PSIKOLOGI SOSIAL II THE REINFORCEMENT ORIENTATION (ORIENTASI FAKTOR PENGUAT) BY : DWI HURRIYATI, S.Psi.,M.Si.
Orientasi ini dipengaruhi ini dipengaruhi oleh aliran behaviorisme dari J.B.Watson ( ) yang berkembang di Amerika Serikat yang mempelajari hubungan Rangsangan dan Tingkah laku Balasnya. Watson berpendapat bahwa setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (response) terhadap rangsangan (stimulus). Konsep ini melahirkan Teori Rangsang Balas (Stimulus- Response Theory)
Tokoh Teori Rangsang Balas : 1.I.P. Pavlov ( ) & V.M.Bechterev ( ) dari Rusia. Pavlov mengembangkan hukum penguat (Law or Reinforcement), sedangkan Bechterev mengembangkan teori tingkah laku instrumental atau teori belajar menghindar dan menjauh (avoidance and escape learning)
2.E.L.Thorndike ( ) & Kimble (1967) dari Amerika Serikat. Kimble & Thorndike mengemukakan hukum efek (Law of exercise)
Prinsip dan Teo ri- T eori dari hukum- hukum tersebut adalah : “Apabila rangsangan memberikan akibat yang positif atau memberi ganjaran- ganjaran (rewarding), maka tingkah laku balas terhadap rangsangan tsb akan diulangi pada kesempatan lain dimana rangsangan yang sama timbul. Sebaliknya apabila rangsangan memberi akibat negatif (punishing), hubungan rangsang balas itu akan dihindari pada kesempatan lain.”
ISTILAH-ISTILAH & PENGERTIAN-PENGERTIAN : 1.Rangsangan (Stimulus), adalah : Peristiwa yang terjadi di luar maupun di dalam diri kita yang memungkinkan timbulnya tingkah laku individu. Stimulus Respons
Menurut Skinner terdapat 3 fungsi rangsangan, yaitu : a. Fungsi Pembangkit (elicitation),yaitu : Rangsang yang langsung menimbulkan tingkah laku balas. Contoh : Ketika melihat buah ranum dan segar, membuat air liur Anda menetes tidak tertahankan.
b.Fungsi Diskriminasi(discrimination),yaitu: Tingkah laku balas yang tidak akan segera terjadi karena rangsang hanya sebagai penanda akan datangnya pembangkit. Contoh : Suara tok…tok…tok tukang bakso adalah rangsang pertanda yang akan disusul oleh rangsang makanan bakso
c. Fungsi Penguat (reinforcement), yaitu : Untuk memperkuat atau memperlemah tingkah laku balas. Contoh : Apabila Anda rajin masuk kuliah tentu akan mendapat banyak pujian yang mengalir dari teman, dosen, dan orang tua. Saat Anda mendapatkan pujian, hal itu merupakan penguat yang membuat Anda semakin rajin masuk kuliah.
2. Dorongan (drive), yaitu : Semacam energi (daya) yang mengarahkan individu kepada pilihan tingkah laku. Pilihan-pilihan tingkah laku ini ditimbulkan oleh adanya ditimbulkan oleh adanya kebutuhan (need).
Menurut Dollard & Miller (1950) serta Hull, terdapat 2 jenis dorongan pada manusia,yaitu: 1.Dorongan Primer adalah dorongan bawaan. Seperti : lapar, haus, seks, dan sebagainya. 2. Dorongan Sekunder adalah dorongan yang bersifat sosial yang dipelajari. Seperti : dorongan untuk mendapatkan upah, pujian, atau sejenis makanan tertentu.
3. Penyamarataan (generalization) dan Diskriminasi (discrimination) a. Penyamarataan, adalah : Suatu proses dimana sebuah rangsang menimbulkan balas yang pernah dipelajari dari rangsang lain yang serupa atau hampir sama. Contoh : Seorang anak menyebut perempuan kepada orang-orang yang mempunyai ciri-ciri seperti ibunya, dan anak itu dapat pujian.
b. Diskriminasi, adalah : Timbulnya tingkah laku balas yang berbeda terdapat rangsangan yang berbeda-beda pula. Contoh : Seorang anak memanggil mama kepada ibunya dan pujian, kemudian memanggil mama kepada kakak perempuan dan tante- nya dan mendapat celaan. Anak itu kemu- dian sadar bahwa hanya boleh memanggil mama kepada ibunya saja.
Teori rangsang balas (stimulus response theory) yang serig disebut teori penguat (reinforcement theory) Teori penguat menerangkan sikap, dimana ada kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau menghadapi suatu rangsangan tertentu. Contohnya, seseorang mempunyai sikap positif terhadap bila melihat anak kecil dan akan selalu mendekati anak kecil jika bertemu tapi sebaliknya jika orang bersikap negatif pada anak kecil maka akan menghindari anak kecil
Salah satu teori untuk menerangkan terbentuknya sikap dikemukakan oleh Daryl Beum (1964) yang pengikut Skinner, dimana tingkah laku manusia berkembang dan dipertahankan oleh anggota-anggota masyarakat yang memberi pengua pada individu untuk bertingkah laku secara tertentu. Atas dasar tersebut, Beum mengemukakan 4 asumsi dasar, yaitu : 1. Setiap TL, baik verbal maupun sosial, merupakan suatu hal yang bebas dan berdiri sendiri, bukan merupakan refleksi sikap, sistem kepercayaan, dorongan kehendk ataupun keadaan-keadaan tersembunyi lainnya dalam diri individu
2. Rangsangan dan tingkah laku an konsep- konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala tingkah laku 3. Prinsip-prinsip hubungan rangsan balas sebetulnya hanya seedikit 4. Dalam analisis tentang tingah lakuperlu dihindari diikutsertakannya keadaan- keadaan internal ya terjadi pada waktu tingkah laku itu timbul, baik bersifat fisiologik maupun yang bersifat konseptual.
Berdasarkan asumsi dasar tersebut, Beum mengemukakan teori tentang Hubungan Fungsional dalam interaksi sosial. Ada 2 macam hubungan fungsional menurut Beum, yaitu : 1. Hubungan fungsional dimana terdapat kontrol penguat (reinforcement), yaitu jika tingkah lau balas (response) ternyata menimbulkan penguat (reinforcement) yang bersifat ganjaran (reward). contoh : Seorang anak berkata kepada ibunya, “ibu, saya minta kue”, ternyata ibunya benar-benar memberi kue (ganjaran), maka pd kesempatan lain anak itu akan mengucapkan kalimat yang sama untuk mendapatkan kue. TL untuk mendapatkan ganjaran itu disebut TL OPERAN (operant response). Dalam tl operan itu, ganjaran yg diinta selalu dinyatakan dengan jelas (“KUE”). TL operan yang bersifat verbal seperti di atas disebut MAND (Commad atau Demand yang berarti perintah atau permintaan)
2. Hubungan yang terjadi jika tingkah laku balas hanya mendapatkan ganjaran pada keadaan-keadaan tertentu. Misalnya, ibu hanya memberi kue pada anak jika ia sudah menghabiskan nasinya. Dalam hal ini “nasi” merupakan rangsangan diskriminasi dan anak hanya akan berkata “ibu, minta kue” kalau ia sudah makan nasi. Hubungan fungsional dimana terdapat kontrol diskriminasi dan tingkah laku balas terjadi hanya jika ada rangsanagna diksriminasi disebut TACT Menurut Beum, tact lama-lama bisa menjadi kepercayaan (belief), contoh, anak melihat jika ayahnya mau pergi (tact) ia selalu memakai sepatu (rangsangan diskriminasi). Kalau ayahnya tidak memakai sepatu, maka ia tidak akan pergi. Lama-kelamaan anak percaya bahwa kalau ayah memakai sepatu, maka ayah akan pergi walaupun kenyataannya mungkin ayahnya hanya mau menerima tamu di rumah. Beum selanjutnya menyimpulkan bahwa sistem kepercayaan selalu dipengaruhi faktor-fakor internal