TANTANGAN DAN HAMBATAN SDM BIDANG KONSTRUKSI DI ERA INDUSTRI 4.0 Oleh Winoto Hadi, MT 2019
KONSEP ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 UNTUK KONSTRUKSI Pola efisiensi kerja industri konstruksi harus dibangun dengan analisis software yang akurat, bahkan di beberapa negara sudah menggunakan AI untuk analisis manajemen konstruksi. Selain itu, aplikasi software AI dan perkembangan mesin konstruksi telah menjelma berbagai ragam inovasi seperti robot konstruksi dan 3D printer yang bisa mencetak bangunan dengan akurat, cepat, dan efisien.3D printer Sumber : Industri Konstruksi Harus Adaptif Hadapi Revolusi Industri 4.0. Perkembangan industri konstruksi hampir tidak ada laju signifikan dalam adopsi teknologi yang berkaitan dengan internet of thing. Padahal IoT akan menjadi backbone bagi eksistensi industri konstruksi kedepan. Berbagai peralatan konstruksi mulai melakukan adapatasi teknologi, namun sebagian besar masih mengacu pada peningkatan sisi hardware. Padahal teknologi yang membawa revolusi industri 4.0 adalah revolusi software dan perangkat keras sekaligus.
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 for BIM ERA Building Information Modelling (BIM) merupakan sistem aplikasi digital yang menggabungkan desain bangunan dengan data atau informasi teknisnya. Membangun Pemodelan Informasi tidak lebih dan tidak kurang dari pendekatan sistem untuk konstruksi desain, commissioning, kepemilikan, manajemen, operasi, penggunaan pemeliharaan, pembongkaran dan penggunaan kembali aset yang dibangun. Membangun Pemodelan Informasi adalah proses dan praktik desain dan konstruksi virtual di sepanjang siklus hidupnya. Ini merupakan tumpuan tempat berbagi pengetahuan dan komunikasi antara peserta proyek berlangsung. BIM adalah sistem, manajemen, metode atau runutan pengerjaan suatu proyek yang diterapkan berdasarkan informasi terkait dari keseluruhan aspek bangunan yang dikelola dan kemudian diproyeksikan kedalam model 3 dimensi.
BIM itu bukan hanya sekedar menggunakan perangkat lunak proyek konstruksi : seperti Autodesk Revit, ArchiCAD, AECOSim, dan software lainnya, namun lebih dari itu yakni integrase semua system informasi dalam proyek Building Information Modeling (BIM) harus didefiniskan sebagai: sistem, manajemen, metode atau runutan pengerjaan suatu proyek yang diterapkan berdasarkan informasi terkait dari keseluruhan aspek bangunan yang dikelola dan kemudian diproyeksikan kedalam model 3 dimensi. Penerapan Building Information Modeling (BIM) di Indonesia telah diterapkan oleh sejumlah pemain besar sektor industri konstruksi seperti PT. Pembangunan Perumahan (PT PP) yang merupakan perusahaan BUMN dan PT. Total Bangun Persada dari perusahaan swasta. Metode BIM juga mulai diaplikasikan di sektor pengembang/developer seperti PT. Intiland. Setelah itu, metode BIM juga telah diaplikasikan oleh konsultan perancangan seperti PT. PDW Architects. Namun setelah beberapa tahun BIM diaplikasikan di Indonesia, penggunaannya dirasakan belum maksimal, bahkan bisa dikatakan semakin stagnan. Memang BIM yang telah diaplikasikan diberbagai sektor tersebut tetap memberikan keuntungan sesuai dengan ekspektasi masing-masing aktor. Namun, pengaplikasian BIM dalam sektor industri konstruksi di Indonesia masih hanya sebatas menjawab persoalan bagaimana mengefisiensikan kebutuhan tenaga kerja, waktu dan uang. BIM DI INDONESIA
Dimulai dari inisiasi tersebut, pada tahun 2007 penggunaan Building Information Modeling (BIM) di Amerika Serikat berkembang dengan pesat. Pada tahun 2009, 50% industri di Amerika Serikat sudah mengaplikasikan BIM. Hal tersebut meningkat sebanyak 75% dari tahun persen pengguna BIM di Amerika Serikat Serikat berada di level expert dan advanced, yang jumlahnya berkembang sebanyak 3 kali lipat dari tahun BIM DI NEGARA LAIN Teknologi Building Information Modeling (BIM) sendiri sudah dikenal dari tahun 2003 di Amerika Serikat Serikat. BIM di Amerika Serikat dimulai dengan meluncurkan 9 proyek percobaan yang dilakukan oleh General Service Administration (GSA), organisasi pemerintahan utama yang mengimplementasikan BIM di sektor fasilitas umum. Kemudian di tahun 2006, GSA kembali meluncurkan 3 proyek percobaan lainnya menggunakan alat pemindai laser terhadap bangunan dan menggunakan data yang diperoleh untuk membuat model BIM as-built dari bangunan tersebut. Hasil yang diperoleh digunakan untuk merencanakan pengembangan kedepannya dari bangunan tersebut.
Apa yang sebenarnya dimaksud dengan Pembuatan Informasi Model? BIM memungkinkan penggunaan model 3D parametrik untuk secara otomatis menghasilkan dokumen bangunan tradisional seperti rencana, bagian, ketinggian, detail, dan jadwal. Gambar yang dihasilkan menggunakan perangkat lunak yang didukung BIM bukan dari garis yang dikoordinasikan secara manual, tetapi representasi interaktif dari suatu model. Perubahan yang dibuat dalam Model ini secara otomatis dikoordinasikan di seluruh proyek, yang menghilangkan kesalahan koordinasi, meningkatkan kualitas pekerjaan secara keseluruhan. Alat- alat Pemodelan Informasi Bangunan seperti Revit, struktur Tekla, Bentley BIM suite dan DProfiler dll. Di sisi lain diterima dengan sangat baik dan mampu memodelkan komponen arsitektur, struktural, mekanik, listrik, dan komponen generatif yang terperinci. BIM sejauh ini telah terbukti sebagai paradigma luar biasa yang telah menyediakan sarana untuk "memikirkan kembali" bagaimana kita merancang, membangun, dan mengoperasikan lingkungan kita.
Tantangan dan Hambatan (Identifikasi masalah SDM) dalam Revolusi Industri 4.0 di bidang Konstruksi 1.Masih terbatasnya tingkat kemampuan penggunaan BIM untuk konstruksi, perencana, pelaksana, MK belum semuanya menguasai BIM. 2.Terbatasnya penggunaan BIM untuk Proyek (yang ada hanya pada PT PP dan PT TBP). 3.Akses untuk penggunaan BIM masih terbatas (lisensi masih pada PUPR), Kalaupun ada pengguna BIM terbatas pada tenaga ahli belum ke tenaga terampil 4.Penggunaan IoT seperti sensor belum berkembang hanya terbatas pada pengawasan bangunan belum pada pelaksanaan pembangunan. Terbatas pada konsultan tertentu. 5.Peralatan IoT masih sangat terbatas dan belum berdaya guna 6.SDM bidang terampil (tenaga lapangan) belum menguasai IoT apalagi terkait sensor, drone dll 7.Perlu kerjasama dengan perusahaan/konsultan pengawas yang menguasai IoT baik dari dalam maupun luar negeri
Pemerintah mendorong stakeholders konstruksi untuk secara bertahap mengadopsi BIM, menyusun standar BIM Nasional (SNI), serta menyusun standar kurikulum dan kompetensi BIM untuk Universitas dan Profesi. Di Kementerian PUPR sendiri implementasi BIM telah diwujudkan melalui beberapa aksi nyata, seperti: penetapan Tim BIM PUPR melalui SK Kepala Balitbang nomor 32 Tahun 2017 ; melalui Balai Penerapan Teknologi Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi telah dilakukan Training of Trainer (TOT) di beberapa kota ; serta dikeluarkannya Peraturan Menteri PUPR nomor 22 tahun 2018 Penggunaan BIM wajib diterapkan pada Bangunan Gedung Negara tidak sederhana dengan kriteria luas diatas 2000 M 2 dan diatas 2 (dua) lantai. Sumber : PUPR, Implementasi BIM, “Building Information Modelling” SOLUSI DARI PEMERINTAH
FASE DIGITALISASI DARI RADMAP KONSTRUKSI DIGITAL INDONESIA OLEH KEMENPUPR
LANGKAH-LANGKAH MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 BIDANG KONSTRUKSI
1.Pengetahuan penggunaan BIM pada tenaga ahli dan terampil terutama MK (harus lebih expert) 2.BIM diintegrasikan dengan system logistic bangunan, termasuk sub kontraktor 3.BIM terintegrasi pula dengan system LKPP, sehingga bisa terlihat kontraktor yang memang ahli atau sekedar agen/broker 4.Kemudahan penggunaan BIM di setiap proyek (lisensi lebih murah), aksesnya mudah 5.Dalam rapat teleconference dan BIM menjadi satu bagian sehingga memudahkan kooordinasi dengan berbagai pihak, baik owner, kontraktor, sub kontraktor, orang lapangan 6.Perlu pelatihan penggunaan IoT bidang konstruksi antara lain: a.Sensor konstruksi jembatan, apakah terjadi pergeseran horizontal atau vertical, lendutan yang terjadi pada bentang, guncangan akibat beban berlebih atau gempa, retakan dalam pelat jembatan dll b.Sensor kekuatan kayu, deteksi kelapukan kayu akibat panas dan dingin (misal terkena air), deteksi rongga akibat rayap, kelembaban kayu c.Sensor pada dinding, kelembaban dinding, retak dinding, pergeseran gaya vertical maupun horizontal akibat gempa dll d.Sensor retak pada lantai beton mirip dengan pundit e.Penggunaan Drone untuk melihat sisi atas bangunan, baik atap, lantai, atau bangunan yang luas. Bisa juga melihat detail2 rangka baja pada saat dibutuhkan. f.Sensor pembangunan konstruksi, ketepatan kelurusan bangunan baik vertical maupun horizontal (dapat menggantikan peran teodolit maupun unting-unting), sensor deteksi retak pada baja (menggantikan tes tarik pada alat UTM), sensor retak pada beton g.Sensor suhu pada beton untuk melihat campuran beton dengan admixture
TERIMA KASIH