FEED ADDITIVE (Pakan Aditif)
Pakan aditif : produk yang digunakan dalam bidang nutrisi ternak untuk meningkatkan kualitas pakan dan pangan hewani, atau untuk meningkatkan performans dan kesehatan ternak. Pemakaian aditif pada ransum ternak secara umum tidak menambah persen gizi. Hampir semua aditif dipakai untuk memperbaiki sifat-sifat fisik ransum, daya suka dan kualitas ransum serta kesehatan ternak.
Pakan aditif berperan dalam nutrisi ruminansia dalam hal : 1.Meningktakan efisiensi konversi pakan (FCE) dan produktivitas. 2.Menstabilkan pH rumen untuk mengurangi resiko asidosis 3.Meningkatkan konsumsi bahan kering 4.Mengurangi bakteri metanogenesis 5.Meningkatkan perkembangan rumen 6.Mengurangi jumlah mikroorganisme patogen 7.Meningkatkan kualitas daging 8.Mempertahankan stabilitas rumen selama masa transisi pakan 9.Buffer pelindung terhadap pakan yang beresiko terhadap kesehatan ternak
1.PENGIKAT PELET Ketika kualitas pelet menjadi perhatian, indeks ketahanan pelet seringkali berasal dari bahan yang digunakan dan hal ini dipertimbangkan pada saat penyusunan ransum. Ramsum berbahan utama jagung sulit untuk dibuat pelet dan biasanya untuk ransum ini memerlukan penambahan sintetik pengikat pelet yang umumnya berbentuk tepung dapat ditambahkan ke dalam ransum sebesar 5-12 kg/ton. Contoh bahan pengikat pelet adalah natrium bentonit.
2.BAHAN ANTI JAMUR Negara tropis seperti Indonesia yang mempunyai kelembaban dan temperatur yang tinggi, jamur dan produk metabolismenya (micotoxin) merupakan problem utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ternak. Micotoxin yang dihasilkan oleh jamur aerobic maupun anaerobic selama penyimpanan seringkali tidak terdeteksi pada ransum. Sejumlah bahan anti jamur telah tersedia secara komersial, dan hampir semua dari bahan anti jamur ini menggunakan bahan organik. Mekanisme dari kerja bahan-bahan ini adalah penurunan pH dari pakan sehingga jamur-jamur tidak dapat tumbuh.
Harus diingat bahwa micotoxin yang sudah ada dalam pakan tidak dapat dihancurkan oleh bahan anti jamur. Contoh bahan-bahan anti jamur yang sering dipergunakan adalah asam propionat, asam asetat, asam sorbic yang umumnya berbentuk cairan. Bahan-bahan ini dapat ditambahkan ke dalam ransum sebanyak < 1%. Karena sebagian besar bahan-bahan ini bersifat korosif maka akhir-akhir ini telah muncul produk yang kurang korosif seperti ammonium proponat.
3.PROBIOTIK Tidak seperti antibiotik, probiotik lebih memanfaatkan mikroorganisme hidup daripada produk-produk khusus dari metabolisme mereka. Mikroorganisme asal bakteri yang seringkali dipergunakan sebagai probiotik adalah spesies Lactobacillus, Basillus dan Streptococus, sedangkan mikroorganisme asal jamur dan kapang yang seringkali dipergunakan adalah spesies Aspergillus, Rhizopus dan Saccharomyces. Produk probiotik pada umumnya berbentuk tepung dan oleh karena itu pemanfaatannya dapat dicampurkan ke dalam ransum pada saat pemberian makan sebanyak kurang dari 1%.
4.ENZIM Banyak jenis enzim yang dijual komersial dan sudah diaplikasikan ke dalam ransum ternak. Secara umum enzim-enzim ini dapat dikategorikan ke dalam enzim pemecah karbohidrat, protein dan lemak. Akhir-akhir ini pemanfaatan enzim ke dalam ransum ternak dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kecernaan ransum. Termasuk ke dalam enzim ini adalah enzim-enzim pemecah serat seperti enzim cellulase, ligninase dan hemicellulase.
Penambahan enzim ke dalam ransum memerlukan penanganan yang baik karena enzim pada umumnya tidak stabil pada suhu tinggi dan khususnya pada keadaan kelembaban yang tinggi. Proses pembuatan pelet akan menghancurkan beberapa enzim. Akhir-akhir ini masalah di atas dapat ditanggulangi dengan menyemprotkan enzim setelah proses pembuatan pelet.
5.BAHAN FLAVOR Dibandingkan dengan ternak ruminansia dan manusia, unggas mempunyai cita rasa yang lebih sedikit. Unggas hanya mempunyai 24 rasa dibandingkan 9000 rasa untuk manusia dan untuk sapi.
6.KONTROL BAU Bau feces ternak perlu dikontrol agar tidak mencemari lingkungan, Produk seperti deodrase yang ditambahkan ke ransum sebanyak g/ton telah menunjukan dapat menurunkan tingkat ammonia yang dikeluarkan ternak sebesar 20-30% dan sekaligus juga memperbaiki pertumbuhan dan menurunkan kematian ternak.
7.BAHAN PENGONTROL CACING Lantai kandang dan padang penggembalaan sangat mudah untuk terinfeksi oleh bermacam-macam cacing. Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan anti cacing yang ditambahkan ke dalam ransum seperti piperazine dan hygromycin.