Nuzulul Qur’an dan Qadifikasi Al-Qur’an Oleh: Team Teaching Lembaga Pengembangan Studi dan Studi Islam UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA LPSI UAD
Pokok-Pokok Bahasan Pengertian Nuzulul Qur’an Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur Kodifikasi Al-Qur’an Ciri-Ciri Kodifikasi Al-Qur’an Sejak Periode Nabi, Abu Bakar dan Usman bin Affan. LPSI UAD
Pengertian Nuzulul Qur’an Secara etimologis Nuzulul Qur’an berarti peristiwa al-Qur’an turun atau turunnya al-Qur’an. Penggunaan istilah Nuzulul Qur’an bersifat Majazi, maksudnya mempermaklumkan al-Qur’an dengan cara dan sarana yang dikehendaki Allah sehingga dapat diketahui oleh malaikat di Lauhul Mahfudz dan oleh Nabi Muhammad SAW. di dalam hatinya yang suci. Dalam al-Qur’an Nuzulul Qur’an diungkap dengan dua ungkapan, yaitu (1) dengan kata Nazzala – yunazzilu – tanzilan, dengan makna konotatif “turun secara berangsur-angsur”, dan (2) dengan kata anzala – yunzilu – inzalan, dengan makna denotatif “menurunkan”. LPSI UAD
Proses Turunnya Al-Qur’an Dalam hal ini, turunnya al-Qur’an ada 3 pendapat: Al-Qur’an turun sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia pada malam Lailatul Qodar, kemudian dituturunkan kepada Nabi Muhammad secara bertahap, sejak diangkatnya beliau menjadi Rasul hingga wafat. Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia setiap tahun pada malam Lailatul Qadar, kemudian diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad. Allah menjadikan malam lailatul Qadar sebagai awal pembuka diturunkannya al-Qur’an secara bertahap LPSI UAD
Karakter Turunnya Al-Qur’an Periode pertama, kandungan al-Qur’an berisi tiga hal; Pendidikan kepribadian bagi Rasulullah (Q.S. al- Mudatssir (74): 1-7); Pengetahuan dasar mengenai ketuhanan (Q.S. al- A’la (87) dan Q.S. al-Ikhlas (112)); Dasar-dasar akhlak Islamiyah dan pembentukan masyarakat Muslim. LPSI UAD
Sebagian kecil menerima dengan baik; Periode ini berlangsung 4-5 tahun dan menimbulkan reaksi di kalangan masyarakat Arab: Sebagian kecil menerima dengan baik; Sebagian besar menolak karena kebodohan mereka (Q.S. al-Anbiya’ (21):24), mempertahankan adat-istiadat nenek moyang (Q.S. az-Zukhruf (43):22); Dakwah al-Qur’an mulai melebar hingga perbatasan Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya. LPSI UAD
Periode kedua, sejarah turunnya al-Qur’an berlangsung selama 8-9 tahun, dimana ayat-ayat al- Qur’an telah sanggup memblokade paham jahiliyah dari segala segi, sehingga mereka tidak lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam alam pikiran sehat (Q.S. an-Nahl (16): 125; Fushilat (41):13; Yasin (36): 78 – 82) LPSI UAD
Periode ketiga, dicirikan; Dakwah al-Qur’an telah mencapai atau mewujudkan prestasi yang sangat besar. Periode ini berlangsung selama 10 tahun (Quraish Shihab, 1992:35-37). Islam telah disempurnakan oleh Allah dengan turunnya ayat surat al-Ma’idah ayat 3 (ayat tentang hukum), ketika Nabi wukuf pada waktu haji wada’ pada tanggal 9 Dzulhijjah 10 H/ 7 Maret 632 M. Sehingga dari ayat yang pertama sampai yang terakhir turun memakan waktu sekitar 22 tahun. LPSI UAD
Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur Menguatkan dan meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW. Kesesuaian dengan peristiwa dan pentahapan dalam penetapan hukum, misalnya tahapan dalam pelarangan khamr. Memuliakan Nabi Muhammad SAW dan menunjukkan sifat lemah lembut Allah kepada beliau. Tantangan dan Mukjizat. Mempermudah hafalan dan memahami. Bukti yang pasti bahwa al-Qur’an diturunkan dari sisi yang Maha Bijaksana dan Maha terpuji. LPSI UAD
Kodifikasi Al-Qur’an Pertama : pengumpulan dalam arti Hifdzuhu (menghafalkannya dalam hati). Jumma’ul Quran artinya huffazuhu (penghafal-penghafalnya, orang yang menghafalkannya di dalam hati). Kedua : pengumpulan dalam arti kitabuhu kullihi (penulisan al-Qur’an semuanya) Ketiga: pengumpulan dalam arti merekam suara bacaan al-Qur’an, yaitu pelestarian al- Qur’an dengan cara merekam dalam pita suara. LPSI UAD
Periode Kodifikasi Zaman Nabi Zaman Abu Bakar Zaman Usman LPSI UAD
Ciri-Ciri Kodifikasi Al-Qur’an Zaman Nabi dicirikan; Nabi mengangkat para penulis wahyu al-Qur’an, seperti Ali, Muawiyah, ‘Ubai bin K’ab dan Zaid bin Sabit Menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Jibril membacakan al-Qur’an kepada Rasulullah pada malam-malam bulan Ramadan (muraja’ah). LPSI UAD
Contoh lempengan batu yang digunakan menuliskan al-Qur’an. LPSI UAD
Inkripsi al-Qur’an yang ditulis di atas kulit onta. LPSI UAD
Mengenai susunan surat, Nabi sendiri yang memerintahkannya. Nabi mengoreksi langsung hapalan para sahabat, diantaranya: Ali bin Abi Thalib, Muaz bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Abdullah bin Mas’ud dan yang terakhir Zaid bin Sabit. Belum dibukukan dalam bentuk mushaf sebab masih menanti wahyu yang diturunkan. Mengenai susunan surat, Nabi sendiri yang memerintahkannya. LPSI UAD
Contoh kodifikasi mushaf dalam kulit-kulit kayu. LPSI UAD
Zaman Abu Bakar dicirikan; Banyak para sahabat ahlul qura (penghapal) syahid dalam perang Yamamah. Umar kemudian meminta kepada Abu Bakar membukukan al-Qur’an. Mengumpulkan tulisan-tulisan dari para penghapal yang terserak. Para penghapal harus membawa 2 orang saksi. Dikumpulkan oleh Zaid bib Tsabit dalam satu mushaf (terbuat dari kulit onta), kemudian disimpan di rumah Hafsah. Belum dilengkapi tanda baca, juz, dan keterangan-keterangan lainnya seperti saat ini. LPSI UAD
Diduga mushaf yang dikumpulka n oleh Abu Bakar LPSI UAD
Zaman Khalifah Usman dicirikan; Terjadi perbedaan qira’at (bacaan) al-Qur’an, dan dikhawatirkan terjadi perpecahan. Disusun dalam bentuk mushaf dengan dialek Qurays. Usman membentuk panitia yang terdiri dari: Zaid bin Sabit , Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin ‘As dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam. Menggandakannya menjadi beberapa; ada yang menyebutnya 5 dan 7 kali. Membakar semua mushaf selain yang ditulis. LPSI UAD
Mushaf Usmani yang tersimpan di Museum Yaman LPSI UAD
Wallahu’alam bishawab, Wassalamu’alaikum... LPSI UAD