Indikator Kesejahteraan Masyarakat Oleh: A. Tuti Rumiati
SEJAHTERA?????
PENDAHULUAN Indikator Kesejahteraan Rakyat merupakan publikasi tahunan BPS yang menyajikan tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat Indonesia antar waktu dan perbandingannya antar provinsi serta daerah tempat tinggal. Data yang digunakan bersumber dari BPS dan instansi lain di luar BPS. Sebagian besar data indikator kesejahteraan rakyat merujuk pada data Susenas , khusus untuk data ketenagakerjaan bersumber dari Sakernas
PENDAHULUAN Untuk memudahkan interpretasi, perubahan taraf kesejahteraan dikaji menurut berbagai bidang yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup, yaitu: kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan, serta sosial lainnya.
BERBAGAI JENIS INDIKATOR KESRA INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA Human Development Index (HDI) INDIKATOR KEMISKINAN TINGKAT KEMISKINAN INDEKS GINI INDEKS MUTU HIDUP KERENTANAN SOSIAL
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Menurut UNDP (1990), Pembangunan Manusia adalah model pembangunan yang bertujuan untuk memperluas pilihan masyarakat melalui usaha-usaha untuk memberdayakan masyarakat. Tolok ukur keberhasilan pembangunan telah dikembangkan adalah IPM. IPM ini terdiri dari 3 (tiga) komponen pembangunan manusia yang dianggap mendasar : Usia hidup (longevity) Pengetahuan (knowledge) Standar hidup layak (decent living) Ketiganya merupakan bagian dari kegiatan bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi rumah tangga terutama dari daya beli.
PERHITUNGAN Indikator : Usia hidup (longevity) : diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir Pengetahuan/pendidikan (knowledge) : diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf (literacy rate) penduduk 15 tahun ke atas dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling). Standar hidup layak (decent living) : di ukur dengan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan” (adjusted real percapita expenditure).
POSISI JAWA TIMUR Berdasarkan hasil perhitungan BPS pada tahun 2005, IPM Jawa Timur sebagai propinsi terbesar menempati urutan 22 dari 33 propinsi di Indonesia Sementara itu Kabupaten Sumenep memiliki IPM yang relatif rendah dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Timur, karena semenjak tahun 2002 sampai tahun 2004 IPM Sumenep bertahan di posisi 35 dari 38 kabupaten/ kota di Jawa Timur, hingga pada tahun 2005 meningkat menjadi urutan 32.
C ONTOH IPM (SUMENEP) Angka IPM 2007 68.90 IPM tertinggi : Kecamatan Kota Sumenep IPM terendah : Kecamatan Nonggunong 67% dari kecamatan di kepulauan mempunyai angka IPM yang rendah.
INDIKATOR KEMISKINAN Menurut BPS, kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar dari kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan makanan. Standar ini disebut sebagai garis kemiskinan, yakni kebutuhan dasar makanan setara 2100 kalori energi per kapita per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang paling pokok (BPS, 1996). BPS telah mengembangkan model penentuan penduduk miskin didasarkan pada model estimasi konsumsi sebagai berikut: Ln yvh = xvh β + nv + Evh Dimana : Ln yvh : log konsumsi per kapita dari rumah tangga h dalam desa v xvh : suatu vektor dari karakteristik observasi, termasuk di dalamnya variabel tingkat desa nv : merepresentasikan unsur galat (error term) tingkat desa Evh : unsur galat rumah tangga, diasumsikan nv tidak berkorelasi antar desa dan Evh tidak berkorelasi antar rumah tangga.
INDIKATOR KEMISKINAN Variabel yang digunakan untuk sebagai indikator kemiskinan (BPS, 2001) No Variabel 1. Luas tanah bangunan tempat tinggal 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal 3. Jenis dinding tempat tinggal 4. Fasilitas tempat buang air besar 5. Sumber penerangan 6. Sumber air minum 7. Bahan bakar untuk memasak 8. Konsumsi daging susu ayam / minggu 9. Pembelian pakaian baru untuk setiap anggota rumah tangga dalam setahun 10. Makan dalam sehari untuk setiap anggota rumah tangga 11. Kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas / poliklinik 12. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga 13. Pendidikan teringgi kepala keluarga 14. Pemilikan asset / tabungan
PETA KEMISKINAN INDONESIA
TINGKAT KEMISKINAN Untuk mengukur tingkat kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Digunakan Head Count Index (HCI), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
INDEKS GINI Indeks Gini adalah suatu koefisien yang menunjukkan tingkat ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan. Nilai koefisien gini (G) antara 0 dan 1 (0<1). Semakin kecil koefisinnya, pertanda semakin baik distribusi pendapatan nasionalnya. Gp = indeks Gini pendapatan dan pengeluaran rumah tangga n = jumlah rumah tangga contoh Yip = pendapatan per kapita dan pengeluaran rumah tangga ke i Yrp = rata-rata pendapatan atau pengeluaran per rumah tangga.
INDIKATOR PENDIDIKAN Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut Propinsi dan status pendidikan Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut Propinsi dan ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut Propinsi, jenis kelamin, dan kepandaian membaca dan menulis
INDEKS MUTU HIDUP Indeks mutu hidup (IMH) merupakan salah satu indikator komposit yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Indikator ini sangat bermanfaat dalam mengukur hasil kebijakan umum yang bersifat lintas sektoral. Indeks mutu hidup ini merupakan gabungan dari tiga indikator tunggal yaitu Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR), Angka Harapan Hidup satu tahun (Life Expectancy/LE)dan Angka Melek Huruf (Literacy Rate/Lit). IMH secara keseluruhan menurut Moris dan MC Alpin (1982) dapat mencakup keseluruhan hasil pembangunan sosial ekonomi.
INDEKS MUTU HIDUP Angka kematian Bayi dan angka harapan hidup satu tahun secara bersama-sama dapat merupakan indikator bagi aspek kemajuan sosial antara lain dampak dari keadaan gizi, kesehatan, pendapatan dan lingkungan masyarakat. Secara terpisah kedua indikator tersebut merefleksikan aspek –aspek interaksi sosial yang cukup berbeda. Angka kematian bayi secara peka menggambarkan taraf ketersediaan air bersih, kondisi dalam rumah dan kesejahteraan ibu. Sementara angka harapan hidup satu tahunmerefleksikan taraf gizi dan keadaan lingkungan luas di luar rumah. Sedangkan angka Melek Huruf merupakan indikator yang menggambarkan taraf ketrampilan dan kualitas masyarakat.
Contoh IMH Kecamatan IMR AHH1 Melek Huruf IMH 1995 1999 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Pondok Gede 89,8 79,0 67,3 68,7 94,7 59,2 77,5 82,0 Jati Asih 112,8 76,5 63,5 69,1 83,3 67,0 77,7 Bantar Gebang 86,0 53,5 54,7 84,0 62,2 65,5 Bekasi Timur 92,9 85,4 66,8 67,6 89,2 74,8 79,8 Bekasi Selatan 81,6 77,8 68,8 68,9 96,1 80,5 81,9 Bekasi Barat 96,6 75,2 66,7 69,4 93,6 76,0 82,6 Bekasi Utara 97,9 62,0 99,4 70,9 76,4 Kota Bekasi 87,2 80,3 67,8 68,5 93,3 80,9 Jawa Barat 59,5 51,3 90,1 92,1 76,2