(Farmakologi Klinik Antibakteri-2) Dripa Sjabana, dr., M.Kes dripa@fk.unair.ac.id Mata Ajar Farmakologi Prodi Pendidikan Dokter Universitas Airlangga 2006
Skenario Klinis 1 KOMENTAR ? Pasien datang dengan penurunan berat badan dan demam yang telah berlangsung sekitar 3 minggu. Pemeriksan fisik mengungkap tidak ada penyebab yang jelas dan pemeriksaan awal termasuk foto-X dada normal. Hitung darah menunjukkan sedikit peningkatan hitung leukosit yaitu 13x109/liter dan laju endap darah (LED) meningkat yaitu 52 mm/jam. Tidak jelas apa yang salah pada kesehatan pasien ini, tetapi dokter meresepkan antibiotik spektrum luas. KOMENTAR ? dripa@fk.unair.ac.id
Pembahasan Setuju / tidak ? Hitung lekosit & LED radang infeksi ? Antibiotik spektrum luas mengaburkan dan menunda diagnosis penyebab sesungguhnya Dapat menuju pengobatan parsial yang membawa petaka, seperti endokarditis Demam lama perlu investigasi dan diagnosis definitif. dripa@fk.unair.ac.id
Prinsip Peresepan Antibiotik [1] Tegakkan diagnosis infeksi bakteri (demam saja tidak selalu menunjukkan infeksi bakteri), lokasi infeksi, dan pertimbangkan kemungkinan bakteri penyebab. Jika memungkinkan, khususnya pada semua infeksi serius, ambil spesimen yang sesuai (darah, sputum, pus, urine, usap) untuk kultur dan uji sensitivitas antibiotik, dan mungkin pemeriksaan mikroskopis dan pewarnaan Gram. Secara keseluruhan, pertimbangkan kebutuhan terapi antibiotik. Jika dilakukan kultur, apakah perlu segera diterapi sebelum hasilnya diketahui ? dripa@fk.unair.ac.id
Prinsip Peresepan Antibiotik [2] Pilih obat yang paling tepat, dosis dan cara pemberiannya. Pertimbangkan faktor berikut: Organisme Pasien: usia, alergi, fungsi ginjal & hati, rapuhnya ketahanan terhadap infeksi (malnutrisi, keganasan, imunosupresi, termasuk akibat kortikosteroid), kehamilan, atau faktor genetis Keparahan infeksi Lokasi infeksi Adanya benda asing, seperti katup jantung prostetis atau sepotong gelas pada luka kulit Monitor keberhasilan terapi secara klinis atau mikrobiologis dengan kultur ulang sesuai kebutuhan, terkadang dibutuhkan konsentrasi plasma. dripa@fk.unair.ac.id
Prinsip Peresepan Antibiotik [3] Kombinasi antibiotik terkadang dibutuhkan: Infeksi campuran Kombinasi menghasilkan efek sinergis Organisme penyebab belum diketahui dan diperlukan segera spektrum luas Untuk menghindari timbulnya resistensi terhadap antibiotik tunggal. Antibiotik terkadang dapat juga digunakan untuk profilaksis: Durasi singkat (biasanya ≤24 jam) Pilihan obat berdasar pengalaman sebelumnya akan kemungkinan kuman penyebab. dripa@fk.unair.ac.id
Mekanisme Utama Sinergisme Antibiotik Penyakat langkah sekuensial pada sekuens metabolisme Hambatan penonaktivan enzimatis Peningkatan ambilan agen antimikroba dripa@fk.unair.ac.id
Akibat Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat Resiko kehilangan diagnosis alternatif Kejadian yang tidak diinginkan (AE) Peningkatan resistensi antibiotik Peningkatan biaya pengobatan. dripa@fk.unair.ac.id
Skenario Klinis 2 [1] KOMENTAR ? Seorang bapak 65 tahun yang telah lama menderita PPOM (penyakit paru obstruktif menahun), saat ini mengalami bronkhitis akut; Dokter Cendrawasih meresepkan antibiotik. Antibiotik apa yang menjadi pilihan pertama yang tepat ? KOMENTAR ? dripa@fk.unair.ac.id
Kolitis pseudomembranosa Skenario Klinis 2 [2] Seminggu kemudian, bapak tsb kembali ke Dokter Cendrawasih dengan keluhan diare berat. Apa diagnosis yang perlu dipertimbangkan ? Jika diagnosis ini ditegakkan, bagaimana pengelolaannya ? Kolitis pseudomembranosa dripa@fk.unair.ac.id
Kolitis Terkait Antibiotik [1] Antibiotic-associated colitis; pseudomembranous colitis “sedang dalam terapi antibiotik”, terkait dosis. Umumnya: ringan, mereda sendiri, tidak perlu pemeriksaan laboratorium dan pengobatan spesifik. Sebagian besar akibat perubahan fermentasi koloni bakteri terhadap karbohidrat. Lebih sering: ampicillin, clindamycin, dan cephalosporins III. Segera hingga 8 minggu sejak terapi antibiotik. Tierney et al. Current Medical Diagnosis & Treatment (CMDT) 2005, p.600-602. dripa@fk.unair.ac.id
Kolitis Terkait Antibiotik [2] Antibiotic-associated colitis; pseudomembranous colitis Gejala klinis: diare ringan-sedang, kehijauan, berbau dengan nyeri perut bawah. leukositosis (hingga 50000/uL) Pemeriksaan tinja sering: leukosit (-) dan kultur (-), mukus, terkadang darah 15-25% Clostridium difficile (anaerob) masalah klinis Pemeriksaan enterotoksin (toksin A), sitotoksin (toksin B) Sigmoidoskopi fleksibel kolitis pseudomembranosa Tierney et al. Current Medical Diagnosis & Treatment (CMDT) 2005, p.600-602. dripa@fk.unair.ac.id
Pengobatan Kolitis Terkait Antibiotik Akut: bila memungkinkan hentikan terapi antibiotik, metronidazole 3dd 500 mg po atau vancomycin 4dd 125 mg po. Relaps: ulang terapi akut (prosedur khusus) dan dapat didukung dengan terapi probiotik. Tierney et al. Current Medical Diagnosis & Treatment (CMDT) 2005, p.600-602. dripa@fk.unair.ac.id
Skenario Klinis 3 KOMENTAR ? Pasien dengan epilepsi mendapat carbamazepine. Dia alergi terhadap penicillin dan ketika terserang ISPA dengan demam dan sputum, diberi resep erythromycin. Dua hari kemudian pasien selalu mengantuk dan kehilangan keseimbangan (ataksia). KOMENTAR ? dripa@fk.unair.ac.id
Penggunaan Antibiotik Secara Rasional Tepat indikasi Profilaksis Terapeutik Empiris: data epidemiologis bakteri Terarah: >>>efektif, aman, spektrum sempit Tepat penderita Tepat obat Tepat dosis Waspada terhadap “AE” (kejadian yang tidak diinginkan, efek samping obat) dripa@fk.unair.ac.id
Diskusi pada situs internet FK Unair di Bacaan lanjut Katzung BG ed.(2004). Farmakologi Dasar & Klinik, ed.8, buku 3. Jakarta: Salemba Medika, hal.179-201. Diskusi pada situs internet FK Unair di http://www.fk.unair.ac.id/forum Forum Prodi Dokter dripa@fk.unair.ac.id