hanya berjaya pada 3 anak Buwaihi dan Adhdu al-Daulah. Namun mengalami kehancuran karena banyaknya pertikaian dan saling menggulingkan antara sesama amîr.