PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Asuhan Keperawatan dengan Cedra Kepala
Advertisements

KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
FIRST AID “Pertolongan Pertama Selamatkan Jiwa” Anchi PP KSR Dasar
PENILAIAN DAN PENGELOLAAN AWAL PENDERITA GAWAT DARURAT
Asuhan Keperawatan klien dengan post KRANIOTOMI
Bab 9 Masalah bedah umum.
TRAUMA KEPALA Tujuan Umum Tujuan khusus
PM GOES TO KALTIM BEM Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2011/2012 SMPN 2 MALINAU.
DALAM PERTOLONGAN PERTAMA
MANAJEMEN FRAKTUR EKSTREMITAS ATAS PADA KONDISI PRE-HOSPITAL
Ilustrasi Kasus Identitas Pasien Nama : Ny S Usia : 58 tahun
Ns. Sitti Nurchadidjah S.Kep
TRAUMA ABDOMEN Kel.6 : Vivi Mutiasari Wieke Erina A Yulia Nurjanah
DOSEN PEMBIMBING : Ns.HANI RUH DWI, S.Kep
LUKA BAKAR.
DR.R. SUHARTONO 14 September 2009
RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR
“FRAKTUR COSTA” LUKY DWIANTORO.
PENILAIAN AWAL DAN PENGELOLAAN PENDERITA TRAUMA
Heri Widiarso, S.Kep, Ns, MNur Bidang Perawatan RS Bethesda Yogyakarta
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA
PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU, BAYI DAN ANAK BALITA
PENGKAJIAN OFTALMIK.
TRAUMA THORAX.
ELEKTRO CONVULSIVE THERAPY
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA
BEDAH THORAX KARDIOVASKULER Dr.SOEBAGJO SpB.(K)TKV.
Radiologi Abdomen.
DR.R. SUHARTONO 14 September 2009
PENANGANAN PRAKTIS TRAUMA TORAK
BANTUAN HIDUP DASAR & RESUSITASI JANTUNG PARU
5.
RJP RESUSITASI JANTUNG PARU
Pengkajian Gawat Darurat pada Pasien Dewasa
dr. Arif Dharmawan, SpB, FINACS SMF Bedah RSUD Blambangan
KEGAWAT DARURATAN PADA TRAUMA ABDOMEN
INITIAL . . Asessment Primary & Secondary Survey By Ardhiles WK.
Cidera Kepala Sholihin.
TRAUMA 2.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR
PENDAHULUAN.
Asuhan Nenonatus dengan Jejas Persalinan
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
Gangguan pada sistem pencernaan
TRAUMA KEPALA.
Disusun oleh: NOPIA NUR HAYATI
PENILAIAN PENDERITA.
PNEUMOTHORAK.
BHD (Bantuan Hidup Dasar) atau BLS (Basic Life Support)
- FIRST AID - PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
RJP RESUSITASI JANTUNG PARU
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
BANTUAN DASAR PADA KASUS NON TRAUMA
TRAUMA ABDOMEN.
Trauma Abdomen Oleh Zaenal Arifin.
GANGGUAN KESADARAN (PERUBAHAN STATUS MENTAL)
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
LUKA BAKAR. Penyebab : -Termal ( suhu > 60 C ) -Kimia ( asam / basa kuat ) -Listrik -Radiasi.
Puskesmas Binangun Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar.
LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )
CEREVASKULER ATTACK (CVA)
-FIRST AID- PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN dr. Margaretha.
Dr.Hendry Widjaja,MARS. Tujuan Utama : Mempertahankan penderita tetap hidup Membuat keadaan penderita tetap stabil Mengurangi rasa nyeri,
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KERJA
Trauma Kepala Nikmatullah Ridha. Definisi Cedera kepala merupakan cedera kepala yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak (Morton, 2012).
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
Transcript presentasi:

PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA YULIATI, SKp,MM Un. Esa Unggul

1. Primary survey (ABCDE) Airway (jalan napas) Membersihkan jalan napas dan kontrol servikal Anggaplah fraktur servikal penderita multi trauma, terlebih: penurunan kesadaran atau jejas di atas klavikula Bersihkan jalan napas segala sumbatan Pasien tidak sadar,lidah jatuh ke belakang mayo (gudle), darah dan lendir (sekret) disuction aspirasi

Penderita sadar & dapat berbicara airway baik tetap perlu reevaluasi Intubasi (orotracheal tube) apnea, GCS (Glasgow Coma Scale) < 8, GCS 9 &10 saturasi oksigen < 90 persen atau bahaya aspirasi perdarahan & fraktur maksiofasial hebat

Breathing dg ventilasi yg baik Proses pernapasan harus dipenuhi pertukaran oksigen & mengeluarkan karbondioksida. Fungsi ventilasi ditentukan: paru, dinding dada,diafragma dievaluasi Evaluasi :inspeksi terhadap bentuk dan pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada mengganggu ventilasi, perkusi adanya darah / udara dlm rongga pleura, auskulatasi masuknya udara ke dalam paru

Gangguan ventilasi berat Tension pneumothoraks gejala sesak napas yg progresif,melemahnya bising napas, hipersonor pada perkusi, syok, & distensi vena jugularis (kecuali hipovolernia) Flail chest dan kontusio paru, ditandai gerakan napas paradoksal, dg frekuensi cepat & dangkal nyeri yg timbul ventilasi tdk efektif & efisien Open pneumothoraks

Circulation dengan kontrol perdarahan Respons awal tubuh perdarahan takikardia penurunan tekanan nadi hipotensi Keadaan tsb sangat dinamik harus dimonitor secara berulang-ulang Cairan RL diberikan 3:1, artinya 100 cc darah ra digantikan dengan RL 300 cc. Tahap awal RL hangat 2 liter evaluasi keadaan stabil belum dicapai diulangi dg 2 liter lagi Perdarahan tampak luar harus dihentikan balut tekan pada daerah tersebut. Otorrhagia yg tdk membeku jangan sumpal MAE (meatus acusticus exsternus) dg kapas /kain kasa

Disability GCS setelah resusitasi. Bentuk, ukuran, & refleks cahaya pupil. Bandingkan kedua pupil, isokor atau tidak. Hati-hati, cedera langsung dapat menimbulkan dilatasi pupil yg bersangkutan. Nilai kekuatan motorik kiri dan kanan, apakah ada parese atau tidak.

GCS Respons Mata ≥ 1 tahun 4 Membuka mata spontan 3 Membuka mata oleh perintah 2 Membuka mata oleh nyeri 1 Tidak membuka mata Respons motorik ≥ 1 tahun   6 Mengikuti perintah 5 Melokalisasi nyeri Menghindari nyeri Fleksi abnormal ( deserebrasi ) Ekstensi abnormal (desrebrasi ) Tidak ada respons Respons verbal > 5 tahun Orientasi baik dan mampu berkomunikasi Disorientasi tapi mampu berkomunikasi Menyebutkan kata-kata yang tidak sesuai ( kasar, jorok) Mengeluarkan suara

Exposure menghindarkan hipotermia Semua pakaian yang menutupi tubuh penderita harus dilepas/dibuka tidak ada cedera yang terlewatkan selama pemeriksaan

Sambil melakukan resusitasi, dapat ditanyakan riwayat kejadian: Waktu kecelakaan Tempat kejadian Memakai helm atau tidak (pada pengendara sepeda motor) Mekanisme cedera:

2. Secondary survey Kepala dan leher Evaluasi tanda-tanda trauma eksternal kontusio jaringan, ecchymosis, laserasi, atau pembengkakkan jaringan lunak Battle’s sign Palpasi secara sistematis dan simultan terhadap tulang-tulang wajah pada kedua sisi. tanda-tanda ‘step-off’ / krepitasi

Thoraks Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Keadaan pada thoraks yg mengancam kehidupan : Tension pneumothorak Open pneumothorak Masif hemothorak

Abdomen Evaluasi & penatalaksanaan trauma tumpul abdomen lebih kompleks. Penderita dg penurunan kesadaran evaluasi lebih agresif observasi sering menyebabkan keterlambatan. DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage) cukup sensitif dan cepat Penyebab perdarahan intraabdomen pada trauma tumpul paling sering laserasi hepar/ lien

Ekstremitas Perkiraan kehilangan darah (fraktur tertutup): Humerus/radius ulna: ± 200 cc Tibia: ± 500 cc Femur: ± 1000 cc Pelvis: ± 3000 cc Keadaan menimbulkan iskemik pada ekstremitas : cedera pembuluh darah fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku crush injury sindrorna kompartemen dislokasi sendi panggul

3.Stabilisasi dan transportasi Transportasi boleh dilaksanakan jika penderita telah diresusitasi secara adekuat dan penderita dalarn keadaan stabil Do no further harm Peralatan komunikasi, alat monitoring dan resusitasi, obat­obatan dan didampingi tenaga medis terlatih Ada komunikasi dengan RS tempat rujukan

4.Kriteria rawat untuk cedera kepala ringan Penderita harus dirawat atau tidak pada cedera kepala ringan 1.Penurunan kesadaran. 2.Fraktur tulang tengkorak. 3.Gejala & tanda defisit neurologis,sakit kepala berat & muntah2. 4.Sulit melakukan penilaian terhadap penderita,pengaruh alkohol, obat, atau usia lanjut sekali. 5.Adanya keadaan medis: epilepsi, hemofilia atau diabetes. 6.Sulitnya atau tidak ada oranglain sekitarnya yg dpt mengawasi penderita. 7.Jarak & rumah penderita ke rumah sakit jauh tidak memungkinkan ke rumah sakit dalam waktu singkat, jika diperlukan. 8.Adanya kriteria resiko sedang dan resiko tinggi pada penderita.

Edukasi keluarga jika ditemukan hal-hal sebagai berikut: Penurunan kesadaran, termasuk sulit dibangunkan. Perilaku abnormal. Sakit kepala yang progresif. Bicara ‘rero’. Sulit menggerakkan lengan atau tungkai. Muntah yang terus menerus. Kejang-kejang.

5.Kriteria merujuk pasien ke RS dg fasilitas memadai 1.Adanya fraktur tulang tengkorak yang disertai pusing yang persisten, penurunan kesadaran, tanda neurologis fokal dan adanya kejang. - 2.Pada kasus tanpa fraktur tetapi dijumpai tanda neurologis fokal atau pusing yang persisten lebih dan 12 jam. 3.Tidak ada perbaikan tingkat kesadaran selama 3 jam setelah resusitasi yang adekuat, dengan GCS kurang dan 8. 4.Adanya kecurigaan CSF bocor dan atau udara intrakranial. 5.Fraktur depressed tulang tengkorak, terbuka maupun tertutup.