PENGELOLAHAN BENIH IKAN KERAPU MACAN EPINEPHELUS FORTOGUSTACUS Mila Savora Qurrota A’yun Prodi : Ilmu Perikanan Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
Pendahuluan Ikan kerapu termasuk dalam subfamilia Epinephelinae, familia Serranidae, dan merupakan ikan yang penting secara komersial, terutama untuk pasar ikan hidup di Asia seperti Hong Kong, Cina, Taiwan, Singapura dan Malaysia (Johnston dan Yeeting 2006). Tiga jenis ikan kerapu hidup yang umum dipasarkan diwakili oleh genus: Epinephelus, Cromileptes dan Plectropomus. Harga jual ikan kerapu hidup sangat mahal sehingga merangsang pelaku usaha untuk membudidayakannya (Rimmer dkk. 2004).
Klasifikasi Ikan Kerapu Macan Menurut Cornish A. (2004) ikan Kerapu Macan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom: Animalia Fillum: Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo: Perciformes Famili: Epinephelidae Genus: Epinephelus Spesies:Epinephelus fuscoguttatus
Penyebaran dan Habitat Habitat ikan Kerapu terdapat di dasar perairan laut tropis dan subtropis. Ikan Kerapu Macan tersebar dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya, sedangkan di perairan Indonesia dapat ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Papua, Ambon, Buru, Bacan dan kayoa. Ikan Kerapu umumnya bersifat soliter, dimana pada saat akan memijah ikan kerapu akan bergerombol. Sifat telur dan larva ikan Kerapu adalah pelagis, sedangkan ikan Kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal (Simanjuntak, 2010).
Teknologi Pembenihan Dalam sepuluh tahun terakhir, cukup banyak penelitian yang diarahkan untuk mengembangkan teknologi pembuahan buatan dan pemeliharaan larva ikan kerapu. Teknologi pembenihan kerapu telah dirintis oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budi daya Laut (RIM, Research Institute for Mariculture) di Gondol, Bali, Indonesia. Sejak tahun 1998 perbaikan teknik pembenihan kerapu terus menerus dilakukan dan penerapan teknologi pembenihan secara komersil telah dilakukan. Usaha tersebut dapat memproduksi benih secara masal dan keberhasilan ini memicu berkembangnya usaha pembesaran ikan kerapu di Indonesia (Sugama dkk. 2001, 2002). Gelondongan ikan kerapu macan hasil pembenihan (Foto: Sih Yang Sim)
Siklus Reproduksi dan Perkembangan Gonad Berdasarkan sifat perubahannya, hermaprodit terbagi menjadi 3, yaitu hemaprodit protogini (protogynous hermaphrodite), hermaprodit protandri (protandrous hemaphrodite), dan hermaprodit sinkroni (synchronous hermaphrodite). Hermaprodit sinkroni merupakan sifat pematangan sel kelamin jantan dan betina pada waktu yang bersamaan. Hermaprodit protogini merupakan perubahan kelamin dari betina ke jantan, sedangkan hermaprodit protandri adalah perubahan kelamin dari jantan menjadi betina.
Teknik Pembenihan Ikan Kerapu Macan Menurut Sugama ketut, Michael A. Rimmer, Suko Ismi, Isti Koesharyani, Ketut Suwirya, N.A. Giri dan Veronica R. Alava (2013), tahapan dalam teknik pembenihan kerapu macan adalah sebagai berikut: A. Seleksi Induk Seleksi induk adalah salah satu hal terpenting dalam melakukan proses pembenihan. Ikan kerapu dapat diperoleh dari alam dan selain itu juga dapat diperoleh dengan cara membesarkan ikan hasil pembenihan. Indikator untuk memperoleh induk yang baik antara lain bentuk tubuh dan warna yang normal, bentuk tulang normal, dalam keadaan sehat, pergerakan atau perilaku yang normal, serta pertumbuhan dan tingkat FCR yang terbaik.
Cara lain untuk memperoleh indukan adalah dengan cara membesarkan ikan hasil pembenihan. Ikan yang dibesarkan di keramba, kolam atau tangki, sudah terbiasa dengan kondisi pembudidayaan sehingga lebih mudah dijadikan indukan. Namun, diperlukan waktu sekitar 4 tahun untuk membesarkan kerapu macan juvenil hingga mencapai ukuran indukan. Moretti dkk. (1999) mencatat sifat-sifat yang dapat dijadikan indikator untuk memilih induk ikan yang baik pada seabass Eropa (Dicentrarchus labrax) dan ikan gilthead seabream (Sparus aurata). Indikator tersebut dapat diterapkan pada ikan kerapu, diantaranya: Bentuk tubuh dan warna yang normal Tidak adanya kelainan bentuk tulang Status yang sehat secara keseluruhan, yaitu tidak adanya luka yang besar, pendarahan, infeksi dan parasit Perilaku yang normal, seperti reaksi yang baik terhadap pemberian makanan, daya apung yang terkendali agar dapat mempertahankan posisi di kolom air Pertumbuhan dan tingkat konversi pakan yang terbaik dalam kelompok umurnya.
B. Pemeliharaan Induk Kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan awal dari pembenihan. Tujuan dari pemeliharaan induk adalah untuk mendapatkan induk yang matang gonat yang siap dipijahkan untuk menghasilkan telur. Keberhasilan suatu kegiatan pembenihan tergantung dari ketersediaan calon induk kualitas dan diseleksi sebagi induk yang berkualiatas. Pemeliharaan induk kerapu macan di BBPBL Lampung dilakukan di Keramba Jaring Apung (KJA). Keramba Jaring Apung yang digunakan dalam pemeliharaan induk berukuran 4 x 4 x 4 m3 yang terbuat dari High Density poly Ethylen (HDPE) dengan ukuran mata jaring 2 inchi dan ukuran benang D18. Persiapan wadah pemeliharaan induk di KJA dilakukan dengan pembersihan jaring 2 minggu satu kali untuk menghilangkan hama dan lumut yaitu dengan cara pencucian lalu jaring di jemuran selama 1 hari. Pemberian pakan juga faktor sangat penting untuk induk ikan kerapu macan, untuk itu induk ikan kerapu macan yang telah terseleksi setiap hari diberi pakan ikan rucah segar dan dikonbinasikan dengan cumi-cumi. Frekuensi pemberian pakan rucah diberikan sebanyak 1 kali dalam sehari dan untuk cumi-cumi dua kali dalam seminggu yaitu pukul 08:00 WIB. Ikan Basah (sering disebut ikan rucah) yang digunakan sebagai pakan indukan kerapu (Foto: M. Rimmer)
C. Identifikasi Jenis Kelamin Ikan kerapu macan bersifat protogini sehingga akan berubah dari kelamin betina menjadi jantan. Dalam hal ini, untuk memastikan jenis kelamin maka harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan cara membiuskan ikan yang akan diperiksa terlebih dahulu agar ikan tidak agresif. Selanjutnya ikan akan dipijat dengan lembut bagian perut dari arah kepala ke ekor. Jika mengeluarkan banyak sperma dari lubang urinogenitalnya, maka dapat dipastikan jantan. Akan tetapi jika tidak ada sperma yang keluar kemungkinan ikan tersebut betina atau jantan yang belum siap memijah. Selain itu kanulasi dari lubang genital betina perlu dilakukan agar mendapat sampel telur yang digunakan untuk mengetahui perkembangan ovarium.
D. Pemijahan dan Penetasan Ikan kerapu macan akan dibiarkan memijah secara alami, pemijahan dilakukan di KJA dan menggunakan happa. Pemijahan berlangsung pada pukul – WIB. Pemijahan ikan kerapu macan mulai terjadi pada tanggal 1 bulan Jawa atau pada saat bulan gelap dan akan berlangsung selama tiga sampai enam malam setiap bulannya selama fase bulan baru. Di RIM Gondol, indukan kerapu umumnya bertelur sepanjang tahun (Sugama dkk. 2002). Selama periode pemijahan, kerapu macan dapat bertelur antara 0,8 dan 6,0 juta telur setiap malam. Di Bali pada bulan Juli dan Agustus, angin dingin selatan menyebabkan suhu air turun menjadi sekitar 25° C. Selama periode ini, indukan kerapu macan biasanya berhenti memijah. Kalaupun indukan tersebut memijah selama periode ini, telur yang dihasilkan hanya sedikit dan kualitasnya rendah sehingga tidak dapat digunakan untuk produksi pembenihan. E.Penetasan Setelah pemijahan berlangsung, telur yang terbuahi akan terapung dan dikumpulkan di wadah penetasan. Untuk ikan kerapu, harus memilki presentase tingkat pembuahan dan penetasan lebih tinggi dari 50 %. Telur kerapu macan akan menetas antara 18 sampai 22 jam setelah proses pembuahan pada suhu C.
Pengumpulan Telur Ketika terjadi pemijahan, telur yang telah dibuahi akan terapung dan dikumpulkan melalui tangki overflow yang ditampung dengan jaring halus (Plankton net) dengan kerapatan 400 µm (Gambar). Telur kerapu yang sudah dibuahi tidak lengket dan terapung, diameternya bekisar antara 0,8–0,9 mm. Telur kerapu sensitif terhadap penanganan, pada fase perkembangan awal, telur boleh dipindahkan dari jaring pengumpul saat kantung optik pada embrio telah berkembang, yaitu pada tahap pertumbuhan mata (lihat Gambar 15) (Caberoy dan Quinitio 1998). Penanganan/pemindahan telur sebelum fase ini akan menyebabkan kematian dan tingkat abnormalitas larva tinggi (Caberoy dan Quinitio 1998). Pengumpul telur dipasang pada bagian overflow tangki indukan. Air dalam tangki indukan mengalir melalui pipa overflow dan ditampung dengan jaring pengumpul telur. (Foto: M. Rimmer)
Perkembangan Larva Larva kerapu macan yang baru menetas biasanya berukuran antara TL (total length) mm. Mulut akan terbuka 2-3 hari setelah menetas (DAH/days after hatching) dan kuning telur sudah benar- benar terserap habis pada D 4-5. Saat D 10-30, jari-jari sirip punggung dan sirip dada berkembang memanjang, ketika larva dipelihara dengan kepadatan tinggi, duri sirip yang memanjang sering bersentuhan dan terjerat satu sama lain. Hal ini dapat menyebabkan kematian yang tinggi pada D 10 hingga 30. Bentuk tubuh larva kerapu macan mengalami perubahan drastis dari fase larva yang baru menetas hingga fase juvenile. Dari fase larva hingga fase juvenile setelah metamorfosis, bila terjadi perubahan lingkungan ringan dapat menyebabkan kematian pada larva, karena larva sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Kerapu macan bermetamorfosis menjadi juvenile sekitar D 40-45, akan tetapi dapat terhambat karena suhu air rendah atau nutrisi yang buruk. Hal ini dikarenakan sensitivitas larva sangat tinggi, diharuskan untuk berhati-hati pada pemeliharaan larva dalam fase ini (Sugama et al., 2013).
Pakan Dan Kebiasaan Makan Larva Menurut Suparinto (2013), pada saat larva, yaitu mulai umur D 2 hingga umur D 30 kerapu macan diberi pakan berupa rotifer (Brachionus plicatilis) dengan kepadatan 3-5 ind/ml. Selain itu pemberian minyak ikan adalah salah satu hal penting yang harus dilakukan sampai larva berumur D 10. Hal Ini bertujuan agar meningkatkan kualitas dan daya tahan larva. Sedangkan pakan buatan sudah dapat diberikan mulai dari D 8 dan pemberian artemia diberikan setelah kerapu macan berumur D 17. Larva kerapu macan mempunyai bukaan mulut yang lebih kecil dibandingkan jenis larva ikan laut lainnya seperti kakap putih. Oleh karena itu, teknik pemberian pakan pada awal umur larva perlu dilakukan dengan tepat dan cermat. Pakan awal berupa rotifer (Branchionus plicatilis) dewasa yang, memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bukaan mulut larva kerapu macan. Sehingga perlu diberi pakan dengan ukuran yang lebih kecil lagi. Salah satu caranya dengan menyaring rotifer terlebih dahulu dengan menggunakan screen net 100 µm. Rotifer yang digunakan adalah rotifer dengan ukuran lebih kecil dari 100 µm akan terpisah dan dapat diberikan sebagai pakan larva kerapu macan. Proses penyaringan ini dilakukan mulai D-2 hingga D-9. Dan untuk selanjutnya (mulai D-10), tidak perlu dilakukan penyaringan lagi (Suwinya, 2002 dalam Kadari dan Dikrurahman 2010).
Kualitas Air yang Baik Bagi Ikan Kerapu Akbar dan Sudaryanto (2001) menyatakan bahwa ikan kerapu macan laju pertumbuhannya 2,30 g/hari, sedangkan laju pertumbuhan ikan kerapu lumpur 3,59 g/hari. kualitas air pada lokasi bdidaya, yaitu kecepatan arus cm/s, suhu ºC, salinitas ppt, pH 8,0 - 8,2, oksigen >5 ppm dan kedalaman > 5 m.