TUGAS AGAMA AL QUR’AN PADA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI M.Jusmarwan Syahputra Gading XII IPS TUGAS AGAMA AL QUR’AN PADA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
A. AL-QUR’AN Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah. Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan[1], semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.(Q.S. Al-an’am: 38). Lebih lanjut Achmad Baiquni mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an”[2].
Salah satu kemu’jizatan (keistimewaan) Al-Qur’an yang paling utama adalah hubungannya dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan ilmu pengetahuan dalam Al- Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali Q.S Al-‘alaq 96/1-5. 1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ayat tersebut di atas mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara teratur atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaannya, berfikir dengan menkorelasikan antara ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu menmukan konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammada SAW. dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya. tentunya ilmu pengetahuan diperoleh di awali dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu pengetahuan, baik membaca ayat qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak mengethui apa-apa, pengetahuan manusia itu diperoleh melalui proses belajar dan melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra pendengaran dan penglihatan[3] demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an terdapat kurang lebih 750[4] ayat rujukan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sementara tidak ada agama atau kebudayaan lain yang menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia. Ini membuktikan bahwa betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetauan dalam Al-Qur’an (Islam). Al-Qur’an selalu memerintahkan kepada manusia untuk mendayagunakan potensi akal, pengamatan , pendengaran, semaksimal mungkin[5].
Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat (bahkan paling) empatik dalam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Al-Qur’an itu sendiri merupakan sumber ilmu dan sumber insfirasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan sains dan teknelogi. Betapa tidak, Al-Qur’an sendiri mengandung banyak konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknelogi serta pujian terhadap orang- orang yang berilmu. Dalam Q.S. Al-Mujadalah 58/11 Allah berfirman, “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”. Selain Al-Qur’an, Hadits- hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Sebgaimana sabda beliau.
طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة (رواه ابن عبد البر ) “Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim laki- laki dan perempuan[6]”. Hadits ini membrikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum muslimin untuk belajar mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum, karena suatu perintah kewajiban tentunya harus dilaksanakan, dan berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan. Lebih lanjut Rasulullah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di batasi usia, ruang, waktu dan tempat sebagaimana sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buayan sampai liang lahat)”. Dan “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”. Dorongan dari al-Qur’an dan perintah dari Rasul tersebut telah diperaktekkan oleh generasi Islam pada masa abad pertengahan (abad ke 7-13 M)[7].
Hal ini terbukti dengan banykanya ilmuan-ilmuan Muslim tampil kepentas dunia ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi, seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Ikhwanusshafa, Ibn Miskwaih, Nasiruddin al-Thusi, Ibn rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni, Fakhrudin ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali dan lain-lain. Ilmu yang mereka kembangkan pun bebagai maca disiplin ilmu, bahkan meliputi segala cabang ilmu yang berkembang pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat, Astrnomi, Fisika, Astronomi, Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi, Tasauf, Fiqih, Tafsir, Ilmu Kalam dan sebagainya, pada masa itu kejayaan, kemakmuran, kekuasaan dan politik berda di bawah kendali umat Islam, karena mereka meguasai sains, ilmu pengetahuan dan teknelogi. Rasul pernah bersabda “Umatku akan jaya dengan ilmu dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang memberikan anjuran dan motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam kesempatan ini tentunya tidak dapat disebutkan semuanya.
B. SAINS DAN ILMU PENGETAHUAN Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali[8]. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai waktu-waktu tertentu”[9]. Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknelogi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33. Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan); kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknelogi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menmbus angksa luar bangsa- bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknelogi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan pelanet-pelanet lainnya. Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi di abad modren ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmua barat, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam “kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol[10]” dan ini di akui oleh sebagian mereka.
Sains dan teknelogi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, itu semua sebagai bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam al-qur’an, karena jauh sebelum peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi al-Qur’an telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu, dan ini termasuk bagian dari kemukjizatan al-Qur’an, dimana kebenaran yang terkandung didalamnya selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiyah oleh sipa pun.
C. KAREKTERISTIK SAINS ISLAM Allah SWT. telah menganugrahkan akal kepada manusia, suatu anugrah yang sangat berharga, yang tidak diberikan kepada makhluk lain, sehingga umat manusia mampu berpikir kritis dan logis. Agama Islam datang dengan sifat kemuliaan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta menuntunnya kearah pemikiran Islam yang rahmatan lil’alamin. Artinya bahwa Islam menempatkan akal sebagai perangkat untuk memperkuat basis pengetahuan tentang keislaman seseorang sehingga ia mampu membedakan mana yang hak dan yang batil, mampu membuat pilihan yang terbaik bagi dirinya, orang lain, masyarakat, lingkungan, agama dan bangsanya[11]. Sains Islam bukanlah suatu yang terlepas secara bebas dari norma dan etika keagamaan, tapi ia tetap dalam kendali agama, ia tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya Islam . Karena antara agama dan sains dalam Islam tidak ada pemisahan, bahkan sains Islam bertujuan untuk menghantarkan seseorang kepada pemahaman yang lebih mendalam terhadap rahasi-rahasia yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, baik ayat qauliah maupun ayat kauniah melalui pendayagunaan potensi nalar dan akal secara maksimal.
Sains Islam tetap merujuk kepada sumber aslinya yakni Al-Qur’an dan Hadits, tidak hanya berpandu kepada kemampuan akal dan nalar semata, tetapi perpaduan anatara dzikir dan fikir, sebab bila hanya akal dan nalar yang menjadi rujukan, maka tidak jarang hasil temuaannya bertentangan ajaran agama atau disalah gunakan kepada hal-hal yang menyimpang dari norma-norma dan ajaran agama. Hasil penemuan tersbut bisa-bisa tidak mendatangkan manfaat tepi malah mendatangkan mafsadah, kerusakan, dan bencana di sana sini. Berbeda halnya dengan sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen, dalam agama Kristen sains dan ilmu pengetahuan tidak ada ikatan dengan agama, karena antara Gereja dan ilmuan ada pertentangna yang sangat tajam sebagaimana kita dapati dalam fakta sejarah dihuukm matinya seorang ilmuan Galileo Galilei (1564-1050M) hanya disebabkan pendapatnya berbeda dengan Gereja pada ketika itu.
Para ilmuan Kristen dalam melakukan riset pengembangan keilmuannya tidak ada panduan wahyu sama sekali, maka tidak jarang atau sering kali hasil penemuan ilmiyah mereka tidak sejalan dengan etika moral keagamaan, menyimpang dari ajaran agama dan hal ini dimaklumi karena akal punya keterbatasan untuk mengungkapkan nilai-nilai kebenaran bila tidak didukung dan dipandu oleh wahyu. Agama, sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen berjalan sendiri-sendiri tidak ada keterikatan antara keduanya. Karekteristik dari sains Islam adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta dzikir dan fikir, sehingga sains yang dihasilkan ilmuan Muslim batul- betul Islami, bermakna, membawa kesejukan bagi alam semesta, artinya mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bagi kepentingan umat manusia sesuai dengan misi Islam rahmatan lil’alamin. Sains Islam selalu terikat dengan nilai-nilai dan norma agama dan selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan ia membantu menghantarkan para penemunya kepada pemahaman, keyakinan yang lebih sempurna kepada kebanaran informasi yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Allah, mengakui keagungan, kebesaran, dan kemaha kuasan- Nya.
Di dalam Al Qr’an ada isyarat ilmu pengetahuan yang perlu digali oleh manusia. Isyarat ilmu pengetahuan itu masih bersifat global sehingga memerlukan kesungguhan manusia untuk meneliti atau melakukan eksperimen untuk dapat menyingkap isi kandungannya. Sebagai contoh ayat Al Qur’an yang berisi isyarat ilmu pengetahuan adalah ayat-ayat berikut:
A. Surat Yunus ayat 101 1. Bacaan surat Yunus ayat 101 Artinya : “Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul- rasul yang memberi peringatan bagi orang- orang yang tidak beriman. ” (QS Yunus : 101)
2. Isi kandungan Dalam ayat ini Allah menjelaskan perintah Nya kepada rasul Nya agar dia menyuruh kaumnya untuk memperhatikan dengan mata kepala mereka dan dengan akal budi mereka segala yang ada di langit dan di bumi. Mereka diperintahkan agar merenungkan keajaiban langit yang penuh dengan bintang-bintang, matahari dan bulan, keindahan pergantian malam dan siang, air hujan yang turun ke bumi, menghidupkan bumi yang mati, menumbuhkan tanam-tanaman, dan pohon-pohonan dengan buah-buahan yang beraneka warna dan rasa. Hewan-hewan dengan bentuk dan warna yang bermacam-macam hidup diatas bumi, memberi manfaat yang tidak sedikit kepada manusia. Demikian pula keadaan bumi itu sendiri yang terdiri dari gurun pasir, lembah yang terjal, dataran yang luas, samudera yang penuh dengan berbagai ikan yang semuanya itu terdapat tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah SWT bagi orang- orang yang berfikir dan yakin kepada penciptanya. Akan tetapi mereka yang tidak percaya adanya pencipta alam ini, membuat semua tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah di alam ini tidak akan bermanfaat baginya.
B. Surat Al Baqarah Ayat 164 1. Bacaan Surat Al Baqarah ayat 164
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS Al Baqarah : 164)
2. Kandungan Dialah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk keperluan manusia. Sudah seharusnyalah manusia memperhatikan dan merenungkan rahmat Allah yang maha suci itu. Karena dengan begitu, akan bertambah yakinlah ia pada kekuasaan dan keesaan Nya, akan bertmabha luas pulalah ilmu pengetahuannya mengenai alam ciptaan Nya dan dapat pula dimanfaatkannya ilmu pengetahuan itu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah yang maha mengetahui. Hendaklah selalu diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu : 1. Bumi yang dihuni manusia dan apa yang tersimpan didalamnya tidak akan pernah habis baik didarat maupun dilaut 2. Langit dengan planet dan bintang-bintangnya semua berjalan dan bergerak menurut tata tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan itu 3. Pertukaran malam dan siang dan perbedaan panjanng dan pendeknya pada beberapa negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan manfaat yang amat besar bagi manusia 4. Bahtera berlayar dilautan untuk membawa manusia dari satu negeri ke negeri yang lain dan untuk membawa barang-barang perniagaan untuk memajukan perekonomian
5. Allah SWT menurunkan hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau lekang dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat pula melangsungkan hidupnya 6. Pengendalian dan pengisaran angin dari suatu tempat ke tempat yang lain adalah tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah dan kebesaran rahmatnya bagi manusia 7. Demikian pula, harus dipikirkan dan diperhatikan kebesaran nikmat Allah kepada manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan antara langit dan bumi. Ringkasnya, semua rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa yang tersebut dalam ayat 164 ini patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas dan diteliti untuk meresapkan keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk memajukan ilmu pengetahuan yang juga membawa kepada pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah.
Alqur'an & Teori Big Bang Al-qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan Allah kepada nabi terakhir (Muhammad SAW). Al-qur’an bukan lah kitab yang berisi SCIENCE (Ilmu Pengetahuan) Tapi kitab yang berisi SIGN (Tanda-tanda/Ayat-ayat) ke arah ilmu Pengetahuan. Lebih dari 6000 ayat-ayat dalam Al-qur’an, 1000 diantaranya berisi ayat-ayat tentang Ilmu Pengetahuan yang meliputi : Astronomi,Fisika, Geografi, Geologi, Oceanologi, Biologi, Tumbuh- Tumbuhan, Hewan, dll. Di tulisan ini penulis hanya menuliskan tentang Astronomi (Ilmu tentang Tata Surya) dibidang Penciptaan Alam Semesta, Insya Allah Tulisan tentang Astronomi lain (Bentuk bumi, Rotasi Bumi, cahaya matahari dan bulan ) dan Ilmu Pengetahuan lainyya akan ditulis pada bagian selanjutnya. Jika kita bertanya pada ilmuwan Bagaimana alam semesta terbentuk, bagaimana alam semesta terbentuk? maka mereka akan menjawab dengan teori Big Bang (Teori Ledakan Besar ), yang menyatakan bahwa seluruh jagad raya mulanya adalah satu “Nebula Primary” , kemudian terjadi pemisahan yang menciptakan galaksi dan selanjutnya membentuk tata surya yang terdiri dari Planet, Matahari, dan juga Bumi yang kita tinggali ini
Dalam al-qur’an Allah SWT berfirman : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya?. ….” ( Q.S. Al-Anbiya’ : 30 ) Ayat ini menceritakan tentang gejala Ledakan Besar atau Teori Big Bang. Bayangkan apa yang kita baru ketahui sekarang, Alquran telah mengatakannya 1400 tahun yang lalu. Alqur’an juga mengatakan dalam Surat Fussilat ke 41 ayat 11 : “Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap(dukhon), lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".(Fussilat ; 11)
Kata arab yang digunakan disini adalah ‘dukhan’ yang berarti asap Kata arab yang digunakan disini adalah ‘dukhan’ yang berarti asap. Jika Anda tanya Ilmuwan, Alam semesta terbentuk pada mulanya benda angkasa adalah ‘gas’,. Tapi kata Arab ‘dukhon’ adalah ‘asap’, setelah diteliti ‘asap’ adalah lebih tepat dibanding kan dengan gas. Dan menurut Stephen Hawkin, ilmuwan yang sangat terkenal, dia berkata “the discovery of bridges of matter in the space, is the biggest discovery of this century which gives us indisputable evidence of the creation of the universe and the Big Bang Theory (Penemuan di bidang Astronomy di luar angkasa adalah penemuan terbesar abad ini, yang memberikan bukti tak terbantahkan dari Penciptaan Alam semesta adalah Teori Big Bang)”
Alqur'an dan Bentuk Bumi Dulu orang-orang berfikir bahwa dunia tempat kita hidup ini adalah datar jadi mereka takut bepergian ke tempat yang jauh karena pada ujungnya mereka takut jatuh. Pada tahun 1597, Sir Francis Drake berlayar keliling dunia untuk membuktikan bumi itu bulat. Al-qur’an sudah menyebutkan dalam surat Lukman ayat 29 : “… sesungguhnya Allah menyatukan malam ke dalam siang dan menyatukan siang ke dalam malam …”.(Q.S. Luqman : 29) Penyatuan adalah proses yang lambat dan bertahap, malam secara perlahan dan bertahap berubah menjadi siang dan Siang secara lambat dan bertahap menjadi malam. Fenomena ini hanya mungkin terjadi apabila bumi bulat dan tidak mungkin apabila bumi data. Apabila bumi datar maka akan sebuah terjadi perubahan yang mendadak. Perhatikan Surat Az-zumar ke 39 ayat 5, Allah SWT berfirman : Dia menciptakan langit dan bumi dengan (perbandingan) yang benar; Dia menggulung(melewat- kawwara) malam keatas siang dan menggulung(melewati) siang keatas malam …”.(Q.S. Az- Zumar : 5 )
Kata Arab yang digunakan adalah “yukawwiru” yang berasal dari “kawwara” yang berarti melewati atau menggulung. Gerakan seperti kita membuat sorban di kepala kita. Fenomena menggulung malam dan menggulung siang hanya terjadi jika bumi bulat. Tidak mungkin jika bumi datar, akan ada perubahan yang mendadak. Lebih lanjut Dalam Alqur’an Surat An-Naaziat ayat 30 Allah berfirman : “Dan sesudah itu bumi itu berbentuk telur[dhahaha].” (Q.S. An-Naziat : 30 ) Kata Arab “dahaha berasal dari kata “duhya” yang berarti berbentuk telur, dan itu tidak mengacu pada semua telur , itu mengacu secara spesifik adalah “telur burung unta”. Dan sekarang kita ketahui bahwa Bumi tidak Bundar seperti Bola tapi bumi berbentuk geosferical. Dan jika kalian analisa , Telur Burung Unta berbentuk “Geosferikal” yaitu sedikit menyempit dari puncaknya dan menonjol dari pusatnya. Jadi Alquran menggambarkan bentuk tepat dari bumi yaitu Geosferical 1400 tahun yang lalu.